Aku tiba-tiba merasa lebih baik begini meski seluruh kejadian itu mulai membuatku takut.
"Jadi, kita akan bertemu tiga hari lagi, di hotel. Maaf, itu bulan madu kita."
Dato Raf menepuk lututnya dan tersenyum. Pada saat itu dia tampak seperti paman yang baik hati.
"Jangan takut. Semuanya akan baik dan saya tidak akan terlalu sering mampir - sejauh mungkin dan perlu juga. Saya tidak lagi muda, tapi saya sangat tertarik kepada kamu Anna."
"Nama saya Diana."
"Aku akan memanggilmu Anna saja," putusnya.
Pertama kali ternyata menjadi cobaan berat bagiku. Aku tahu itu menyakitkan, tetapi seberapa parah itu akan menyakitiku. Aku tidak tahu. Aku tidak ingin memikirkannya.
Mungkin aku bisa mengatasi dengan pengalamanku sendiri, dan aku tidak sepantasnya mengeluh.
Aku berusaha untuk tidak memberi alasan ketidakpuasan. Kesepakatan adalah kesepakatan. Dan bukan favoritku untuk menjadi menangis. Karena semuanya sudah terjadi.
Dengan pekerjaan, semuanya berhasil pada hari pertama, perusahaan kosmetik "Pesona Wanita" menyambutku dengan tangan terbuka.
Perusahaan mengalokasikan ruang kantor terpisah untukku dengan sebuah jabatan yang aku inginkan dan seorang asisten yang membantuku sepenuh waktu.
Sampai saat ini, aku bahkan tidak bisa memimpikan kebahagiaan seperti itu. Aku terjun ke pekerjaan, seolah-olah ke dalam pusaran air, dengan cepat. Staf kantor yang ramah mengajariku dengan cepat.
Aku ingin bersibuk dengan pekerjaanku. Aku punya kartu kredit yang diberikan untuk belanja apa yang aku suka.
Paling penting dan hal-hal kecil yang menyertainya, pakaian, salon kecantikan, dan gym, akan menjadi bagian dari hidupku.
Harum dan cantik, dengan kaki panjang yang mengintip dari balik gaun pendek kesukaanku. Aku akan bertemu pelindungku, suamiku dengan senyuman, bahkan jika semuanya terjadi di hotel, dimana aku akan menyerahkan keperawananku esok.
Hari hari berlewat. Kini hari libur, bulan madulu yang pertama akan berlangsung disini. Di hotel ini semuanya akan kuserahkan.
Aku berangkat lebih awal ke hotel untuk memastikan semuanya akan berjalan baik baik saja .
Berkeliling dihotel yang mewah itu sebelum aku memparkir mobil mungilku di basement yang cukup luas dan petugas parkir serta satpam yang selalu siap dan ramah .
Mobil mungil hadiah perkawinanku dengan pelindungku. Aku mendatangi dealer dengan surat pengantar Dato Raf. Semuanya selesai dalam satu hari.
Aku merasa senang. Senang juga, ketika resepsionis itu tidak bertanya apa apa kepadaku selain rasa hormat yang ditujukan kepadaku.
Petugas itu memberikan kunci kamar dan room boy menawarkan bantuan. Namun aku menolaknya dengan tas pakaian ringan yang bisa kubawa sendiri .
Hotel sudah boking. Kamar No. 711.
Jantungku berdebar debar ketika aku masuk kedalam kamar.Jam 14.00 siang aku sudah menunggu, menunggu panggilan telepon dari lelaki yang aku sebut kini "pelindungku"
Pelindung? Suami? Tiba tiba aku bergidik ketika ingat ibuku. Aku telah membohongi ibuku karena tidak memberitahu apapun tentang ini.
Aku ingin meredakan kesalahanku. Sekarang aku akan menjadi istri, tidak menikah. Akangkah jeleknya. Mengapa aku tidak memikirkan itu sebelumnya'? Tidakkah sebaiknya aku menikah lebih dahulu? Ini sebuah kesalahan besar. Apa mesti kulakukan'? Menikah seharusnya terjadi. Aku terlalu naif untuk.melupakannya.
Mungkin bukan terlalu resmi, "nikah siri" bisa saja dilakukan. Tiba tiba saja 'aku mengingat itu sebagai masalah besar yang akan menghimpitku.
Ini tidak ada dalam perjanjian.Tapi pasti perlu. Aku berpikir dengan keras, semakin kupikir kepalaku menjadi puyeng.
Tak ada yang kulakukan selain menunggu telepon.
Aku ingat, aku tidak boleh menelpon atau mengirim pesan. Dari perjanjian itu, aku mendapat biaya hidup yang sangat lumayan setiap bulan yang masuk ke dalam akun tabunganku.
Cicilan mahal Apartemen. mewah kepada pengembang, aku tidak perlu memikirkan. Setelah 5 tahun akan menjadi milikku. Semua diurus oleh pelindjngku. Aku akan dapat membantu ibuku yang dengan uang, tentunya aku harus mencari alasan yang masuk akal sebelum semua terungkap .
Sore itu lelaki pelindungku menelpon dan aku menjadi gugup. Aku tak segera menjawab telepon itu, membiarkan debaran jantungku mereda.
"Iya....aku " jawabku di handphonenya dengan suara yang bergetar .
"Aku sudah disini.." kataku pula memastikan. Dia pasti merasa lega. Aku berpikir apa yang mesti.aku ucapkan.
Apakah Dato Raf akan menyetujui?
"Aku punya masalah.." ungkapku di telpon.
"Kau tidak membicarakan sebelumnya tentang masalah," dia berhenti sebentar.
Lalu suaranya terdengar lagi."Baiklah apa masalahmu sayang?"
"Kalau ibuku tahu?" suaraku tercekat dikerongkongan.
Semoga saja dapat ditangkap dengan baik oleh Dato Raf.
"Engkau sudah dewasa.." kata Dato Raf. Waktu 6 tahun juga tidak lama, kau akan melewatinya dengan baik"
"Apakah permintaanku terlalu berat?" ujarku terbata bata. Kudengar Dato Raf tetawa dalam telpon.
"Aku belum tahu permintaanmu, bagaimana aku menanggapinya, kamu ini lucu Anna," derai tawa Dato Raf. terdengar.
"Baiklah, maafkan aku..apakah tidak sebaiknya kita menikah lebih dahulu?"
'Aku langsung mengungkapkan perasaanku.
"Maaf, ini terlalu tiba tiba tapi sangat penting bagiku dan juga kita."
Pastinya Dato Raf terkejut. Tidak apa, aku siap dengan resikonya..Menunda bulan madu agar semuanya halal.
"Kamu terlalu kawatir," suara Rafki meninggi.
"Aku gugup, tapi usulku apakah masuk akal? Agar semuanya tidak.menjadi dosa "
Aku berani melepaskan alasan. Sebagai Dato yang pernah tinggal fi negeri jiran, dia pasti tahu. Dan seharusnya dia yang berinisiatif. Tapi pikiran sesaat mungkin menjadi terlupa.
"Kupikir kita menikah saja lebih dulu, tidak perlu resmi, secara "siri"saja," kataku dengan tenang memutuskan. Aku merasa lega sesaat setelah mengatakan itu.
"Aku tak perlu memegang suratnya, dapat disimpan atau dilenyapkan, aku tidak peduli, aku cuma ingin menjadi istri, kukira anda pasti tahu, agar aku diterima ibuku dan kekuargaku, kalau tidak aku akan dianggap pendosa."
Handphone tiba tiba berhenti, lelaki pelindungku menutup telpon secara tiba tiba. Marahkah Dato Raf?
Peluh dingin memercik ditubuhku yang lalu diserap oleh dinginnya AC kamar hotel itu .
Lama tidak ada jawaban, aku cemas untuk menunggu. Gelisah, aku tidak mau larut, aku menghidupkan televisi dikamarku.
Ada sinetron kesayanganku sedang tayang, tapi pikiranku tidak kesitu. Aku tidak tertarik
Masih memikirkan tanggapan Dato Raf, pasti tidak mudah. Cukup lama dan sore mulai jatuh.
Tiba tiba telpon berdering. Aku bergegas mengangkatnya handphone nya.
" Baiklah, aku telah mempersiapkannya, malam ini pukul delapan, seorang pemuka agama akan melakukannya. Kau dengar itu? Sopir akan menjemputmu."
Aku tak dapat mengira ngira , apakah Dato Raf sedang kesal, marah atau terpaksa. Tapi aku berharap dia setuju dengan keinginanku.
