“Ada apa kamu menangis Humaiku, apa ada yang kamu susahkan” tanya DartoHUWAAAAAA AAAAANinik menangis tersedu, melepaskan segala cemas serta ketakutannya, dan merasa terharu dengan perlakuan suaminya, bagaimana tidak terharu, saat ini kondisi suminya itu amat memprihatinkan, tapi dia justru mengkahwatirkan istrinya, nikmat mana lagi yang kau dustakan,“Hay, kog malah menangis,” ujar Darto lagi, sambil menggusuk kepalanya,“tenangkan dirimu, cup_cup_cup sudah tenanglah, Belanda masih jauh ... “ ujar Darto,Ninik sedikit gondok, bisa-bisanya suaminya ini bikin Joke yang nggak lucu, tapi dia sedikit terkekeh juga dengan guyonan ala Darto, dasar anak bu Zulaikha, gen jenaka menurun ke anak-anaknya, meski karakter tetapnya itu pendiam bin gagu, saat-saat tertentu keluar juga sifat jenakanya,“Hihihihi, Habi bisa saja” ujar Ninik memukul pelan pundak Darto,“Apa yang terjadi” tanya Darto lembut, sambil mempererat dekapnnya, sedangkan Ninik juga mempererat dekapannya, Ninik merasa nyaman de
AUWWWTeriak Ninik menjerit kaget,Tiba-tiba Darto membuka pintu lalu menarik tubuh Ninik ke dalam kamar mandi, tapi nampaknya Ninik berontak.“Ish, apaan sih Bi ... “ cicit Ninik sambil terus berusaha lepas,“Bi, jangan Bi ... “ teriak Ninik sambil berusaha lepas dari sergapan Darto saat Darto hendak melucuti baju Ninik yang sudah tak berbentuk itu,Ninik mengamati wajah dan mata Darto, melihat kemungkinan Darto kena serangan kesurupan lagi, tapi dilihatnya tidak ada tanda-tanda yang aneh di wajah Darto,“Kenapa Humai” cicit Darto“Kita tak boleh melakukannya di kamr mandi Bi, nggak baik, di kamar mandi itu banyak setannya, memang tidak ada larangan, bahkan sebagian ulama menilai makruh, tapi rasanya kurang beradab, beribadah itu ya di tempat yang baik Bi ... “ cerocos Ninik berusaha memberi pengeritan suaminya itu dan berusaha mencegah agresi Darto yang melucuti bajunya dengan tergesa-gesa,Demi mendengar cerocosan dan ceramah Ninik, Darto terdiam sejenak, kemudian dia memandang wa
Darto segera melakukan titah Ninik, tadi saking terburunya dia hampir lupa, Darto tersenyum sedikit malu pada istrinya, kemudian dengan mantap dia melafadzkan doa,ALLAHUMMA JANIBNASYAITANA WA JANIBNISYAITHANAMARAZAQNA***Ibadah di mulai ... pembaca ... harap tenangMatahari sudah lingsir ke Barat, setelah Sholat Ashar, Darto segera membawa mobilnya ke bengkelnya, sekalian ngecek hasil kerja karyawannya, sedangkan Ninik mempersiapkan bahan-bahan untuk makan malam, sehingga nanti tinggal mematangkan saja,Darto meninggalkan mobil di bengkelnya, dia pulang dengan berjalan kaki, toh dekat saja, saat sudah masuk dalam gang, dia melihat ustad Jaelani berjalan dari arah berlawanan dengan dirinya, ustad Jaelani memakai baju koko dan kopyah hitam, terlihat agung dan berwibawa, Darto sumringah melihat ustad Jaelani, segera dia menghampiri ustad dan menyalami“Assalamualaikum ustad, apa khabar, perginya lama sekali ustad” salam Darto dengan berondongan pertanyaan,“Waalaikumussalam, mas Dar
PYARRRRDarto yang walau matanya sedikit terpejam dapat melihat pot bunga itu bergerak ke pinggir lalu jatuh,Matanya yang tadi sedikit ngantuk jadi melek seketika, melotot ke arah pot pecah itu, pikirannya langsung tertuju pada Mayang, benarkah itu Mayang? Pikirnya, apakah Mayang sedang menunjukkan keberadaannya?,Sedangkan Ninik yang tadi konsentrasi memijat tidak melihat fenomena pot bergeser, tahu-tahu sudah jatuh saja itu pot. Dikiranya pot itu tersengggol oleh Darto“Habi, mending kita ke kamar saja, nanti aku pijitin yang merata” ujar Ninik lembut, dikiranya saking ngantuknya suaminya sampai tak sengaja menyenggol pot di meja itu,“Ah, iya, siap titahnya kanjeng ratu” sahut Darto jenaka, Ninik hanya tersenyum kemudian menggelandang suaminya ke arah kamar,“Mbak Susi, tolong yah, dibersihkan,” ujar Ninik sambil menggeret tangan suami untuk mengikutinya.Sedangkan Darto pikirannya masih berkecamuk, tapi dia tidak ingin istrinya panik, dia berusaha tenang dan baik-baik saja, diam-
BRAKKKMbok Rah menutup pintu kamarnya keras, dia seperti marah, entah apa yang dimarahkan, setelah pintu tertutup, terlihat mbok Rah menarik nafas kasar“Kenapa kamu gegabah ... “ ujar mbok Rah berkacak pinggang, nafasnya memburuHening,“Kalau kamu tidak sabar, maka misi kita akan gagal, dan aku menyerah membantumu” mbok Rah menggeram marah, dia memajamkan matanya utnuk menetralisir kemarahannya, bagaimanapun dia menyayangi sosok yang sedang dimarahinya ini, tapi dia sangaat geregetan dengan ketidak sabarannya, padahal sebuah misi itu harus di lakukan dengan kehati-hatian, dia dengan susah payah masuk di keluarga ini, maka dia akan melakukannya dengan penuh perhitungan, tidak boleh gegabah, memang yang sedang dihadapinya ini orang-orang awam, tapi mereka berdua suami istri itu memiliki kekuatan alami, yang dia sendiri belum bisa mendifinisikan kekuatannnya itu apa dan bagaimana bisa begitu, jadi dia harus mempelajarinya dan mengamati dulu, mbok Rah tidak mau usahanya selama ini sia-
BLUB Arangpun menyala, mbok Rah dengan tenang membolak-balik arang agar menjadi bara merata, setelah dirasa bara sudah merata, lalu mbok Rah mengambil lagi buntelan plastik kecil, dibukanya pelan-pelan, ternyata berisi serbuk kemenyan, dijumputnya serbuk itu lalu di taburkan perlahan di atas bara, aroma khas kemenyan yang di bakar segera memenuhi ruangan, mbok Rah segera mengatur posisi duduknya dengan bersila, telapak tangan menangkup di depan dada seperti sikap menyembah, kemudian matanya mulai memejam, Sejenak mbok Rah membuka matanya, tangannya meraih kemenyan dan menjumputnya kembali, lalu ditaburkan perlahan diatas bara, wajahnya tampak memerah, entah oleh karena efek panas bara, atau karena efek ritualnya, matanya manatap tajam bara di depannya, sudut bibirnya tertarik miring, sejenak kemudian kembali mbok Rah menutup matanya, mengatur posisi menyembah seperti tadi, mulutnya komat-kamit, sesaat kemudian tubuh mbok Rah bergetar, asap dari bara arang yang tadinya tipis berpendar
CEKLEKKBRUAK ...Mbok Rah kaget sampai melompat mundur, jantungnya hampir terlepas dari tangkainya, matanya melotot, tubuhnya bergetar, pikirannya berkecamuk dan dag-dig-dug-der, demi apa yang terjadi sekarang, mulutnya sampai nganga lebar, rongga mulutnya yang menghitam tanpa gigi itu sampai terlihat.SUSI ... ! seru mbok Rah,Susi jatuh tertelungkup bersamaan pintu dibuka oleh mbok Rah, mbok Rah melongokkan kepalanya keluar, barangkali ada Ninik atau Darto di luar, dirasa aman tidak ada seorangpun yang menyaksikan peristiwa itu, maka mbok Rah segera menyeret tubuh Susi masuk, kemudian mbok Rah menutup pintu,“Sus ..., Sus ..., “ mbok Rah mengguncang-guncang tubuh Susi, membalikkan tubuh Susi hingga posisi tubuh Susi telentang,“Sus ... Sus ... “ panggilnya lagi,Sesaat kemudian kelopak mata Susi bergetar, dengan perlahan matanya terbuka, matanya berputar mengedar ke kanan dan ke kiri,Kemudian Susi bangkit duduk, kemudian dia memutar kepalanya ke kiri 360 derajad, kemudian dia mem
Mbok Rah meraih botol air mineral, di bukanya tutup botol, mulutnya berkomat-kamit, memberi jampi-jampi pada air itu untuk di percikkan ke muka Susi, dengan begitu Susi akan bangun,KRIET“Eh copot ... “ teriak mbok Rah kaget, bersamaan pintu terbuka, matanya melotot dan jantungnya berdebar-debar. Botol air mineral itu sampai terlepas,“Mbok Rah ... Susi kenapa?” Ninikkaget saat membuka pintu, sontak bertanya dengan khawatir, matanya membulat begitu melihat Susi tergeletak di lantai kamar mbok Rah,Ninik sebenarnya sedang mencari Susi, karena biasanya Susi sibuk di dapur membantu dirinya mempersiapkan makan malam, tapi ditunggu beberapa saat Susi tidak juga muncul, sehingga dia berinisiatif mencarinya di kamar, tapi saat di buka kamar Susi, kosong tidak ada orang, akhirnya dia mencari di kamar mbok Rah, betapa terkejutnya saat pintu dibukanya, dilihat Susi tergeletak, dan sesaat dia mencium bau aneh di ruangan mbok Rah itu, tapi dia mengabaikan kondisi itu, Ninik lebih khawatir keadaa
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah