“Ish, kalau nanti anak kakak sudah mbrojol, kakak baru tahu rasa” sahut Darmi. “Ish, kakakmu pastinya nanti lebih pinter dari kamu Darmi” sahut Zulaikha tiba-tiba sambil bawa makanan di taruh di meja. “Hayuk, kita sarapan dulu, bahasnya disambung nanti, tidak sungkan apa, sama janda, bahas gituan” gerutu Zulaikha. “Janda? siapa bu ....” seru Darto dan Darmi bersamaan. “Lha menurutmu ibu itu bukan janda ....” mata Zulaikha mendelik dengan mimik yang lucu, semua saling pandang, merekapun baru ngeh, dan tertawa bersama-sama. *** Darto sudah sampai di depan rumahnya sendiri, dia mengamati hasil renovasi, dia merasa puas dengan hasilnya, nanti sian dia membayar lunas, karena hari ini sudah selesai, kemungkinan dua hari lagi bisa balik kesini bersama istrinya, hatinya merasa senang sekali, karena dengan begitu, dia tidak jauh-jauh dari istrinya. Saat Asyik mengamati rumahnya, tiba-tiba muncul mbok Rah dari dalam, terlihat membawa kresek besar, nampak dia terkejut dengan kemunculan Da
Darto masuk ke kamar, dia duduk di tepi ranjang sambil mengamati berkas di tangannya, dia lihat satu-satu lagi berkasnya, seetelah dirasa tidak ada sesuatu lagi, kemudian dia bangkit dan dan membawa berkas itu, dia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar.“ASTAGHFIRULLAHHALADZIM!” teriak Darto kaget, saat membuka pintu sudah berdiri mbok Rah tepat di depan pintu, hatinya yang selama ini merasa kurang sreg dengan sosok mbok Rah, jadi semakin kurang berkesan dengan mbok Rah,“Eh, copot” seru mbok Rah tak kalah kaget, dia yang sedianya hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dan muncul Darto, dia pikir Darto sudah pergi, ternyata masih dalam kamar,“Ada apa mbok?” tanya Darto heran, melihat mbok Rah di depan pintu.“Eh_oh_ maaf mas Darto, saya mau membersihkan kamar” jawab mbok Rah gugup.Darto sedikit memicingkan matanya, dia agak heran saja, biasanya mbak Susi yang membersihkan kamar atas, sedang mbok Rah sebenarnya cukup melakukan hal-hal ringan, karena istrinya menga
Mbok Rah kembali ke dapur membantu Susi, “Sus, memang kamu kemarin lihat apa, kog sampai pingsan?” tanya mbok Rah, dengan ekor mata melirik tajam pada Susi “Eh_oh tidak lihat apa-apa mbok” jawab Susi, tangannya yang sedang mengiris sayuran gemetar mengingat peristiwa kemarin, dimana saat membuka kemar mbok Rah dia masih ingat betul, dia melihat pemandangan ganjil, ada minyak gosok melayang-layang di sekitar punggung mbok Rah, dengan posisi mbok Rah tengkurap, tapi dia tidak berani mengatakan apapun, dan harus berbuat apa sama mbok Rah, dia hanya bisa meningkatkan kewaspadaannya terhadap mbok Rah, dan berharap mbok Rah segera dijemput oleh keluarganya, “Sungguh kamu nggak lihat apa-apa’ tanya ulang lagi mbok Rah. “Sungguh mbok” suaranya gemetar, dia berusaha menutup ketakutannya, “Assalamualaikum” salam seseorang yang tiba-tiba sudah nongol di dapur, yah itu adalah tukang cat yang kemarin, hari ini sepertinya hari terakhir, tinggal finishing dan membersihkan area dari percikan-per
Dirasa tubuhnya tidak nyaman, kemudian dia bangkit dari sofa, berjalan ke kemar mandi belakang, kepalanya berputar-putar, tangannya terasa dingin, dengan terhuyung-huyung dia melangkah kakinya dengan tertatih, tangannya memegangi perut, ada yang terasa tidak nyaman, setelah sampai pintu kamar mandiHoek,hoek,hoekSusi muntah-muntah di kamar mandi, sambil memegangi perutnya, keringatnya sudah memenuhi dahinya, dia muntah sampai terakhir muntah hanya cairan sedikit kekuningan, terasa sedikit pahit,“Sus ada apa kamu?” tanya mbok Rah mendekati Susi, walau diam-diam berseteru, tapi harus tetap saling peduli di luarnya bukan? pikir mbok Rah“Oh, biasa mbok, magh aku kumat, aku lupa tadi minum es jeruk, padahal aku khan tidak boleh makan dan minum yang asam” ujarnya terengah-engah karena aktifitas muntah tadi.Susi segera mengambil obat maghnya yang selalu tersedia di tasnya, jaga-jaga kalau kambuh, sedang mbok Rah menuju Dapur untuk menyelesaikan pekerjaan memasak makanan untuk makan siang
Wanita itu merasa di abaikan, dia sedikit gemas dengan pria ini, bagaimana bisa dia diabaikan begitu, dia biasanya selalu di pandang dengan memuja dari para lelaki, dan dia ada kebanggaan dengan hal itu, kini dia tidak di pandang bahkan hanya dengan ekor mata sekalipun. Apalagi dia di panggil bu, ‘sejak kapan aku jadi ibunya’ gerutunya dalam hati.“Ah, ya, tapi hanya Mas Darto yang mudah saya temui, yang lain susah” tukas wanita itu.“Lagian kalau Mas Darto tidak mau menemui saya, saya bisa batalkan investasi saya” ceroxos wanita itu, yang ternyata seorang investor, dia dengan arogant ingin menekan Darto, dia ingin menklukkan Darto dengan kekuatan uangn.“Maaf Bu, yang ingin investasi khan anda sendiri, sedang mengenai investasi saya tidak tahu menahu, karena bukan bagian saya, sudah saya katakan tadi khan ....” timpal Darto sedikit menekankanTamu wanita terdiam, benar juga yang dikatakan Darto, sedangkan tamu pria tidak hendak berkata apapun terkait berdebatan kecil itu, dia sudah m
Baru kali ini ada pria yang begitu tegas menolaknya, ‘kamu belum tahu siapa aku Darto, kamu akan bertekuk lutur kepadaku, aku akan melakukan sesuatu hingga kamu akan memohon-mohon padaku’ gumamnya dalam hati.“Halo Humai, sudah siap” ucap darto mesra pada orang di seberang sana, dengan Hand Phonenya“Waalaikumussalam, maaf Humai sampai lupa salam” ujar Darto sedikit terkekeh, saat justru istrinya yang mengucap salam“Ok, segera meluncur sayang” sahut Darto sumringah, matanya terlihat berbinar-binar.“Maaf, bukannya mengusir, tapi saya harus pergi, ada keperluan yang sangat penting” ujar Darto sesopan mungkin.Sarah mendelilk, dia marah, seumur-umur baru kali ini ada orang yang dengan berani mengusirnya, dia tidak terima, dia harus buat perhitungan.“Kamu tidak bisa mengusirku begitu saja, aku adalah calon investor berpotensi, kamu tahu, apa kamu belum tahu siap aku” ujar Sarah dengan suara meninggi, habis sudah kesabarannya yang tadi sudah di tahan-tahan, dia tidak mau diperlakukan se
Sebenarnya sudah lama dokter Nova seperti itu, sering sekali membawakan makan siang, tapi karena ibunya juga rutin membawakan makan siang untuknya, ada beberapa waktu juga ibunya kalau sedang sibuk sekalli maka tidak mengirim Darto makan siang, jadi makanan dari dokter Nova selalu diberikan karyawannya, tentu saja tanpa sepengetahuan dokter Nova, takutnya sang pemberi tersinggung.“Eh ya, terima kasih dokter, biar diterima Agung, saya mau keluar, maaf terburu-buru” ujar Darto sopan, dan segera pergi terburu-buru.Dokter Nova hanya terdiam, dia kecewa dengan sikap Darto yang datar-datar saja terhadapnya, apa aku harus mundur yah, batin dokter Nova, tapi sudah terlanjur menunggunya sekian lama, masak mundur begitu saja, salah dia sendiri juga sih, mengharapkan seseorang yang jelas-jelas tidak menaruh minat sedikitpun padanya, tapi yang namanya sudah kadung tresno (cinta), susah untuk berpaling, meski bertepuk sebelah tangan.Dokter Nova mengehela nafas, dia sadar betul, bahwa sejak awal
Agung mengumpat, dia melirik temannya yang mengerjainya dengan melempar potongan besi di sampingnya, sehingga dia terkaget, dan begini deh keadaanya sekarang,Agung yang menjadi obyek bullyan juga ikut tersenyum-senyum, dia merasa senang bahwa karyawan di sini rata-rata kerasan, entah karena suasana yang enjoy penuh kekeluargaan, atau karena memang gajinya disini pantas.“Hey kalian, diam semua, fokus kerja, kalau kerja yang bener, awas kalau ada komplain dari pelanggan, bonus kalian tidak keluar bulan ini ....!” teriak Agung menggelegar, menirukan kebiasaan bos, mata mendelik dengan tangan di belakang meniru gaya si bos, sejenak suasana diam, tapi tiba-tiba kembali riuh, sadar kalau itu suara Agung yang meniru dan berlagak seperti bos, jadi mereka terkejut sesaat, kemudian menjadi tertawa kembali, saat tiba-tiba Agung tertawa ngakak, melihat teman-temannya terdiam, yah begitulah suasana riang di bengkel yang bikin karyawan kerasan, suasana kekeluargaan yang kental dan enjoy.***Do
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah