Agung mengumpat, dia melirik temannya yang mengerjainya dengan melempar potongan besi di sampingnya, sehingga dia terkaget, dan begini deh keadaanya sekarang,Agung yang menjadi obyek bullyan juga ikut tersenyum-senyum, dia merasa senang bahwa karyawan di sini rata-rata kerasan, entah karena suasana yang enjoy penuh kekeluargaan, atau karena memang gajinya disini pantas.“Hey kalian, diam semua, fokus kerja, kalau kerja yang bener, awas kalau ada komplain dari pelanggan, bonus kalian tidak keluar bulan ini ....!” teriak Agung menggelegar, menirukan kebiasaan bos, mata mendelik dengan tangan di belakang meniru gaya si bos, sejenak suasana diam, tapi tiba-tiba kembali riuh, sadar kalau itu suara Agung yang meniru dan berlagak seperti bos, jadi mereka terkejut sesaat, kemudian menjadi tertawa kembali, saat tiba-tiba Agung tertawa ngakak, melihat teman-temannya terdiam, yah begitulah suasana riang di bengkel yang bikin karyawan kerasan, suasana kekeluargaan yang kental dan enjoy.***Do
Darto terkejut dengan teriakan istrinya, secepat kilat dia berlari ke toilet,“Humai” Darto segera mendekap istrinya, kemudian dia memerikasa seluruh bagian tubuh istrinya dengan panik,“Kamu tidak apa-apa Humai?” tanya Darto dengan panik“Aku tidak apa-apa Bi, tapi ibu itu” jawab Ninik sambil menunjuk seseorang yang tergeletak di lantai.Darto segera mengangkat tubuh wanita itu keluar, sedangkan Nova dan temannya yang tadi mengekor Darto, juga segera bertindak, mengambil brankar, para suster yang kebetulan melintas juga tak kalah cekatan menangani pasien dadakan itu, kemudian si wanita pingsan itu di bawa ke UGD.Darto dan Ninik menunggu di luar ruangan, mereka berdua duduk di kursi ruang tunggu,“Humai, memang tadi bagaimana kejadiannya?” tanya Darto.Kemudian Ninik mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, saat itu dia sedang asik membenarkan cadar dan cuci tangan, seorang ibu keluar dari dalam toilet, Ninik melihat dari pantulan ceermin itu, ibu itu tiba-tiba menunjuk-nunjuk di
“Apa .... !” seru Darto dan Ninik bersamaan, Darto tersentak dengan pernyataan wanita itu, hatinya deg-degan, pikirannya langsung tertuju pada sosok Mayang, kekasih yang dia abaikan, dan saat ini berniat untuk mengusirnya dari kehidupan dirinya dan keluarganya, apa mungkin Mayang yang di maksud, hatinya jadi tidak nyaman dan tidak tentram, ada rasa khawatir, tapi bingung hendak melakukan apa, sedangkan ustad tidak pulang-pulang, entah pak ustad itu sedang melakukan perjalanan apa sampai tidak pulang-pulang, atau aku cari ustad yang lain, tapi aku tidak mengenal salah seorangpun, entahlah, nanti aku akan cari info ustad yang bisa mengatasi urusan ghoib, karena tidak semua ustad punya kemampuan mengenai hal-hal ghoib,Sedangkan Ninik terkejut, apa mungkin seperti itu, dia tahu, dan sebagai muslim dia mengimani adanya makhluk lain selain manusia, yaittu makhluk ghoib, dan ada dunia lain selain dunia manusia, yaitu dunia alam ghoib, tapi sungguh sampai di usia ini, dia belum sama sekali
Ninik manggut-manggut, dia sedikit mulai faham, dan ingin mengorek lebih jauh dari nara sumber langsung yang mengalami gangguan makhluk astral, dan memuaskan rasa keingintahuan juga sedikit cari ilmu nih.“Memang tadi yang ibu lihat sosok itu seperti apa?” tanya Ninik lebih lanjut.“Rambut panjang sepinggang, agak pirang, hidung mancung, bibirnya tipis, matanya kosong, tapi kalau di gambarkan sosok nyata, atau kalau orang yang awam melihat penampakannya pastinya si Hantu itu terlihat cantik seperti indo Belanda” tutur si ibu menerawang mengingat-ingat sosok ituDEGGDarto yang mendengar penuturan itu terhenyak, apa mungking itu sosok Mayang?Mendengar cerita tersebut, sosok itu merujuk pada sosok Mayang, walau selama ini dia hanya bisa melihat dalam mimpi, karena kalau pas sadar, dia sama sekali tidak melihat, pikiran Darto berkecamuk, dia ingin lebih banyak mengorek keterangan dari ibu itu, tapi sepertinya istrinya mewakili
Darto dan Ninik menengok arah yang ditunjuk oleh wanita itu, tidak nampak apa-apa, hanya tanaman perrdu yang di bentuk bulat-bulat, Darto dan Ninik saling pandang, kemudian saling menggelengkan kepala.“Ibu melihatnya lagi?” tanya Ninik.“Iyah itu disana, tapi dia sekarang pergi, setelah aku tunjuk-tunjuk, nampaknya dia juga sedikit segan dengan wanita yang setengah indigo ini,“Ah ya sudah dek, saya pamit dulu, ingat, jaga diri baik-baik” wanita itu bergegas pergi,“iya bu, sama-sama, jaga diri juga baik-baik, waalaikumussalam” begitu jawab Ninik ramah.“Bi ... bi ... bi! Ninik memanggil suaminya berkali-kali, yang terakhir agak dikeraskan, sambil menepuk bahunya,“Eh, ya Humay, ada apa” ujar Darto geragapan, dia masih mode memikirkan hal Mayang, hingga tak mendengar istrinya mengajaknya bicara.“Bi, kog malah melamun, yuk bi, segera ke anak yang di tolong Habi semalam” tegur Ninik lembut“Eh ya Humay, segera kesana yuk ....” sahut Darto,Mereka merjalan beriringan, sampailah di depa
“Iya kak, apa khabar Elizabeth kak?” ujar Ninik seperti biasa dia menangkupkan telapak tangannya di dada,“Ah ya, dia baik, sekarang di australia, kelola bisnis kakek” jawab dokter muda itu dengan mata berbinar, ternyata mereka saling kenal,“Ehem, oh ya dok, anda kenal dengan istri saya Dok?” tiba-tiba Darto berujar, kata istri dia tekankan, agar dokter itu tahu, orang yang dia tunjuk itu sudah bersuami, dia cemburu melhat interaksi itu, apalagi binar mata dokter muda tampan itu seperti menyiratkan sebuah ketertarikan atau tepatnya menyukai, sesama lelaki tahulah, apa arti tatapan itu.“Eh iya mas, adik saya adalah sahabat Ninik saat kuliah” sahut dokter itu, hatinya nyeri saat lelaki di depannya ini mengaku suaminya,“Eh, ternyata kamu sudah menikah Nik? Tanya dokter itu, terdengar dari suaranya sedikit bergetar, ada nelangsa di sana.“Iyah Koh, ini suami Ninik,” ucap Ninik sambil merangkul lengan Darto, sedangkan Darto yang mendapat perlakuan manis Ninik, membusungkan dada, seolah
Darto terjengit, dadanya berdebar, apa mungkin anak ini bisa melihat hantu? Bagaimana cara bertanyanya? Masak tiba-tiba tanya perihal hantu ...., Darto dilema sendri, setiap moment yang menyangkut hantu, hatinya selalu berdetak kencang, bagaimanapun dia pernah sebagai pelaku persekutuan dengan setan, dan hal itu disesalinya, tapi sangat sulit untuk menghapus jejaknya, harus ada penanganan khusus agar bisa terlepas dari mereka, karena begitu manusia sudah masuk jeratnya setan, pasti setan bertekat bahwa harus sampai manusia itu meninggal harus dalam keadaan terkutuk, dan Kafir, bukankah itu sudah perjanjiannya dengan Allah, bahwa dia (setan) dipersilahan menggoda manusia dan setan diberkahi hidup kekal sampai akhir jaman, dan setan itu sebagai ujian iman pada para manusia, dan akan di pertanggung jawabkan di akherat kelak, {Naudzubillahimindzalik}“Hei, kamu itu ngomong opo toh Le, bojone seng di gowo yo mung siji, mbak ayu seng nggawe klambi biru iku, ayok tangi” bu Ratmi beusaha mem
“Hei, Bra ... ojo kesusu turu disek, opo seng kog maksud” cicit bu Ratmi mengguncang-guncang bahu anaknya. (Hei, Bra ... jangan terburu tidur dulu, apa yang kamu maksud) “Sudahlah bu, biarkan saja, biarkan dia istirahat dulu, mungkin efek obat yang beru disuntikkan tadi, lagian khan nanti sore pulangnya, nunggu data-data pasien” ujar Ninik lembut sambil mengusap-usap pundak bu Ratmi. “Eh, iya mbak, maaf ya, saya penasaran, tadi masnya sampai terjingkat, dan juga bikin orang lain takut gitu lho, jadi dia harus menjelaskan” tutur bu Ratmi “Ah, tidak kog bu, kita nggak takut, kita khan makhluk paling sempurna dan lebih dimulyakan dari makhluk lain” ujar Ninik mencoba menenangkan bu Ratmi, walau hatinya sendiri juga penasaran dengan apa yang diucapkan anak itu. “Mbak ini memang sangat cocok bersanding dengan mas ini, sama-sama baik” ujar bu Ratmi, dia memandang kagum dengan sepasang suami istri ini, kog ada ya ada pasangan sempurna seperti itu, sama baiknya, sama lembutnya, sama-sama