“Ini dia minuman hangatnya Bi... cepet diminum biar mengurangi capeknya” ucap Ninik
“Memangnya kalau Habisudah nggak capek sudah seger, trus ngapain...” timpal Darto menggoda, dia mengabaikan Mayang saat Ninik datang mendekat membawa minuman
“Habi berbisik-bisik sama siapa?” tanya Ninik tanpa ekspresi apapun, datar saja,
Tapi Darto yang blingsatan, “Oh_eh_ anu itu tadi Habi Cuma comentar acara TV itu lho, kog ada suami kayak gitu, menyia-nyiakan istrinya yang baik” jawab Darto sedikit gugup, dia merasa sudah berhati-hati kog ya ketahuan saja, pikir Darto
Ninik menoleh ke layar TV, dia mengernyit
“Acaranya balap Motor GP kenapa bahas sinetron Bi?” tanya Ninik heran
“Eh_ya, tadi Humairah... sudah aku ganti, habis nyebelin...” sangkal Darto gugup
“Oh...” bibir Ninik mengerucut
“Eh sudah Isak, Sholat gih,” perut udah keroncongan nih Bi” uajar Ninik marajuk manja, dia libur gak Sholat, karena dia sedang halangan, biasanya di
VOTE kakak Raider untuk Vitamin yang nulis nih hehehe biar tambah semangat begadang untuk menghibur kakak semua SALAM
Ninik yang kaget sontak mendirikan badannya, kepalanya melewati pundak Dasrto, Matanya mendelik, mengamati sesuatu yang di bawah ban Motor depan, setelah dia mengetahui, Ninik turun, dia menjimpit tengkuk binatang itu, di gendong di tangannya, Darto mengamati saja tingkah Ninik “Aduh sayang kenapa sendirian malam-malam, dimana indukmu,” Ucap Ninik penuh kasih, dia tolah-toleh melihat sekeliling, dimana ibuknya berada, di lihatnya induknya di kejauhan sedang mengamati anaknya yang digendong Ninik MEONG_MENONG kucing itu mengeong keliahtannya mencari induknya, Ninik ingin membawanya pulang, tapi Kucing sekecil ini masih butuh induknya, dia belum bisa merawat kucing dengan usia yang masih sangat kecil, belum punya ilmunya, Ninik mendekati Kucing besar yang sedari menagamati mereka, kemudian menyerahkan Kucing kecil itu, sepertinya induknya mengerti maksud Ninik, dia segera menghampiri anaknya, menjepit dengan giginya, kemudian menghilang di rerimbunan bunga 
BRUAKKAku terkejut, dan hanya diam tak bergerak, aku tidak tahu apa yang terjadi, meja sedikit bergeser bersamaan dengan suara bruak tadi, apa Mayang jatuh?, kalaupun aku hendak menolong, menolong bagaimana?“Yang, apa yang terjadi?” tanyaku pada mayang, masih dengan mode suara pelan<Bang... kenapa aku tidak bisa menyentuh Abang?>Aku mengernyit membacanya,“Mengapa memang?” tanyaku merasa heran dan penasaran<Aku juga tidak tahu bang, setiap akan menyentuh Abang, aku seperti terkena setrrum>Tentu aku juga tidak mengerti dengan yang dikatakan Mayang, ada apa dengan diriku sekarang, dulu Mayang begitu mudah menyentuk aku, sekarang?“Aku juga tidak mengeri Yang,” apa sebaiknya kamu pergi saja dari sini, bukan aku mengusirmu, tapi kamu tahu kan posisiku,<Bang aku tidak mau pergi darimu, aku akan berusaha mencari cara untuk bisa kembali menyentuhmu>“Tida
Aku mendongak, Pintu kamar ku terbuka, aku yang duduk Tafakkur di lantai di tangga paling bawah dapat melihat langsung pintu kamar, aku terkejut melihat ke arah pintu kamar, aku terbengong, mataku mengikuti gerakan sosok itu“Bi_bi_bi!” Ninik berlari turun ke bawah menghampiriku, lalu mendekapku yang duduk di lantai dengan keadaan kacau“Habi kenapa? Ada apa teriak-teriak...” tuturnya dengan panik dan khawatir,Aku masih melotot tak percaya dengan apa yang ada dihadapanku“Kamu kemana Humairah...saat bangun aku tidak melihatmu, kucari seluruh ruangan juga tidak ada” aku tangkupkan tanganku di kedua sisi wajahnya, menatapnya terlihat buram, mungkin ada genangan air mata disana jadi tidak dapat melihat dengan jernih“Aku lagi di kamar mandi Bi...” jawab Ninik santai“Lalu saat aku panggil-panggil kenapa nggak jawab, aku jadi parno sendiri tadi” kata aku sambil mengelus pipinya
Ninik memasuki rumah bersiap-siap pergi ke pasar, dia mengambil dompetnya, dan tas belanja, setelah itu dia bersiap keluar, saat hendak keluar menutup pagar, dia melihat korden di sebelah pintu, sedikit menyingkap, seperti di singkap seseorang yang sedang ingin mengintip keluar, setelah Ninik menajamkan panangannya, gorden itu tertutup, Ninik menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang Halusinasinya, ‘ah kenapa aku jadi sering berhalusiansi’ pikir Ninik, dia melajukan motor matic barunya, dibelikan Darto untuk keperluan Istrinya itu, tentu kepergiannya atas ijin suaminya dulu, tanpa Ridlo suami, maka jatuhnya Dosa Ninik segera membuka pintu pagar, seorang anak kecil menghampiri Ninik “Assalamualaikum kakak cantik...” sapa anak itu mendekat ke Ninik Busyet, anak kecil tahu wanita cantik juga “Waalikumslam... kamu anak pak Ustad Kan” “Iya kak, kak, Sholatnya dijaga ya... biar kakak dijauhkan dari godaan Setan yang terkutuk” kata anak kecil
Aku berada di dalam kantor Bengkelku, masih 2 jam aku meninggalkan Ninik di rumah, sudah membuatku rindu, aku segera ambil gawaiku, aku yakin Ninik sudah sampai berberlanjanya,VC tersambung, aku lihat Ninik berada di area dapur,“Asslamualaikum...Humairahku sayang” Ninik tersenyum di depan layar, meliaht wajahnya itu aku jadi pingin pulang saja bawaanya‘Waalikumsalam Bi... ya ada apa...” sahut Ninik riang, ups ingin ku kantongi saja dirimu Nik, akan kubawa kemanapun aku pergi“Aku sakit” aku pura-pura meringis kesakitanNinik membelalakkan matanya “Sakit apa bi...?” teriak Ninik panik“Sakit Malarindu...” sahutku masih dengan Ekspresi meringis seperti menahan sakit, aku sangat suka melihat ekspresi Ninik yang Khawatir, terlihat menggemaskan,“Ya ampun Bi... itu penyakit apa, aku kesana sekarang yah?” Ninik semakin panik, aku semakin girang,Melihat
Sesampainya di Bengkel, semua karyawan menatapku heran, kapan perginya si bos, kog datan-datang sudah bawa Istrinya, sedangkan sepeda si bos masih terparkir disini“Kembali bekerja, ngapain bengong...!” seruku pada mereka semua, semua yang tadi hampir membuka mulut meledek si bos segera minkem kembali, Darto tahu gelagat itu, segera dia menghentikan niatan para karyawan luknutnya itu, disini ada istrinya, dia nggak mau Ninik merasa nggak nyaman dengan guyonan mereka,Di gandengnya Ninik masuk ke dalam kantornya,“Humai, kamu duduk disini dulu, aku mau ke mbok Nah, waring sebelah”“Iya Bi” Ninik mengiyakan saja tanpa banyak tanyaBerjalan keluar, jalannya yang sedikit pincang membuat para karyawannya heran dan ingin bertanya, tapi melihat tatapan tajam si bos, jadi urungkan niatSesampainya di warung Mbok Nah, Darto segera duduk di bangku panjang,“bagaimana mbok, sudah dapat pesananku kemarin&
“Gung, aku tinggal dulu,” seru Darto sudah di atas sadel motornya dan Istri sudah ada di boncengannya, “Ok Bos, beres, yang penting bonusnya ditambahin Bos!” teriak Agung, “Aku juga bos” mereka kompak bersuara, dasar anak Buah luknut “beres, untuk bulan ini aku tambahin, itung-itung selamatan” HOREEEEE UHUY mereka buru-buru bersorak sorai, “oh ya... ntar juga antarkan sepeda Istriku ke rumah Gung” “Ok Bos” Agung membuat tanda OK dengan jarinya Darto segera melajukan motornya “Humai, kita makan apa nih” seru Darto sambil mengendarai motor tentu harus bersuara kencang agar lawan bicara mendengar, “Terserah Habi aja, akau sih pemakan segala” teriak Ninik tak kalah kenceng “wah aku jadi ingin kamu makan Humai” teriak Darto sambil memiringkan wajahnya agar Ninik bisa mendengar dengan jelas Ninik yang mendengar itu jadi gemes, “Habi jadi mesum ah”di jitak Helm Darto sampai berbunyi pletak Darto tertawa tergela
“Eh kemana kamu Nik, cemburuan amat,” teriak irmaDarto dan Ninik tidak menggubris teriakan Irma, mereka terus saja melangkah keluar, dia menggandenga tangan Ninik posesif, dia masih kesal,“Kita mau kemana Bi?” tanya Ninik setengah berlari kelaur dari depot,“kamu mau apa Humai? Pingin makan Padang lagi atau yang lain” tawar Darto sambil memakai helm,“Habi memang pingin makan apa?” tanya Ninik balik, tangannya sibuk mengaitkan tali Helm, nampak kesuliatan, Darto membantunya, sedang Nur melihatnya dari jauh dari dalam Depot, dia masih sibuk melayani pelanggan, saat melihat Ninik dan Darto dia mengamati sebentar, dia tersenyum, melihat moment romantis sahabatnya itu dengan suaminy, ‘semoga kamu selalu bahagia Nik, kamu gadis baik’ Doanya dan senyum Nurlaela mengembang“Jangan tanya Habi, karena aku pinginnya makan Humai” terkekeh“Ish, siang-siang Mesum&rdquo