Aku mendongak, Pintu kamar ku terbuka, aku yang duduk Tafakkur di lantai di tangga paling bawah dapat melihat langsung pintu kamar, aku terkejut melihat ke arah pintu kamar, aku terbengong, mataku mengikuti gerakan sosok itu
“Bi_bi_bi!” Ninik berlari turun ke bawah menghampiriku, lalu mendekapku yang duduk di lantai dengan keadaan kacau
“Habi kenapa? Ada apa teriak-teriak...” tuturnya dengan panik dan khawatir,
Aku masih melotot tak percaya dengan apa yang ada dihadapanku
“Kamu kemana Humairah...saat bangun aku tidak melihatmu, kucari seluruh ruangan juga tidak ada” aku tangkupkan tanganku di kedua sisi wajahnya, menatapnya terlihat buram, mungkin ada genangan air mata disana jadi tidak dapat melihat dengan jernih
“Aku lagi di kamar mandi Bi...” jawab Ninik santai
“Lalu saat aku panggil-panggil kenapa nggak jawab, aku jadi parno sendiri tadi” kata aku sambil mengelus pipinya
Ninik memasuki rumah bersiap-siap pergi ke pasar, dia mengambil dompetnya, dan tas belanja, setelah itu dia bersiap keluar, saat hendak keluar menutup pagar, dia melihat korden di sebelah pintu, sedikit menyingkap, seperti di singkap seseorang yang sedang ingin mengintip keluar, setelah Ninik menajamkan panangannya, gorden itu tertutup, Ninik menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang Halusinasinya, ‘ah kenapa aku jadi sering berhalusiansi’ pikir Ninik, dia melajukan motor matic barunya, dibelikan Darto untuk keperluan Istrinya itu, tentu kepergiannya atas ijin suaminya dulu, tanpa Ridlo suami, maka jatuhnya Dosa Ninik segera membuka pintu pagar, seorang anak kecil menghampiri Ninik “Assalamualaikum kakak cantik...” sapa anak itu mendekat ke Ninik Busyet, anak kecil tahu wanita cantik juga “Waalikumslam... kamu anak pak Ustad Kan” “Iya kak, kak, Sholatnya dijaga ya... biar kakak dijauhkan dari godaan Setan yang terkutuk” kata anak kecil
Aku berada di dalam kantor Bengkelku, masih 2 jam aku meninggalkan Ninik di rumah, sudah membuatku rindu, aku segera ambil gawaiku, aku yakin Ninik sudah sampai berberlanjanya,VC tersambung, aku lihat Ninik berada di area dapur,“Asslamualaikum...Humairahku sayang” Ninik tersenyum di depan layar, meliaht wajahnya itu aku jadi pingin pulang saja bawaanya‘Waalikumsalam Bi... ya ada apa...” sahut Ninik riang, ups ingin ku kantongi saja dirimu Nik, akan kubawa kemanapun aku pergi“Aku sakit” aku pura-pura meringis kesakitanNinik membelalakkan matanya “Sakit apa bi...?” teriak Ninik panik“Sakit Malarindu...” sahutku masih dengan Ekspresi meringis seperti menahan sakit, aku sangat suka melihat ekspresi Ninik yang Khawatir, terlihat menggemaskan,“Ya ampun Bi... itu penyakit apa, aku kesana sekarang yah?” Ninik semakin panik, aku semakin girang,Melihat
Sesampainya di Bengkel, semua karyawan menatapku heran, kapan perginya si bos, kog datan-datang sudah bawa Istrinya, sedangkan sepeda si bos masih terparkir disini“Kembali bekerja, ngapain bengong...!” seruku pada mereka semua, semua yang tadi hampir membuka mulut meledek si bos segera minkem kembali, Darto tahu gelagat itu, segera dia menghentikan niatan para karyawan luknutnya itu, disini ada istrinya, dia nggak mau Ninik merasa nggak nyaman dengan guyonan mereka,Di gandengnya Ninik masuk ke dalam kantornya,“Humai, kamu duduk disini dulu, aku mau ke mbok Nah, waring sebelah”“Iya Bi” Ninik mengiyakan saja tanpa banyak tanyaBerjalan keluar, jalannya yang sedikit pincang membuat para karyawannya heran dan ingin bertanya, tapi melihat tatapan tajam si bos, jadi urungkan niatSesampainya di warung Mbok Nah, Darto segera duduk di bangku panjang,“bagaimana mbok, sudah dapat pesananku kemarin&
