Di Apartemen aku mulai memfokuskan diri kepada kehamilanku. Yuriko dan aku sering bersama ke rumah sakit.
"Bagaimana hasil pemeriksaan kamu?"" Tanya Yuriko. "Anakku laki laki," ujarku tersenyum kepada Yuriko."Aku perempuan," Yuriko menjelaskan pula kehamilan nya."Kita berlatih, agar nantinya melahirkan tidak ada kesulitan." Yuriko mengajakku lagi menghadiri kelas prenatal.Ini adalah pengalamanku yang berharga dan penting bagiku dalam mempersiapkan persalinan dan menjadi orang tua.
Pelatihan ini membekaliku dengan teknik untuk mengatasi rasa sakit selama persalinan.
Berteman dengan sekelompok wanita Jepang yang hamil duduk dengan tenang tersenyum sopan.
Ceramah dari tenaga medis
yang memperingatkan tentang semua hal yang bisa salah selama kehamilan .Tanda-tanda risiko yang harus dicari dan peringatan untuk berhati-hati agar tidak menambah berat badan terlalu banyak.
Tiga
Kehamilanku sudah makin menonjol dan aku mulai jarang turun ke bawah. Aku merasa si kecil sudah suka menendang nendang perutku.Rasanya aku tidak bisa berbagi kebahagiaan dan hanya untuk diriku sendiri.Aku merasakan perubahan emosi dan menyesali semua yang terjadi. Menyesali Dato Raf dan paling jelek lagi merasa tidak dapat memaafkan diriku sendiri.Hanya ketika mengikuti latihan kehamilan bersama Yuriko aku bisa sedikit berkisah."Mungkin cuma beberapa hari lagi," ujarku kepada Yuriko."Kamu persiapkan taksinya," saran Yuriko."Aku telah menyiapkannya." Jawabku."Aku juga sudah merasakan hal yang sama." Berkata lagi Yuriko."Kuharap kelahiran kita sama, kalau kamu pergi bersalin, beritahu aku.""Aku bisa mengatasi sendiri," jawabku tidak mau merepotkan Yuriko."Tidak repot, kita bisa saling membantu." Balas Yuriko pula.***'Malam itu, aku sudah merasakan bayiku turun.
Dilain hari , aku melihat anak-anak usia sekolah dasar – berkelompok, atau sendirian berganti bus, atau kereta kereta dan berjalan di sepanjang jalan sibuk di Tokyo. "Di Jepang, anak-anak mulai bepergian ke sekolah sendiri sejak kelas satu sekolah dasar, " ujar Yuriko pula melanjutkan ceritanya . Mudah bagi anak yang bersekolah jika didekat tempat tinggal mereka, berjalan kaki ke sekolah. Sedangkan mereka yang terdaftar di sekolah yang jauh, naik metro atau bus, atau kombinasi keduanya. Pelatihan untuk perjalanan mandiri ini dimulai ketika anak-anak berada di taman kanak-kanak. Mereka melihat kakak-kakak mereka berjalan sendiri dan anak yang lebih kecil menirunya. Orang tua menunjukkan kepada mereka cara menyeberang jalan dengan aman dan menunjukkan tempat-tempat di mana mereka dapat mencari bantuan jika mereka mengalami kesulitan.Yuriko mengingat bahwa dalam keadaan darurat apa pun, dia harus pergi ke toko se
Aku memutuskan untuk pulang dengan anakku. Aku tidak mau lagi lama lama di Jepang.Hal ini kubicarakan dengan Yuriko sekaligus pamit dengan suaminya."Apa kamu akan pulang? Kukira itu bagus. Anak dekat dengan ayahnya," Yuriko menyambutnya dengan antusias."Aku cuma istri kedua dan istri pertama tidak setuju denganku. " kataku. Yuriko tersenyum mengerti."Kalau kamu mau, anakmu bisa ditinggal disini dan aku akan merawatnya. Kau bisa menjemput lagi kapan kamu mau." "Itu sangat merepotkan. Anakku tetap bersamaku.""Itu tidak repot, bersama putriku. Membesarkan anak disini lebih baik.""Terima kasih, aku pulang saja." Tekadku.Takeshi dan ayahnya juga terkejut ketika aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia. "Itu keputusanmu, sayang sekali kita berpisah. " Toshiro Ikagi agak kecewa."Selamat jalan dan semoga lancar saja," kata lelaki Jepang itu."Jika engkau memutuskan kembali, tawaranku ma
Sebenarnya juga, aku tahu terlalu riskan perkara ini dibawa pengadilan. Istri Dato akan lebih ribut lagi. Bukan denganku tapi dengan Dato Raf suaminya. "Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Aku tidak akan menganggumu lagi. Tapi jangan kamu kira ini kelemahanku." "Tidak, aku melihat itu kebaikan Dato. Tidak ada ruginya Dato berkorban untukku. Karena Dato cukup kaya.""Kamu pintar berbicara."Akhirnya dengan menghela napas panjang Dato Raf setuju untuk mengakhiri hubungan itu."Aku akan menandatangani surat pernyataan." Dato memutuskan.Dato Raf melewatkan satu malam denganku. Ini adalah malam terakhir aku bertemu sebagai suami dan istri dengan lelaki baik ini. Setelah itu aku bebas dan tinggal di apartemenku dengan anakku. Lelaki yang baik itu telah bermurah hati memberikan kepadaku sebuah Apartemen dan kenangan manis."Terima kasih Dato'," ujarku terbata bata."Apa itu cukup?""Saya juga minta saksi dari Fahmi supir Dat
Aku mencapai kantor ayahnya dengan mobil online dan masuk ke sebuah kantor besar berupa Apartemen. Sebuah Nama perusahaan besar yang bergerak dalam perdagangan besar. "Apakah kamu sering kesini? "Aku bertanya kepada anak itu. Keindahan ubin marmer, kebersihan dan kilau di sekitarku memenuhi mataku. "Tidak, tetapi terkadang ayah membawaku ke tempat kerja. Aku tidak punya siapa-siapa di rumah." Aku dan anak itu berjalan melewati koridor panjang dan naik lift.Satpam dikantor itu terkejut dan menahanku. " Hai, Adiputra, semuanya mencari kamu. Apa kamu diculik wanita ini?" Satpam berteriak. Kemarahan segera saja muncul dalam diriku."Jangan sembarangan, temukan saja ayahnya. Aku mengantar anak ini." "Kami akan menelponnya dan kamu menunggu di kantor. Semua orang sedang sibuk mencari anak itu. Maaf kalau menuduh," satpam itu mulai ramah. Sekarang aku akan memberi tahu
Seorang anak laki-laki dan ayahnya, yang saya pikir tidak akan pernah saya temui lagi datang lagi. Tuan Dewantara dan anaknya Adiputra.Sebuah mobil segera tiba.Adiputra kecil ada dikursi belakang. Baru sekarang saya perhatikan bahwa Adiputra kecil adalah salinan mirip ayahnya.Bocah itu begitu percaya diri dan keras kepala."Karena semua upaya saya untuk berterima kasih telah gagal, maka izinkan saya mengantarkan anda pulang?"Aku melihat sekilas wajah tampan pria itu."Aku punya mobil terparkir dimall. Cukup sampai disana saja.""Kamu membawa mobil?" Tanyanya."Kamu baru saja mengalami kejadian berat, aku ingin memastikan kamu pulang dengan baik. Dimana kamu tinggal?"" Apartemen Nirwana "sahutku."Aku tahu, ayo ketempat mobil kamu dan saya akan mengiringi kamu pulang dari belakang.""Kami akan menonton film besok," Si kecil itu berbicara."Maukah
Aku mandi dan menyegarkan diri. Aku tertidur sampai pagi hari dan bangun dengan wajah lebih segar. Celakanya aku mengingat anak kecil yang sangat menarik hati itu yang bernama Adiputra. Tapi aku sama sekali tidak menyesal tidak menerima tawaran ayahnya untuk menjadi pengasuh. Jadi pengasuh bukan pekerjaan pavoritku. Antar jemput anak dan bertemu dengan lelaki tampan itu setiap hari. Dia pasti juga tidak suka untuk bertemu seorang janda. Sebelum terlambat, lebih baik aku menolaknya sekarang. Aku keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk dengan rambut basah dan mengeringkannya serta pergi tidur. Tidur segera saja menguasai diriku karena aku sangat lelah. Untung ada Metty membantuku. Aku tertidur dan terbangun di pagi hari. Aku harus mencuci rambut lagi, karena kalau tidak rambutku menjadi kusut. Aku tidak mau tampil dengan rambut yang kusut. ***Beberapa saat setelah itu melodi yang b
Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi