Sepeninggal Ayah Ibu dan Kak Jaka, kini tinggal berdua, Ninik terlihat matanya masih sembab, Darto merangkul sambil mengelus-elus pundaknya,
“yuk kita masuk...” ucap Darto lembut
“Setiap minggu kita akan mengujungi Ayah Ibu, kan dekat saja,” hibur Darto,
“Iya Bi... “ Ninik segera beranjak masuk diikuti oleh Darto,
Usai Maghrib dan menjalankan kewajiban Muslim, mereka berdua Nonton TV, sambil menunggu Isak,
“Mau kemana Humairah...?” seru Darto sambil mencekal tangan Ninik
“Mau masak Bi, untuk makan Malam...” sahut Ninik
“Tidak usah masak, nanati kita beli di luar aja, sambil jalan-jalan” Darto menarik Tangan Ninik sampai terhuyung jatuh di pangkuan Darto, Ninik yang langsing, dan tingginya hanya sepundak Darto terasa mungil de dekapan Darto
“Ih Bi... kita belum sholat Isak...!” seru Ninik
“Lha... kita memang mau ngapain...” uja
“Ini dia minuman hangatnya Bi... cepet diminum biar mengurangi capeknya” ucap Ninik “Memangnya kalau Habisudah nggak capek sudah seger, trus ngapain...” timpal Darto menggoda, dia mengabaikan Mayang saat Ninik datang mendekat membawa minuman “Habi berbisik-bisik sama siapa?” tanya Ninik tanpa ekspresi apapun, datar saja, Tapi Darto yang blingsatan, “Oh_eh_ anu itu tadi Habi Cuma comentar acara TV itu lho, kog ada suami kayak gitu, menyia-nyiakan istrinya yang baik” jawab Darto sedikit gugup, dia merasa sudah berhati-hati kog ya ketahuan saja, pikir Darto Ninik menoleh ke layar TV, dia mengernyit “Acaranya balap Motor GP kenapa bahas sinetron Bi?” tanya Ninik heran “Eh_ya, tadi Humairah... sudah aku ganti, habis nyebelin...” sangkal Darto gugup “Oh...” bibir Ninik mengerucut “Eh sudah Isak, Sholat gih,” perut udah keroncongan nih Bi” uajar Ninik marajuk manja, dia libur gak Sholat, karena dia sedang halangan, biasanya di
Ninik yang kaget sontak mendirikan badannya, kepalanya melewati pundak Dasrto, Matanya mendelik, mengamati sesuatu yang di bawah ban Motor depan, setelah dia mengetahui, Ninik turun, dia menjimpit tengkuk binatang itu, di gendong di tangannya, Darto mengamati saja tingkah Ninik “Aduh sayang kenapa sendirian malam-malam, dimana indukmu,” Ucap Ninik penuh kasih, dia tolah-toleh melihat sekeliling, dimana ibuknya berada, di lihatnya induknya di kejauhan sedang mengamati anaknya yang digendong Ninik MEONG_MENONG kucing itu mengeong keliahtannya mencari induknya, Ninik ingin membawanya pulang, tapi Kucing sekecil ini masih butuh induknya, dia belum bisa merawat kucing dengan usia yang masih sangat kecil, belum punya ilmunya, Ninik mendekati Kucing besar yang sedari menagamati mereka, kemudian menyerahkan Kucing kecil itu, sepertinya induknya mengerti maksud Ninik, dia segera menghampiri anaknya, menjepit dengan giginya, kemudian menghilang di rerimbunan bunga 
BRUAKKAku terkejut, dan hanya diam tak bergerak, aku tidak tahu apa yang terjadi, meja sedikit bergeser bersamaan dengan suara bruak tadi, apa Mayang jatuh?, kalaupun aku hendak menolong, menolong bagaimana?“Yang, apa yang terjadi?” tanyaku pada mayang, masih dengan mode suara pelan<Bang... kenapa aku tidak bisa menyentuh Abang?>Aku mengernyit membacanya,“Mengapa memang?” tanyaku merasa heran dan penasaran<Aku juga tidak tahu bang, setiap akan menyentuh Abang, aku seperti terkena setrrum>Tentu aku juga tidak mengerti dengan yang dikatakan Mayang, ada apa dengan diriku sekarang, dulu Mayang begitu mudah menyentuk aku, sekarang?“Aku juga tidak mengeri Yang,” apa sebaiknya kamu pergi saja dari sini, bukan aku mengusirmu, tapi kamu tahu kan posisiku,<Bang aku tidak mau pergi darimu, aku akan berusaha mencari cara untuk bisa kembali menyentuhmu>“Tida
Aku mendongak, Pintu kamar ku terbuka, aku yang duduk Tafakkur di lantai di tangga paling bawah dapat melihat langsung pintu kamar, aku terkejut melihat ke arah pintu kamar, aku terbengong, mataku mengikuti gerakan sosok itu“Bi_bi_bi!” Ninik berlari turun ke bawah menghampiriku, lalu mendekapku yang duduk di lantai dengan keadaan kacau“Habi kenapa? Ada apa teriak-teriak...” tuturnya dengan panik dan khawatir,Aku masih melotot tak percaya dengan apa yang ada dihadapanku“Kamu kemana Humairah...saat bangun aku tidak melihatmu, kucari seluruh ruangan juga tidak ada” aku tangkupkan tanganku di kedua sisi wajahnya, menatapnya terlihat buram, mungkin ada genangan air mata disana jadi tidak dapat melihat dengan jernih“Aku lagi di kamar mandi Bi...” jawab Ninik santai“Lalu saat aku panggil-panggil kenapa nggak jawab, aku jadi parno sendiri tadi” kata aku sambil mengelus pipinya
Ninik memasuki rumah bersiap-siap pergi ke pasar, dia mengambil dompetnya, dan tas belanja, setelah itu dia bersiap keluar, saat hendak keluar menutup pagar, dia melihat korden di sebelah pintu, sedikit menyingkap, seperti di singkap seseorang yang sedang ingin mengintip keluar, setelah Ninik menajamkan panangannya, gorden itu tertutup, Ninik menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang Halusinasinya, ‘ah kenapa aku jadi sering berhalusiansi’ pikir Ninik, dia melajukan motor matic barunya, dibelikan Darto untuk keperluan Istrinya itu, tentu kepergiannya atas ijin suaminya dulu, tanpa Ridlo suami, maka jatuhnya Dosa Ninik segera membuka pintu pagar, seorang anak kecil menghampiri Ninik “Assalamualaikum kakak cantik...” sapa anak itu mendekat ke Ninik Busyet, anak kecil tahu wanita cantik juga “Waalikumslam... kamu anak pak Ustad Kan” “Iya kak, kak, Sholatnya dijaga ya... biar kakak dijauhkan dari godaan Setan yang terkutuk” kata anak kecil
Aku berada di dalam kantor Bengkelku, masih 2 jam aku meninggalkan Ninik di rumah, sudah membuatku rindu, aku segera ambil gawaiku, aku yakin Ninik sudah sampai berberlanjanya,VC tersambung, aku lihat Ninik berada di area dapur,“Asslamualaikum...Humairahku sayang” Ninik tersenyum di depan layar, meliaht wajahnya itu aku jadi pingin pulang saja bawaanya‘Waalikumsalam Bi... ya ada apa...” sahut Ninik riang, ups ingin ku kantongi saja dirimu Nik, akan kubawa kemanapun aku pergi“Aku sakit” aku pura-pura meringis kesakitanNinik membelalakkan matanya “Sakit apa bi...?” teriak Ninik panik“Sakit Malarindu...” sahutku masih dengan Ekspresi meringis seperti menahan sakit, aku sangat suka melihat ekspresi Ninik yang Khawatir, terlihat menggemaskan,“Ya ampun Bi... itu penyakit apa, aku kesana sekarang yah?” Ninik semakin panik, aku semakin girang,Melihat
Sesampainya di Bengkel, semua karyawan menatapku heran, kapan perginya si bos, kog datan-datang sudah bawa Istrinya, sedangkan sepeda si bos masih terparkir disini“Kembali bekerja, ngapain bengong...!” seruku pada mereka semua, semua yang tadi hampir membuka mulut meledek si bos segera minkem kembali, Darto tahu gelagat itu, segera dia menghentikan niatan para karyawan luknutnya itu, disini ada istrinya, dia nggak mau Ninik merasa nggak nyaman dengan guyonan mereka,Di gandengnya Ninik masuk ke dalam kantornya,“Humai, kamu duduk disini dulu, aku mau ke mbok Nah, waring sebelah”“Iya Bi” Ninik mengiyakan saja tanpa banyak tanyaBerjalan keluar, jalannya yang sedikit pincang membuat para karyawannya heran dan ingin bertanya, tapi melihat tatapan tajam si bos, jadi urungkan niatSesampainya di warung Mbok Nah, Darto segera duduk di bangku panjang,“bagaimana mbok, sudah dapat pesananku kemarin&
“Gung, aku tinggal dulu,” seru Darto sudah di atas sadel motornya dan Istri sudah ada di boncengannya, “Ok Bos, beres, yang penting bonusnya ditambahin Bos!” teriak Agung, “Aku juga bos” mereka kompak bersuara, dasar anak Buah luknut “beres, untuk bulan ini aku tambahin, itung-itung selamatan” HOREEEEE UHUY mereka buru-buru bersorak sorai, “oh ya... ntar juga antarkan sepeda Istriku ke rumah Gung” “Ok Bos” Agung membuat tanda OK dengan jarinya Darto segera melajukan motornya “Humai, kita makan apa nih” seru Darto sambil mengendarai motor tentu harus bersuara kencang agar lawan bicara mendengar, “Terserah Habi aja, akau sih pemakan segala” teriak Ninik tak kalah kenceng “wah aku jadi ingin kamu makan Humai” teriak Darto sambil memiringkan wajahnya agar Ninik bisa mendengar dengan jelas Ninik yang mendengar itu jadi gemes, “Habi jadi mesum ah”di jitak Helm Darto sampai berbunyi pletak Darto tertawa tergela
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah