Darto segera melakukan titah Ninik, tadi saking terburunya dia hampir lupa, Darto tersenyum sedikit malu pada istrinya, kemudian dengan mantap dia melafadzkan doa,ALLAHUMMA JANIBNASYAITANA WA JANIBNISYAITHANAMARAZAQNA***Ibadah di mulai ... pembaca ... harap tenangMatahari sudah lingsir ke Barat, setelah Sholat Ashar, Darto segera membawa mobilnya ke bengkelnya, sekalian ngecek hasil kerja karyawannya, sedangkan Ninik mempersiapkan bahan-bahan untuk makan malam, sehingga nanti tinggal mematangkan saja,Darto meninggalkan mobil di bengkelnya, dia pulang dengan berjalan kaki, toh dekat saja, saat sudah masuk dalam gang, dia melihat ustad Jaelani berjalan dari arah berlawanan dengan dirinya, ustad Jaelani memakai baju koko dan kopyah hitam, terlihat agung dan berwibawa, Darto sumringah melihat ustad Jaelani, segera dia menghampiri ustad dan menyalami“Assalamualaikum ustad, apa khabar, perginya lama sekali ustad” salam Darto dengan berondongan pertanyaan,“Waalaikumussalam, mas Dar
PYARRRRDarto yang walau matanya sedikit terpejam dapat melihat pot bunga itu bergerak ke pinggir lalu jatuh,Matanya yang tadi sedikit ngantuk jadi melek seketika, melotot ke arah pot pecah itu, pikirannya langsung tertuju pada Mayang, benarkah itu Mayang? Pikirnya, apakah Mayang sedang menunjukkan keberadaannya?,Sedangkan Ninik yang tadi konsentrasi memijat tidak melihat fenomena pot bergeser, tahu-tahu sudah jatuh saja itu pot. Dikiranya pot itu tersengggol oleh Darto“Habi, mending kita ke kamar saja, nanti aku pijitin yang merata” ujar Ninik lembut, dikiranya saking ngantuknya suaminya sampai tak sengaja menyenggol pot di meja itu,“Ah, iya, siap titahnya kanjeng ratu” sahut Darto jenaka, Ninik hanya tersenyum kemudian menggelandang suaminya ke arah kamar,“Mbak Susi, tolong yah, dibersihkan,” ujar Ninik sambil menggeret tangan suami untuk mengikutinya.Sedangkan Darto pikirannya masih berkecamuk, tapi dia tidak ingin istrinya panik, dia berusaha tenang dan baik-baik saja, diam-
BRAKKKMbok Rah menutup pintu kamarnya keras, dia seperti marah, entah apa yang dimarahkan, setelah pintu tertutup, terlihat mbok Rah menarik nafas kasar“Kenapa kamu gegabah ... “ ujar mbok Rah berkacak pinggang, nafasnya memburuHening,“Kalau kamu tidak sabar, maka misi kita akan gagal, dan aku menyerah membantumu” mbok Rah menggeram marah, dia memajamkan matanya utnuk menetralisir kemarahannya, bagaimanapun dia menyayangi sosok yang sedang dimarahinya ini, tapi dia sangaat geregetan dengan ketidak sabarannya, padahal sebuah misi itu harus di lakukan dengan kehati-hatian, dia dengan susah payah masuk di keluarga ini, maka dia akan melakukannya dengan penuh perhitungan, tidak boleh gegabah, memang yang sedang dihadapinya ini orang-orang awam, tapi mereka berdua suami istri itu memiliki kekuatan alami, yang dia sendiri belum bisa mendifinisikan kekuatannnya itu apa dan bagaimana bisa begitu, jadi dia harus mempelajarinya dan mengamati dulu, mbok Rah tidak mau usahanya selama ini sia-
BLUB Arangpun menyala, mbok Rah dengan tenang membolak-balik arang agar menjadi bara merata, setelah dirasa bara sudah merata, lalu mbok Rah mengambil lagi buntelan plastik kecil, dibukanya pelan-pelan, ternyata berisi serbuk kemenyan, dijumputnya serbuk itu lalu di taburkan perlahan di atas bara, aroma khas kemenyan yang di bakar segera memenuhi ruangan, mbok Rah segera mengatur posisi duduknya dengan bersila, telapak tangan menangkup di depan dada seperti sikap menyembah, kemudian matanya mulai memejam, Sejenak mbok Rah membuka matanya, tangannya meraih kemenyan dan menjumputnya kembali, lalu ditaburkan perlahan diatas bara, wajahnya tampak memerah, entah oleh karena efek panas bara, atau karena efek ritualnya, matanya manatap tajam bara di depannya, sudut bibirnya tertarik miring, sejenak kemudian kembali mbok Rah menutup matanya, mengatur posisi menyembah seperti tadi, mulutnya komat-kamit, sesaat kemudian tubuh mbok Rah bergetar, asap dari bara arang yang tadinya tipis berpendar
CEKLEKKBRUAK ...Mbok Rah kaget sampai melompat mundur, jantungnya hampir terlepas dari tangkainya, matanya melotot, tubuhnya bergetar, pikirannya berkecamuk dan dag-dig-dug-der, demi apa yang terjadi sekarang, mulutnya sampai nganga lebar, rongga mulutnya yang menghitam tanpa gigi itu sampai terlihat.SUSI ... ! seru mbok Rah,Susi jatuh tertelungkup bersamaan pintu dibuka oleh mbok Rah, mbok Rah melongokkan kepalanya keluar, barangkali ada Ninik atau Darto di luar, dirasa aman tidak ada seorangpun yang menyaksikan peristiwa itu, maka mbok Rah segera menyeret tubuh Susi masuk, kemudian mbok Rah menutup pintu,“Sus ..., Sus ..., “ mbok Rah mengguncang-guncang tubuh Susi, membalikkan tubuh Susi hingga posisi tubuh Susi telentang,“Sus ... Sus ... “ panggilnya lagi,Sesaat kemudian kelopak mata Susi bergetar, dengan perlahan matanya terbuka, matanya berputar mengedar ke kanan dan ke kiri,Kemudian Susi bangkit duduk, kemudian dia memutar kepalanya ke kiri 360 derajad, kemudian dia mem
Mbok Rah meraih botol air mineral, di bukanya tutup botol, mulutnya berkomat-kamit, memberi jampi-jampi pada air itu untuk di percikkan ke muka Susi, dengan begitu Susi akan bangun,KRIET“Eh copot ... “ teriak mbok Rah kaget, bersamaan pintu terbuka, matanya melotot dan jantungnya berdebar-debar. Botol air mineral itu sampai terlepas,“Mbok Rah ... Susi kenapa?” Ninikkaget saat membuka pintu, sontak bertanya dengan khawatir, matanya membulat begitu melihat Susi tergeletak di lantai kamar mbok Rah,Ninik sebenarnya sedang mencari Susi, karena biasanya Susi sibuk di dapur membantu dirinya mempersiapkan makan malam, tapi ditunggu beberapa saat Susi tidak juga muncul, sehingga dia berinisiatif mencarinya di kamar, tapi saat di buka kamar Susi, kosong tidak ada orang, akhirnya dia mencari di kamar mbok Rah, betapa terkejutnya saat pintu dibukanya, dilihat Susi tergeletak, dan sesaat dia mencium bau aneh di ruangan mbok Rah itu, tapi dia mengabaikan kondisi itu, Ninik lebih khawatir keadaa
Darto juga mengerutkan keningnya, dia juga setuju dengan kata istrinya, suara itu datangnya dari dalam,Keduanay saling pandang, tanpa kata mereka seolah punya pikiran yang sama, sesaat kemudian keduanya membulatkan mata, tanpa aba-aba, sontak keduanya dengan kompak membuka pintu dan menghambur kembali ke dalam rumah,Sampai di dalam rumah Darto berjalan mengendap, Ninik mengekor di belakang, Darto mengamati sekeliling, tapi ternyata tidak ada sesuatupun yang mencurigakan,“Alhamdulillah tidak ada apapun humai” ujar Darto nyaris berbisik“iya Bi, kalau ada apa-apa tentunya mbok Rah dan Susi jadi heboh, keliahtannya Susi istirahatya tenang, syukurlah” ujar Ninik, Darto manggut-manggut mengerti,“Kalau begitu ayuk kita segera pergi ke rumah ustad” ajak Darto segera menggamit tangan Ninik, mereka berduapun segera melangkah pergi,Sementara itu di dalam kamar Susi,“Mbok Rah, suara apa itu kog seperti petasan besar meletus” tanya Susi yang tadi sempat kaget juga mendengar suara menggeleg
Kenapa Mbok Rah tidak takut Susi bangun?, ternyata tadi dimakanan Susi, mbok Rah telah memberi obat tidur, agar aksi ritualnya kali ini tidak terganggu,Mbok Rah kembali fokus pada boneka, setelah menekan pusar boneka, diangakat kembali boneka itu, kemudian di gerak-gerakkan di atas bara arang itu, tanggannya nampak bergetar saat memegang boneka, mulutnya komat-kamit sesekali mendesis dan bergumam tidak jelas apa yang digumamkan,Sementara itu, Darto dan Ninik sudah berbincang-bincang dengan Ustad dan istrinya, percakapan semula seputar tentang pekerjaan Darto dan pengalaman Ustad saat pergi dan menimba ilmu kembali di pondok gurunya,“Dek Darto, katanay ada yang hendak di tanyakan tentang sesuatu hal ... “ tanya Ustad tiba-tiba mengalihkan topik dan mengingatkan Darto tentang tutjuannya menemuinya,“Ah iya ustad, sampai ngelantur kemana-mana, begini Ustad ... saya khan orang awam, saya mengalami hal-hal ganjil di rumah, saya minta tolong Ustad dapat membantu mencari solusi tentang ha