“Gung, aku tinggal dulu,” seru Darto sudah di atas sadel motornya dan Istri sudah ada di boncengannya, “Ok Bos, beres, yang penting bonusnya ditambahin Bos!” teriak Agung, “Aku juga bos” mereka kompak bersuara, dasar anak Buah luknut “beres, untuk bulan ini aku tambahin, itung-itung selamatan” HOREEEEE UHUY mereka buru-buru bersorak sorai, “oh ya... ntar juga antarkan sepeda Istriku ke rumah Gung” “Ok Bos” Agung membuat tanda OK dengan jarinya Darto segera melajukan motornya “Humai, kita makan apa nih” seru Darto sambil mengendarai motor tentu harus bersuara kencang agar lawan bicara mendengar, “Terserah Habi aja, akau sih pemakan segala” teriak Ninik tak kalah kenceng “wah aku jadi ingin kamu makan Humai” teriak Darto sambil memiringkan wajahnya agar Ninik bisa mendengar dengan jelas Ninik yang mendengar itu jadi gemes, “Habi jadi mesum ah”di jitak Helm Darto sampai berbunyi pletak Darto tertawa tergela
“Eh kemana kamu Nik, cemburuan amat,” teriak irmaDarto dan Ninik tidak menggubris teriakan Irma, mereka terus saja melangkah keluar, dia menggandenga tangan Ninik posesif, dia masih kesal,“Kita mau kemana Bi?” tanya Ninik setengah berlari kelaur dari depot,“kamu mau apa Humai? Pingin makan Padang lagi atau yang lain” tawar Darto sambil memakai helm,“Habi memang pingin makan apa?” tanya Ninik balik, tangannya sibuk mengaitkan tali Helm, nampak kesuliatan, Darto membantunya, sedang Nur melihatnya dari jauh dari dalam Depot, dia masih sibuk melayani pelanggan, saat melihat Ninik dan Darto dia mengamati sebentar, dia tersenyum, melihat moment romantis sahabatnya itu dengan suaminy, ‘semoga kamu selalu bahagia Nik, kamu gadis baik’ Doanya dan senyum Nurlaela mengembang“Jangan tanya Habi, karena aku pinginnya makan Humai” terkekeh“Ish, siang-siang Mesum&rdquo
“Eh, maaf pak, kami punya buktinya, saya akan telpon orang untuk mengambilnya,” Darto meyakinkan dengan gugup, “Ah kelamaan, ayo kalian ikut ke kantor, nanti kalau sudah ada bukti, kalian bisa bebas” seru salah seorang, Ninik kelihatan semakin panik dan tertekan, melihat Ninik seperti itu hatinya sakit, Darto ingat cincinnya “Eh...tunggu pak, pak Cincin ini bisa jadi bukti pak” kata Darto tingkat kegelisahan meningkat, betapa malunya kalau sampai dangkut Satpol, kemudian salah seorang memeriksa cincin Darto yang ada namanya dan nama Ninik, salah seorang lagi juga memeriksa cincin Ninik, “bener pak, juga sesuai nama di KTP, kata seorang yang memeriksa cincin Ninik” seru petugas wanita itu “Nah bener kan pak, kami nggak bohong” ada sedikit kelegaan di ekspresi Darto “Tidak bisa, Ini negera Hukum, Dokumen Sah itu adalah Akta Nikah, atau KTP harus sesuai keduanya harus dengan alamat yang sama” bapak gendut itu ngeyel, Darto jengah dan kesal dengan kengeye
Sore itu Darto dan Ninik asik membersihkan taman kecil di teras, yang memang selama ini terbengkalai, padahal kalau di rawat sedikit, taman ini cukup indah, di dinding sebelah kiri ada tebing-tebingan, juga ada air mancur yang mesinnya sudah mati, dibawahnya ada kolam kecil, di depannya ada taman kecil dengan aksen jalan kecil dari batu bulat-bulat seperti irisan pohon, Ninik ingin menhidupkan suasana taman itu lagi, Darto membantu dengan senang, memang selama ini dia mengabaikan peraawatan rumah, jadi nampak suram dan seperti rumah nggak terawat“Bi... besok belikan mesin untuk air mancur, biar rumah terasa adem” seru Ninik sambil mencabuti rumput“Terserah kamu Humai,” jawab Darto singkat tangannya terus mencabuti rumput“Bi, tukang renovasinya sudah dihubungi...?” tanya Ninik lagi“Sudah Humai, mungkin besok mereka kesini survei lokasi, dan mendiskusikan desain” sahut Darto“Desainnya y
Pagi itu Ninik sibuk di Dapur, dia menyiapkan menu sarapan,“Masak apa Humai?” Darto menyergap dari belakang, dagunya di sandarkan di pundak istrinya itu,“Masak Bubur Bi... Habi mau?” tanya Ninik pada suaminya“Apapun masakanmu aku suka” sahut Darto kalem sambil menegakkan tubuhnya, di cium rambut puncak kepala Ninik, harum bau shampo menguar, subuh tadi habis keramas yang kedua, mengingat itu Darto terkekeh dalam hati“Bi kesana gih nanti Sarung dan Baju Habi kotor” seru Ninik “ nggak mau,” dia terus saja menenpel sambil menciumi puncak kepala NinikPRAKK“Astaghfirullah” mbak Susi secepatnya berbalik, dan mengambil sapu dan seroknya yang terjatuh tadi sambil setengah berlariDarto dan Ninik yang taadi juga ikutan kaget, mereka sampai lupa bahwa dirumah ini sekarang ada orang lain, Darto dan Ninik saling berpandangan, kemudian terkekeh geli“H