Ya Gusti, Rahayu kaget dan terperanjat, matanya melotot, tangannya yang membawa baki terlihat bergetar, hingga isi dalam gelas di atas baki yang di bawanya tumpah sebagian, dahinya mengeluarkan keringat besar-besar, "Ma, ma, Mmm" Rahayu gagap, dia hendak mengatakan maaf, karena minuman yang akan dihidangkan sedikit tumpah, Ibu Rahayu tersenyum maklum, "Nggak usah takut nduk, ini pak Brengos," ujar ibu Rahayu sedikit terkekeh, Sedangkan sang tamu memelengkan wajahnya, menatap Rahayu dengan tajam, ada seringai licik di matanya, "Hehehe, iyak, iyak, iyak, hehehe" sang tamu terkekeh sambil memelintir kumisnya manggut-manggutRahayu ngeri mendengar kekehan pak Brengos, seperti suara lolongan srigala di malam hari, sangat giris dan horor, bulu kuduk sampai berdiri, Rahayu tidak dapat lagi menguasai rasa takutnya. PRANG Baki terlepas dari tangan Rahayu, ibunya yang terkejut hanya menatapnya heran ... tangannya mengulur menepuk-nepuk pundak Rahayu. "Mbok Rah, mbok Rah, mbok Rah" Susi
Tiba-tiba mbok Rah muncul dengan nenteng buntelan, Darto dan Ninik terkejut, sontak mendongak, keduanya segera berdiri, keningnya mengerut, ada apa dengan mbok Rah, tiba-tiba ingin pulang, awal datang dulu Ninik menawarkan mengantar pulang kampungnya, tapi mbok Rah menolak, ingin tinggal disini sementara, "Eh Mbok Rah mau balik desakah? " tanya Ninik sambil mengernyit, "iya mbak," sahut mbok Rah menundukkan kepala,"Apa ada sesuatu Mbok, hingga ingin pulang?" tanya Ninik penasaran."nggak Mbak, mbok rindu keluarga di kampung" sahutnya mbok Rah,Ninik sejenak terpekur, tidak ada hal yang membuatnya berat, karena selama ini juga tidaklah terlalu dekat, dan yang paling tidak bisa di tahan kalau orang sudah beralasan rindu, maka tidak ada yang bisa menghalangi, kata Dylan di film Dylan bahwa Rindu itu berat, eh kog nglantur di film-film segala,"Mmmm tunggu ya mbok" ujar Ninik berlalu masuk kamar, sesaat kemudian sudah muncul lagi "Mbok Rah, ini, terima ya, mohon maaf, mungkin selama
"Monggo mbak Ninik" angguknya kepada Ninik"Mari-mari Mbok selamat jalan, hati-hati, Wassalamualaikum" jawab Ninik sambil berseru, mengiringi langkah mbok Rah yang sudah sedikit menjauh dari pagarJEDUARRRR BRAKKKSuara benda besi bertabrakanNinik sangat terkejut, pintu pagar besi itu seolah ada yang menutup dengan dorongan yang sangat kuat, padahal dia baru mau akan menutup, tapi pintu pagar itu bergerak sendiri, Ninik berpikir keras tentang bagaimana hal itu bisa terjadi, tapi logikanya tak mampu menganaliasanya, kalau itu angin kencang, rasanya tidak mungkin, karena kalau itu angin kencang, tentu juga akan membuat bunyi glondangan atap-atap seng yang di pakai teras oleh banyak tetangganya, dan tentunya dia yang sedang berdiri juga akan terhempas oleh angin kencang itu bukan? Ninik buntu memikirkan itu, apa itu gangguan makhluk halus yang dikeluahkan suaminya tadi malam pada ustad? pikir Ninik, beruntung dia bukan orang penakut, jadi tidak membuatnya merasa terteror, dia anak pondo
HAAAAA Agung bersuara mulutnya nganga dengan mata melotot bahkan bola matanya seperti hendak keluar, Darto yang duduk dikursi kerjanya juga mendongak, tampak dia juga terkejut dengan apa yang dilihatnya, Bahkan di belakang wanita itu para karyawan bergerombol memandang bidadari kesasar dengan mulut nganga, air liur menetes, beberapa sudah berkali-kali menelan saliva, Bagaimana tidak, tiba-tiba ada sosok wanita cantik dengan tampilan yang sungguh menggugah ular tidur, baju ketat entah bahan dari apa, begitu mencetak jelas semua tonjolan, bahkan kerung leher yang rendah menampakkan sedikit tonjolan bukit kembar yang mempesona, bikin ular-ular blingsatan, “Hei sadar ...” seru orang di depan pintu itu pada Agung dengan posisi menggelikan seperti itu, “Oooooh, bidadarikah kamu?” racau Agung seperti orang mabok, matanya sayu seprti kena hipnotis, PLAKKKK “Cepat minggir” seru wanita itu sambil menampar Agung, Entah karena tamparan itu tidak keras, atau karena begitu terpesonanya deng
BRAKKK “Apa kamu bilang, kamu mengusirku, ingat yah, aku adalah investor, yang seharusnya kamu hormati, bahkan sahamnya aku yang paling banyak, jika kamu masih ingin menjadi CEO di bengkel baru itu nantinya, mau tidak mau kamu harus menerima aku” seru wanita itu dengan marah, menggebrak meja, dadanya naik turun, nafasnya sampai memburu, pertama kali dia datang dengan asistennya, Darto tidak menerimanya dengan baik, acuh saja, menyuruhnya menghubungi divisi yang mengurusi penanaman saham dari pihak ketiga, kini dia bermaksud datang kembali, dia sangat penasaran dengan Darto, sejak pertama bertemu dulu dia sudah tertarik dengan Darto, entah kenapa, dia sendiri juga tidak tahu, dia begitu menginginkannya, Darto terkesiap, tapi dia juga marah dengan wanita ini, dia mau bekerjasama dengan presedir keturunan jepang itu, tapi dia tidak mau di tekan-tekan dan di atru-atur tidak sesuai dengan Jobdish seperti ini, lagian bukan dia yang mohon kerjasama, tapi foundernya sendiri yang memohon pada
AAAAAA AAAAAA AAAAAAA AAAAAA Darto melolong panjang, hingga tubuhnya terangkat mengikuti gerakan Kyai yang seperti menarik sesuati dari mulut Darto hingga posisinya berdiri, terlihat menarik sesuatu yang sangat alot, tangan kyai nampak menegang dengan otot bertonjolan dan sudah mengkilat oleh keringat, BRUKKKKK Tubuh Dartopun terhempas saat Kyai sepuh itu gerakan tangannya seperti berhasil menarik sesuatu yang sangat alot, kemudian terlihat seperti menggulung sesuatu, kemudian dia duduk bersila dengan seperti memegang benda yang sangat besar dengan kuat, tangan kyai seperti memegang sebuah benda besar, mencengkramnya dengan kuat, sampai jari-jarinya bergetar, tubuhnya bergerar, matanya menutup dengan mulut yang tak henti melantunkan doa-doa, tangan Kyai semakin lama semakin mendekat satu sama lain, sepertinya benda besar kasat mata itu menjadi semakin mengecil, dan samakin tipis jaraknya, dan kemudian menangkup HIYA ... ALLAHHUAKBAR ... Kyai sepuh itu bergeriak, seprti ada kelega
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga