“Hei, Bra ... ojo kesusu turu disek, opo seng kog maksud” cicit bu Ratmi mengguncang-guncang bahu anaknya. (Hei, Bra ... jangan terburu tidur dulu, apa yang kamu maksud) “Sudahlah bu, biarkan saja, biarkan dia istirahat dulu, mungkin efek obat yang beru disuntikkan tadi, lagian khan nanti sore pulangnya, nunggu data-data pasien” ujar Ninik lembut sambil mengusap-usap pundak bu Ratmi. “Eh, iya mbak, maaf ya, saya penasaran, tadi masnya sampai terjingkat, dan juga bikin orang lain takut gitu lho, jadi dia harus menjelaskan” tutur bu Ratmi “Ah, tidak kog bu, kita nggak takut, kita khan makhluk paling sempurna dan lebih dimulyakan dari makhluk lain” ujar Ninik mencoba menenangkan bu Ratmi, walau hatinya sendiri juga penasaran dengan apa yang diucapkan anak itu. “Mbak ini memang sangat cocok bersanding dengan mas ini, sama-sama baik” ujar bu Ratmi, dia memandang kagum dengan sepasang suami istri ini, kog ada ya ada pasangan sempurna seperti itu, sama baiknya, sama lembutnya, sama-sama
“Ada apa Bi ....?” tanya Ninik setelah posisi berdirinya stabil dengan posisi suaminya mendekapnya, setelah tadi sempat terhuyung akibat tubuh suaminya yang terhentak seperti kena setrum ribuan watt,“Ah, nggak tahu Humai, tadi lenganku seperti terkena setrum juga semacam bara menyentuh lengan” jawab Darto dengan suara agak ngos-ngosan karena kaget dengan kejadian itu, ‘apa itu tadi’ pikir Darto, dia memeriksa lengannya, tidak ada tanda apapun, dia tidak mengerti fenomena tersebut, tadi lengannya seperti menyenggol terasa seperti bara dan ada daya setrum dan sensasi panas dan terasa sakit dan menghentak di kulit,Darto tidak tahu saja, bahwa ada sosok kasat mata yang sedang kesakitan, dia tadi hendak memeluk lenganya Darto, tapi dia sendiri terpental, dia tidak bisa menyentuh sasarannya, dia juga heran dan tidak tahu apa penyebabnya, hingga sorot mata kebencian terpancar dari matanya, apa karena wanita di samping Darto yang di sebut istri itu? pikirnya, matanya merah berkobar-kobar,
BRUG, BRUG, BRUG, BRAKDarto berlari dengan menutup pintu keras, nafsnya tersengal-sengal, dia segera mendekati meja, mengambil air putih lalu meminumnya dengan meneggak sambil berdiri, sedangkan ketiga perempuan yang sedang sibuk di dapur menghentikan kegiatannya, mereka bengong dengan tingkah Darto.“Habi ... kalau minum itu ya dengan duduk Bi ... itu sunnah rosul” tegur Ninik, saat melihat suami meminum air dengan berdiri,“Eh maaf Humay, aku tidak sadar” ujar Darto ngos-ngosan, keringat membasahi seluruh permukaan jersey yang di pakai berolah raga pagi, aktifitas rutin Darto setelah sholat subuh.Di luar anjing masih menyalak-nyalak, sesaat kemudian terdengar suara tuannya berteriak-teriak menenangkan kedua peliharaannya, entah mengapa anjingnya yang biasanya tenang kini sering menyalak-nyalak, padahal kemarin sudah di periksa dokter, tidak ada menderita penyakit anjing gila, atau penyakit lainnya, si tuan anjing itu segera menggiring anjingnya pulang.“To ... ada apa dengan anjin
GGGGGRRRRRRR GUKH GUKH GUKHBRAG BRAG BRAGKeempat orang yang lagi bercakap-cakap itu terhentak kaget,Serentak mereka berlari ke arah jendela, kemudian mengintip kearah luar jendela, terlihat dua ekor anjing sedang berdiri menggaruk-garuk pagar besi, dengan suaranya yang heboh, si pemilik terlihat kewalahan menenangkan peliharaannya, koh Along dan anaknya masing-masing memegang tali rantai anjing tersebut,Darto keluar mendekat, saat terlihat pemiliknya sudah bisa mengendalikan dan menenangkan anjing itu.“Maaf mas Darto, nih si Blaky ngganggu, nggak tahu kenapa … pagi ini kog giras kayak gini” ujar si koh Along, saat Darto sudah mendekatGRRR GRRRRKedua anjing itu kembali beringas, matanya melotot pada Darto, suara geramannya tertahan oleh masker moncong anjing, Darto dan koh Along heran dengan perilaku anjing itu, dia menjadi beringas kembali saat melihat Darto, sampai koh along dan anaknya sangat kewalahan mengendalikan.“Maaf mas Darto, kami mau bawa Blaky dan Rico periksa ke
“Humay … !” Darto berseru, dia sangat kaget ada Ninik di belakangnya, apa Ninik mendengar gumamannya tadi? pikir Darto, dia tidak ingin Ninik salah faham, dia amati wajah Ninik, dia tidak melihat ekspresi marah, malah dia melihat istrinya itu bersemu merah dan senyum-senyum, terbukti dari matanya yang menyipit, walau bercadar Darto tahu, ekspresi istrinya itu dari matanya,“A_a_apa yang kamu dengar?” Darto gelagapan, dia takut sekali kalua istrinya itu mendengar dan curiga sesuatu,“Ya dengar, kalua Habit tuh kasih panggilan baru buat aku, yaitu Yang atau sayang, iya khan?” ujar Ninik malu-malu dan senang,“Habi nggak usah gugup gitu, nggak apa kog, seandainya Habi memanggilku apa saja, aku tetep sayang sama Habi” lanjut Ninik dengan mata mengerling.Darto menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia segera merengkuh istrinya dalam dekapan, dia gusuk puncak kepalanya, kemudia dia berbisik,“Jangan menggodakau Humay, kalau tidak ingin tertunda sarapannya” bisik Darto sambil menyeringai.“
NGIEEETPintu terbuka, Darto terkesiap“Humay … “ seru Darto dengan nada kaget“Iya bi … kenapa kaget begitu ….” ujar Ninik santai, dia sedikit heran dengan ekspresi kaget dan gugup suaminya.“Eh … nggak ada apa-apa Humay” jawab Darto sesantai mungkin.“Habi bicara dengan siapa? tanya Ninik, yang tadi sedikit mendengar lamat-lamat.“Oh, tidak sedang bicara, Humay salah dengar kali … “ elak Darto, beruntung istrinya itu tidak melanjutkan pembicaraan,“Lekas mandi gih, sarapan sudah siap” ujar Ninik dengan tersenyum, segera dia menyiapkan pakaian untuk suaminya,***“Nduk, jaga dirimu yah, ibu usahakan akan sering nginap di sana” ujar ibu sendu, saat Darto dan Ninik sudah siap berangkat kembali kerumah mereka sendiri,“Inggeh bu, matur nuwun” ujar Ninik sedikit tersedu, dia sangat bersyukur mendapatkan mertua dan keluarga suami yang sangat menyayanginya,(Iya Bu, terima kasih)“Kalau sewaktu-waktu kamu butuh ibu, jangan sungkan panggil ibu, nanti ibu akan selalu siap” ucap bu Zulaikha
BRUOSSS BUIHKMartono dan Sarmi terkejutMartono spontan mendelik ke arah DarmanPLAKKKKMartono segera bangkit hendak meneruskan menganiaya Darman, spontan Darto bangkit melindungi kakaknya,BANG PAK BANG BUGTak ayal tubuh Darto yang sedang melindungi tubuh Darman terpelanting dan menjadi sasaran kemarahan Martono, dianiaya Martono tanpa ampun, tanpa komando Darman, dan ibunya memukuli Martono dengan bakul nasi, sedang Darman memukul ayngahnya dengan piringPRANNG PROK PYARMartono terkapar bersimbah darah, Darto yang sudah bangkit mengambil sapu yang berada di dekatnya, dia pukul kepala ayahnya dengan gagang sapu secara membabi buta,PUAK PUAK PUAKSedangkan Sarmi hanya bengong dan tidak bisa bersuara sama sekali, mungkin karena saking kagetnya.“A_u_su_a_a_to” Sarmi seperti orang gagu, mulunya bergerak mencong-mencong tak mampu mengucapkan sepatah kata, melihat Martono terkapar bersimbah darah dia mendekat lalu mendekapnya, sedangkan Zulaikha bersama tiga anaknya masih dengan sika
“Apa, kamu tidak paham hukum ya, harta gono-gini itu, adalah harta yang, di peroleh selama pernikahan, lha kamu selama pernikahan pernah kasih apa ke aku?” tanya Zulaikha dengan dagu mendongak, sudut bibir terangkat miring.Martono celingukan, tapi pada dasarnya dia yang raja ngeyel, dia kekeh pada pendiriannya“Yah, tapi aku juga berhak dengan rumah ini” teriak Martono lantang“Kata siapa … ? karena kamu tadi mengusir kami, sekarang akulah yang mengusirmu, silahkan pergi sekarang juga” teriak Zulaikha lantang, dia segara beranjak menuju lemari kemudian segera dikeluarkan semua baju-baju Martono yang hampir semua tidak ada yang baru, kemudian dibuntel dengan sprei kotor, lalu diserahkan buntelan itu kepada Martono.“Nih, harta bendamu, janga lagi menginjak rumah ini” ujar Zulaikha mantapMartono hanya memandang sinis pada Zulaikha“Kalau aku tidak mau !” teriak Martono“Aku akan panggil pak RT dan warga, yang tahu riwayat keluarga aku, mereka adalah saksi bahwa ini rumahku, kemungkina
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah