Dato Raf membimbingku di tempat tidur setelah acara singkat itu terjadi.
Aku lega dan aku berjanji akan menunaikan kewajibanku melayani sang pelindungku sebagai istri.
Dimalam pertama aku sangat gugup.
Kegugupan sebagai pengantin baru dan perawan yang tiba tiba saja ada lelaki yang akan menyentuhku. Lelaki yang bukan muda lagi. Aku masih membayangkan diriku cinderella dijemput pangeran berkuda. Mungkin ini lebih mudah bagiku menghadapi malam ini dengan Dato Raf.
Dato Raf menciumku dengan lembut. Seluruh tubuhku gemetar sebelum ia melakukannya. Dato Raf berlaku sabar ingin menaik-an gairahku. Dia lelaki yang tidak tergesa gesa.
"Aku ingin mencium bibirmu dan itu amat menyenangkan." katanya.
Aku sangat merasa kikuk ketika bibir Dato Raf yang sedikit kasar menempel di bibirku.
Terasa panas dan menegangkan ketika ujung lidahnya yang menyapu.
Dato Raf ingin aku mengulurkan lidahku, diriku terlalu malu untuk melakukan keinginannya.
Baru ketika Dato Raf bermain didadaku membuat aku membalas belitan lidahnya.
Aku merasakan sensasi yang luarbiasa dari kehangatan permainan Dato Raf.
Semula aku masih membayangkan pangeran berkuda yang tampan bersama, tapi kini pikiran itu lenyap seketika. Aku tak peduli lagi. Ada desah yang ingin dipuaskan meski aku sangat takut karena milikku akan terenggut dimalam itu.
Apakah itu menyakitkan?
"Jangan takut Anna, aku akan pelan pelan saja." Dato Raf seperti tahu apa yang kupikirkan.
Mungkin karena aku merapatkan kakiku dan tak ada celah untuk Dato Raf menunaikan keinginannya.
Tiba tiba sesuatu yang luar biasa dilakukan Dato Raf. Hal yang tak pernah terlintas dalam pikiranku.
Laki laki separo baya itu tanpa segan dan silu bermain disana. Diarealku. Untuk pertama kalinya aku orgasme. Orgasme pertamaku terjadi dalam alam yang nyata. Lebih terasa lagi ketika Dato mulai mengambil perawanku. Pelan dan perih tapi kemudian menyenangkan.
Aku merasa sakit dengan luka yang terasa setelah berlalu dan dilain pihak juga senang dan menikmati.
Dan untuk selanjutnya,
Dato Raf memang tidak menuntut lebih, tidak membuat janji setiap hari.Tapi aku selalu dalam ketegangan, karena kekasihku itu bisa menuntut pemenuhan syarat kontrak kapanpun saja dia mau.
Sejak lama, aku terbiasa dengan perhatian pria yang tersenyum menggoda. Namun sekarang aku menerima seorang pria dengan tangan terbuka. Diriku sepenuhnya untuk Dato Raf.
Beberapa kali Dato Raf dan aku melakukannya malam itu. Dato Raf begitu kuat, apakah dia memakai obat? Aku tidak tahu.
Malam itu air mata mengalir deras dari mataku.
"Engkau menangis?" kata Dato Raf
"Hanya sedikit, mungkin aku bahagia."Dato Raf menciumku dan kelembutan di bibir. Dato Raf tidak bertanya-tanya lagi tentang alasan air mata itu.
Aku tidak tahu, pusaran emosi berkecamuk di dalam diriku dan meledak dari dalam.
Kembali Dato Raf bergerak tanpa henti, menyentuh seluruh tubuhku dengan cara yang luar biasa.
Kali ini aku membalas semuanya dengan lembut dan itu menyalakan api gairahnya di dalam dada Dato Raf.
Jari-jari Dato Raf membuat rambutku kusut, aku juga mencoba melayangkan senyum dari bibir .
"Aku mencintaimu, Anna'' desah Dato Raf.
Aku diam saja mengingat kata-kata yang paling sering diucapkan Dato Raf.
Aku hanya duniaku berputar untukku.
Aku tidak lagi canggung kalau meminta sesuatu.
Beberapa kali hal itu terjadi di hotel.
"Aku tidak ingin lagi dihotel ini" kata canggungku.
Dato Raf memperhatikan ucapanku.
"Aku merasa risih, jika aku datang kesini, Orang orang menatap kita, meski hotel ini ramai dan tak ada yang peduli."
"Baiklah, di hotel lain dimana Kamu mau?"
"Dirumah, di apartemen, kita akan melewatinya disana."
Dato Raf berpikir sejenak.
"Baiklah, di apartemen kamu, jika engkau merasa lebih aman."
"Tentu saja aman, kita sudah menikah."
"Jika keluarga atau kenalan kamu tahu?"
"Aku akan menjaga diri." Jawabku.
Dato Raf setuju. Aku berpikir, 1 tahun, 2 tahun dan untuk 6 tahun tidak ada masalah sampai aku mandiri dan memiliki Apartemen mewah dan tabungan cukup untuk menjamin seumur hidupku dalam kemewahan.
Dato Raf berpakaian rapi dan pergi meninggalkan hotel itu. Aku juga bergerak untuk pulang ke Apartemenku.
Melintasi lapangan ke tempat memarkir mobilku. Aku pergi ke mall untuk memanjakan diri .
Aku membeli beberapa keperluan sebelum pulang ke Apartemen.
2 tahun sudah berlalu, hidupku sudah cukup mapan. Pertama kali punya mobil baru meski tidak mahal.Berkantor di lantai 4, aku punya asisten pribadi yang rajin membantuku. Mia adalah asisten yang selalu bergiat dengan pekerjaannya.
Mia adalah temanku sekaligus menjadi pribadi yang menyenangkan.
Bagi pekerjaan yang kukerjakan dan interaksiku dengan teman teman sekantor aku mungkin aneh.
Aku adalah pribadi yang tertutup menyembunyikan diriku yang sebenarnya.
Teman temanku tidak banyak yang tahu tentang aku, karena aku menyembunyikannya.
Semula aku tidak peduli, tapi sebenarnya juga menggangguku.Lain waktu tanpa sadar aku mendapat hal lain yang sebenarnya perlu kuketahui.
Suatu hari aku bersibuk untuk sebuah promosi produk.
"Apa kamu tahu pemilik saham pengendali perusahaan ini?" Mia yang mulai memancing perhatianku.
Hal yang pasti ingin kuketahui.
"Siapa?" Tanyaku.
"Dato Raf. Nama yang aneh bukan?""Bagaimana dengan beliau? Apa yang kamu tahu?" Tanyaku dengan cara tidak menyolok."Itu mungkin dari negeri jiran, keberhasilan bisnis dan penghargaan ketika disana. Namun dia bukan orang sana."" Beliau jarang datang, istrinya juga. Suatu kali kau harus melihatnya."
Pembicaraan itu segera kualihkan seolah olah aku tidak tertarik.
" Mia', bagaimana persiapan meluncurkan produk baru .Apa persiapannya sudah bagus? Aku ingin lihat cheeklistnya " Aku bertegas tegas dalam pekerjaan.Aku memastikan pekerjaaku lancar, acara yang diadakan disebuah mall terkenal .Disana juga ada toko retailer perusahaan.
"Apakah ada hal yang tersisa atau ada administrasi lain yang akan yang akan kita bahas?" Aku bertanya kepada Mia.
"Semua sudah OK , SPG juga sudah. " Aku cukup puas dengan jaminan Mia.
Aku menepuk folder di mejaku.
Mia, asisten junior pembantunya. Wanita yang yang paling suka bekerja keras.
Bawahanku, karena pendidikan yang aku peroleh lebih tinggi darinya, namun pengalamannya puluhan tahun perusahaan Kosmetik Pesona Wanita itu bisa saja tak tergantikan oleh pendidikan.
Mia menjadi pegawai sekaligus tangan kanan dan rekan berbincangku.
Dari Mia, aku banyak mengorek kisah kisah perusahaan dan banyak lagi yang ingin sebenarnya aku tahu .
Kadang-kadang aku bertemu di ruang baca, tetapi lebih sering - di ruang istirahat , minum kopi pahit dan berbicara tentang apa saja, karyawan, dan pemilik, kantor lelaki yang menurut Mia jarang kulihat.
Aku sudah tahu bahwa Dato Raf jarang datang ke perusahaan itu, segala sesuatu ada Direktris yang mengelola. Dato Raf tidak mengontrol perusahaan secara manajemen .
Sering tidak berhubungannya dengan kantor tempatku bekerja, atau umumnya karena Dato Raf juga memiliki beberapa jaringan hypermarket.
Cerita dengan Mia menarik untuk diikuti . Dari Mia satu satunya sumber , siapa dan bagaimana istri Dato Raf
Istri Dato Raf adalah seorang wanita agak sedikit gemuk, satu-satunya informasi yang ingin kutahu.
Ingin sekali melihat Datin Betty, namun wanita itu jarang muncul. Juga di acaraku kali ini.Ada begitu banyak orang di acara peluncuran produk, sehingga aku mungkin tidak memperhatikan pelindungku yaitu Dato Raf hadir.Tetapi dia datang atau tidak tentunya tidak perlu. Lebih baik tidak, karena aku akan canggung.Dia pimpinan besar yang tidak muncul di acara remeh temeh.Tapi surprise, tiba tiba Dato Raf muncul sendiri. Jangkung, dengan rambut terawat rapi di atas kepala besar, dengan setelan yang pas, dia membuat kesan yang tak terhapuskan, terutama pada mereka yang hadir.Aku secara saja mencatat momen ketika dia melihatku, tetapi pandangan yang meluncur ke arahku dengan tenang beralih ke pura puraan tidak saling kenal.Aku tidak lagi melihat ke arah Dato Raf.Aku mengakui pada diriku saat itu bahwa aku tertarik dan kagum.Sesuai kesepakatan aku harus tidak tahu apa-apa tentang Dato Ra
Mungkin aku tidak hati hati, saat menyeberang jalan. Ketika aku mengambil kacamata hitamku tanpa melihat kekiri dan kanan sebuah sepeda motor gede hampir menabrakku. Moge itu berhenti mendadak, bunyi remnya berderit membuat beberapa orang menoleh. Aku mengangkat kepala dengan marah dan juga sangat terkejut. Sepatu hak tinggi membuat keseimbanganku jatuh. Aku tidak dapat menjaga diri. Dan saat berikutnya dengan sigap pengendara motor itu menangkapku. Aku jatuh - ke dalam pelukan pengendara sepeda motor dengan jaket kulit dan kemeja kotak-kotak, dengan kancing rendah di bagian dada. Mataku sampai tak berkedip beberapa kali untuk menjernihkan mata dan pikiranku. Aku menatap wajah pria yang sedikit cemas. Lelaki itu tampan
Ritual yang lain bagiku adalah salon kecantikkan.Aku biasa membetahkan diri merawat kecantikanku. Jelas ini sangat membantuku dan aku tahu menjadi cantik membuat kepercayaan diriku lebih yakin.Ada seorang ahli kecantikan merapikan rambut yang sangat kusuka. Namanya SandraMerawat kulit dan segala macam perawatan yang mesti kulakoni kupercayakan kepada Sandra disalon itu."Kulit kamu seperti bagus, bersih dan lembut, Senang bisa merawat kulit cantik seperti ini," puji ahli kecantikan itu kepadaku.Ahli kecantikan memuji kulit mulusku. Pujian itu membuat senyumku mengembang.Tentu saja, aku harus menjaga bentuk tubuhku agar tetap kencang karena Dato Raf pasti suka itu. Aku punya uang yang lebih dari cukup untuk melakukannya.Penampilku adalah hal terpenting dalam hidupk
Lelaki itu yang kuingatnya namanya, Ronald Arri Jaya menatapku."Saya ingin memesan yang sama untuk diri saya sendiri," ujarnya.Sementara itu, aku mencoba mengatur napas, pria itu sudah duduk di seberangku. Dia memanggil pramusaji dan sambil tersenyummemesan makanan dan juga kopi tanpa krim dan gula.Setelah itu, pria itu menatapku, seolah olah dia sangat tertarik dengan cara makanku.Aku gelisah di kursi dan memutuskan untuk menunggu sementara pramusaji melayani tetangga didepan mejaku. Aku berpikir bahwa makanan akan diselesaikan secepatnya.Sambil menyeka bibirku dengan serbet, aku melipatnya menjadi dua, lalu menjadi empat. Akhirnya, aku tidak bisa menahan diri berbicara.“Saya tidak mau diganggu," suaraku kaku dan mencoba memperlihatkan sikap tidak se
Sebenarnya aku takut. Kini aku takut bertemu lagi dengan Ronald.Aku takut membuat kesalahan dan Dato Raf marah. Aku takut akan resiko.Aku pergi secepat yang aku bisa dari tempat itu dan berharap untuk tidak melakukan pertemuan lagi dengan Ronald. Dapatkah aku melakukannya? Sialnya aku tidak yakin.Tapi kini aku pulang dengan hati hati dan memastikan tidak ada yang mengikuti perjalananku.Sengaja Aku berhenti disuatu tempat, memarkir mobil dan melihat kalau ada penguntit.Ronald bisa saja mengikuti langkahku atau mengejarku, memaksaku atau diam diam mengikutiku dan pada saat yang sama menginginkan pertemuan dirumahku. Bisa muncul di Apartemen yang kurahasiakan.Itu membahayakan diriku karena aku jelas merahasiakannya dari semua orang. Bahkan orang terdekatku.Per
Tidur lelap melirik jam dinding. Jam dua pagi. Ada empat jam lagi sebelum alarm berbunyi untuk bangun.Aku membandingkan dua lelaki Ronald dan Dato Raf dalam hidupku. Dato Rafki yang memberikan harta dan kemewahan, Ronald adalah pangeran tampan impian.Malam itu aku bermimpi. Semua ini mungkin sebagai kelanjutan dari pertarungan hati dan cintaku. Seperti ada perasaan yang aneh tercipta antara aku dan dua lelaki itu.Sambil mendesah, aku mengganti piyama basahku yang berkeringat dari mimpi erotis."Aku bermimpi, Ronald dan aku bertemu di sebuah taman bunga. Ia menerima bunga sebelum menciumku dengan lembut.Tubuh kekarnya itu tiba tiba saja tanpa baju . Aku mengagumi otot otot lelaki itu, dan tanpa diminta aku juga melepas pakaianku.Tak ada yang tersisa, ketika lelaki itu nenggumuliku, rasanya seperti malam pertama ketika aku masih perawan.Aku tidak keberatan ketika lelaki itu terus bermain d
Selesai dengan pekerjaan, aku mulai melamun. Teringat hidup yang kujalani, tidak semuanya berjalan mulus. Aku teringat istri Dato Raf yang pertama kali kulihat di salon. Aku merasa ada jejak cinta antara aku dan Dato Raf yang tidur denganku. Jejak yang.mulai terasa. Aku telah merebut Dato Raf dari istri syahnya. Bagaimana kalau wanita itu tahu?Tiba tiba aku merasa dunia ini tidak adil kepada wanita. Aku merasa kasihan kepada istrinya Dato Raf. Apakah aku cukup menanggapinya saja dengan maaf dan ucapan ringan atas perbuatan itu? Aku tersenyum, yang sangat jarang kulakukan, dan sesaat wajahku maka aku mengingatkan pada sesuatu yang lain. Aku memikirkannya, sampai Dato Raf mengejutkan dengan teleponnya yang berdering . "Sabtu siang aku akan mengunjungi kamu," lalu dia menutup telepon setelah berbasa basi sedikit. "Aku tidak kemana mana," jawabku.
Aku mengikuti Ronald. Mengikuti langkahnya. "Kau tidak suka naik motor ? Rasakan sensasinya. Inilah kebebasan.""Aku tidak mau naik motor," aku menolak."Betul tidak?" Tanyanya."Tidak, duduk mengangkang lagi?""Sayang sekali, kau rasakan sensasinya ketika duduk diatas motor. " Motor gede dan helm di parkiran dan penjagaan satpam yang hormat.Dia menawariku naik motor gede itu lagi. Aku tetap menggeleng."Baiklah, naik mobil lagi." Aku melupakan Dato Raf. Melupakan duniaku. Perasaannya dan entah apa lagi sampai ke sebuah apartemen. "Pergi ke apartementku ?: "Tidak," kataku. "Atau ketempat kamu?" "Aku harus kekantor." "Baikkah.Terima kasih atas waktunya." Mobil itu pergi dan melaju sampai ke kantorku. "Direktur yang eksentrik." kataku. "Aku punya hobbi. Kau tahu? Kalau diatas motor ini seolah olah kebebasan tidak terbatas. Aku suka kebebas
Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa
Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p
Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald."Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald. "Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan."Jangan ada kesalahan lagi.' "Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya." Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku."Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi. *** Ronald menelponku dua hari sesudahnya."Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya.
Aku mulai memikirkan Ronald dan kini masanya menuntaskan masalah ini. Aku menelponnya dengan telepon sebelumnya yang kucatat ketelpon baruku. Tak berapa lama telpon itu diangkat. Aku memerlukan menenangkan diri sebelum menjawab teleponnya."Hai, sapaku." Suara ditelpon menjawabnya dengan terkejut."Anna, kamukah itu?" Tanya Ronald seperti berteriak."Iya, " kataku."Aku cuma ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu," ujarku dengan suara getir."Apa yang kamu katakan? Kamu memutuskan telepon dan sekarang berbicara tentang selamat, apa yang kamu ketahui tentang aku?" "Kamu mengatakan akan menikah dan akan memberikan undangan.""Jadi karena itu kamu memutuskan telpon dan tidak mau berhubungan denganku?""Iya." Jawabku."Aku yang salah," ujar Ronald pula."Kita perlu bicara, dimana kamu?""Apakah ini perlu?" Tanyaku."Tentu saja perlu, banyak yang aka
Adiputra dan Erika Sintya mulai bercakap cakap dan akrab. Aku membujuknya agar mencintai Erika Sintya. Anak itu tersenyum saja. Tapi ia mulai suka dengan Erika dan tidak menolak atau merajuk . Permainan ditempat wisata itu menggodanya. berdua, Erika dan aku membawa Adiputra ketempat permainan, tapi Adiputra lebih suka menempel padaku. Ayahnya Dewantara hanya melihat saja dari jauh. Sekali sekali dia ikut. Tertawa bersama ayah dan anak. Aku seperti pengasuh diantara mereka.Berjalan kemana saja, bos suka melihat tempat wisata dan perkemahan. Tapi Erika dan Adiputra tidak suka berkemah. Jadi berjalan jalan saja kearah bukit dan tempat tempat yang indah.Di siang itu kami pulang setelah berjalan dikaki bukit.Erika Sintya dan Bos Dewantara berjalan berdampingan. Aku dan Adiputra mengikuti berjalan di dekat sungai. Erika memisahkan diri dari Bos dan mendekatkan diri padaku dan Adiputra.
Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi
Aku mandi dan menyegarkan diri. Aku tertidur sampai pagi hari dan bangun dengan wajah lebih segar. Celakanya aku mengingat anak kecil yang sangat menarik hati itu yang bernama Adiputra. Tapi aku sama sekali tidak menyesal tidak menerima tawaran ayahnya untuk menjadi pengasuh. Jadi pengasuh bukan pekerjaan pavoritku. Antar jemput anak dan bertemu dengan lelaki tampan itu setiap hari. Dia pasti juga tidak suka untuk bertemu seorang janda. Sebelum terlambat, lebih baik aku menolaknya sekarang. Aku keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk dengan rambut basah dan mengeringkannya serta pergi tidur. Tidur segera saja menguasai diriku karena aku sangat lelah. Untung ada Metty membantuku. Aku tertidur dan terbangun di pagi hari. Aku harus mencuci rambut lagi, karena kalau tidak rambutku menjadi kusut. Aku tidak mau tampil dengan rambut yang kusut. ***Beberapa saat setelah itu melodi yang b
Seorang anak laki-laki dan ayahnya, yang saya pikir tidak akan pernah saya temui lagi datang lagi. Tuan Dewantara dan anaknya Adiputra.Sebuah mobil segera tiba.Adiputra kecil ada dikursi belakang. Baru sekarang saya perhatikan bahwa Adiputra kecil adalah salinan mirip ayahnya.Bocah itu begitu percaya diri dan keras kepala."Karena semua upaya saya untuk berterima kasih telah gagal, maka izinkan saya mengantarkan anda pulang?"Aku melihat sekilas wajah tampan pria itu."Aku punya mobil terparkir dimall. Cukup sampai disana saja.""Kamu membawa mobil?" Tanyanya."Kamu baru saja mengalami kejadian berat, aku ingin memastikan kamu pulang dengan baik. Dimana kamu tinggal?"" Apartemen Nirwana "sahutku."Aku tahu, ayo ketempat mobil kamu dan saya akan mengiringi kamu pulang dari belakang.""Kami akan menonton film besok," Si kecil itu berbicara."Maukah
Aku mencapai kantor ayahnya dengan mobil online dan masuk ke sebuah kantor besar berupa Apartemen. Sebuah Nama perusahaan besar yang bergerak dalam perdagangan besar. "Apakah kamu sering kesini? "Aku bertanya kepada anak itu. Keindahan ubin marmer, kebersihan dan kilau di sekitarku memenuhi mataku. "Tidak, tetapi terkadang ayah membawaku ke tempat kerja. Aku tidak punya siapa-siapa di rumah." Aku dan anak itu berjalan melewati koridor panjang dan naik lift.Satpam dikantor itu terkejut dan menahanku. " Hai, Adiputra, semuanya mencari kamu. Apa kamu diculik wanita ini?" Satpam berteriak. Kemarahan segera saja muncul dalam diriku."Jangan sembarangan, temukan saja ayahnya. Aku mengantar anak ini." "Kami akan menelponnya dan kamu menunggu di kantor. Semua orang sedang sibuk mencari anak itu. Maaf kalau menuduh," satpam itu mulai ramah. Sekarang aku akan memberi tahu