Aku sudah bisa bernapas lega.
"Iya,dan terima kasih" kataku dengan luapan bersyukur.
Pernikahan kilat dan sederhana terjadi malam itu .Seorang penghulu menikahkan diriku dan Dato Raf disaksikan beberapa orang sebagai saksi .
Aku tidak tahu, bagaimana keinginanku dapat tercapai begitu cepat. Dato Raf telah menuntaskannya. Tentu saja dengan uangnya.
Tidak sulit bagi lelaki itu dan aku tidak peduli dengan surat atau legalitasnya, namun aku tahu bahwa sesuatu itu sudah resmi dan menjadi syarat untuk suami istri.
Supirnya yang cekatan, Fahmi menyelesaikannya meski ia tidak ikut menanda tangani sebagai saksi pernikahan.
Dato Raf membimbingku di tempat tidur setelah acara singkat itu terjadi. Aku lega dan aku berjanji akan menunaikan kewajibanku melayani sang pelindungku sebagai istri. Dimalam pertama aku sangat gugup. Kegugupan sebagai pengantin baru dan perawan yang tiba tiba saja ada lelaki yang akan menyentuhku. Lelaki yang bukan muda lagi. Aku masih membayangkan diriku cinderella dijemput pangeran berkuda. Mungkin ini lebih mudah bagiku menghadapi malam ini dengan Dato Raf. Dato Raf menciumku dengan lembut. Seluruh tubuhku gemetar sebelum ia melakukannya. Dato Raf berlaku sabar ingin menaik-an gairahku. Dia lelaki yang tidak tergesa gesa. "Aku ingin mencium bibirmu dan itu amat menyenangkan." katanya. Aku sangat merasa kikuk ketika bibir Dato Raf yang sedikit kasar menempel di bibirku. Terasa panas dan menegangkan ketika ujung lidahnya yang menyapu. Dato Raf ingin aku mengulurka
Ingin sekali melihat Datin Betty, namun wanita itu jarang muncul. Juga di acaraku kali ini.Ada begitu banyak orang di acara peluncuran produk, sehingga aku mungkin tidak memperhatikan pelindungku yaitu Dato Raf hadir.Tetapi dia datang atau tidak tentunya tidak perlu. Lebih baik tidak, karena aku akan canggung.Dia pimpinan besar yang tidak muncul di acara remeh temeh.Tapi surprise, tiba tiba Dato Raf muncul sendiri. Jangkung, dengan rambut terawat rapi di atas kepala besar, dengan setelan yang pas, dia membuat kesan yang tak terhapuskan, terutama pada mereka yang hadir.Aku secara saja mencatat momen ketika dia melihatku, tetapi pandangan yang meluncur ke arahku dengan tenang beralih ke pura puraan tidak saling kenal.Aku tidak lagi melihat ke arah Dato Raf.Aku mengakui pada diriku saat itu bahwa aku tertarik dan kagum.Sesuai kesepakatan aku harus tidak tahu apa-apa tentang Dato Ra
Mungkin aku tidak hati hati, saat menyeberang jalan. Ketika aku mengambil kacamata hitamku tanpa melihat kekiri dan kanan sebuah sepeda motor gede hampir menabrakku. Moge itu berhenti mendadak, bunyi remnya berderit membuat beberapa orang menoleh. Aku mengangkat kepala dengan marah dan juga sangat terkejut. Sepatu hak tinggi membuat keseimbanganku jatuh. Aku tidak dapat menjaga diri. Dan saat berikutnya dengan sigap pengendara motor itu menangkapku. Aku jatuh - ke dalam pelukan pengendara sepeda motor dengan jaket kulit dan kemeja kotak-kotak, dengan kancing rendah di bagian dada. Mataku sampai tak berkedip beberapa kali untuk menjernihkan mata dan pikiranku. Aku menatap wajah pria yang sedikit cemas. Lelaki itu tampan
Ritual yang lain bagiku adalah salon kecantikkan.Aku biasa membetahkan diri merawat kecantikanku. Jelas ini sangat membantuku dan aku tahu menjadi cantik membuat kepercayaan diriku lebih yakin.Ada seorang ahli kecantikan merapikan rambut yang sangat kusuka. Namanya SandraMerawat kulit dan segala macam perawatan yang mesti kulakoni kupercayakan kepada Sandra disalon itu."Kulit kamu seperti bagus, bersih dan lembut, Senang bisa merawat kulit cantik seperti ini," puji ahli kecantikan itu kepadaku.Ahli kecantikan memuji kulit mulusku. Pujian itu membuat senyumku mengembang.Tentu saja, aku harus menjaga bentuk tubuhku agar tetap kencang karena Dato Raf pasti suka itu. Aku punya uang yang lebih dari cukup untuk melakukannya.Penampilku adalah hal terpenting dalam hidupk
Lelaki itu yang kuingatnya namanya, Ronald Arri Jaya menatapku."Saya ingin memesan yang sama untuk diri saya sendiri," ujarnya.Sementara itu, aku mencoba mengatur napas, pria itu sudah duduk di seberangku. Dia memanggil pramusaji dan sambil tersenyummemesan makanan dan juga kopi tanpa krim dan gula.Setelah itu, pria itu menatapku, seolah olah dia sangat tertarik dengan cara makanku.Aku gelisah di kursi dan memutuskan untuk menunggu sementara pramusaji melayani tetangga didepan mejaku. Aku berpikir bahwa makanan akan diselesaikan secepatnya.Sambil menyeka bibirku dengan serbet, aku melipatnya menjadi dua, lalu menjadi empat. Akhirnya, aku tidak bisa menahan diri berbicara.“Saya tidak mau diganggu," suaraku kaku dan mencoba memperlihatkan sikap tidak se
Sebenarnya aku takut. Kini aku takut bertemu lagi dengan Ronald.Aku takut membuat kesalahan dan Dato Raf marah. Aku takut akan resiko.Aku pergi secepat yang aku bisa dari tempat itu dan berharap untuk tidak melakukan pertemuan lagi dengan Ronald. Dapatkah aku melakukannya? Sialnya aku tidak yakin.Tapi kini aku pulang dengan hati hati dan memastikan tidak ada yang mengikuti perjalananku.Sengaja Aku berhenti disuatu tempat, memarkir mobil dan melihat kalau ada penguntit.Ronald bisa saja mengikuti langkahku atau mengejarku, memaksaku atau diam diam mengikutiku dan pada saat yang sama menginginkan pertemuan dirumahku. Bisa muncul di Apartemen yang kurahasiakan.Itu membahayakan diriku karena aku jelas merahasiakannya dari semua orang. Bahkan orang terdekatku.Per
Tidur lelap melirik jam dinding. Jam dua pagi. Ada empat jam lagi sebelum alarm berbunyi untuk bangun.Aku membandingkan dua lelaki Ronald dan Dato Raf dalam hidupku. Dato Rafki yang memberikan harta dan kemewahan, Ronald adalah pangeran tampan impian.Malam itu aku bermimpi. Semua ini mungkin sebagai kelanjutan dari pertarungan hati dan cintaku. Seperti ada perasaan yang aneh tercipta antara aku dan dua lelaki itu.Sambil mendesah, aku mengganti piyama basahku yang berkeringat dari mimpi erotis."Aku bermimpi, Ronald dan aku bertemu di sebuah taman bunga. Ia menerima bunga sebelum menciumku dengan lembut.Tubuh kekarnya itu tiba tiba saja tanpa baju . Aku mengagumi otot otot lelaki itu, dan tanpa diminta aku juga melepas pakaianku.Tak ada yang tersisa, ketika lelaki itu nenggumuliku, rasanya seperti malam pertama ketika aku masih perawan.Aku tidak keberatan ketika lelaki itu terus bermain d
Selesai dengan pekerjaan, aku mulai melamun. Teringat hidup yang kujalani, tidak semuanya berjalan mulus. Aku teringat istri Dato Raf yang pertama kali kulihat di salon. Aku merasa ada jejak cinta antara aku dan Dato Raf yang tidur denganku. Jejak yang.mulai terasa. Aku telah merebut Dato Raf dari istri syahnya. Bagaimana kalau wanita itu tahu?Tiba tiba aku merasa dunia ini tidak adil kepada wanita. Aku merasa kasihan kepada istrinya Dato Raf. Apakah aku cukup menanggapinya saja dengan maaf dan ucapan ringan atas perbuatan itu? Aku tersenyum, yang sangat jarang kulakukan, dan sesaat wajahku maka aku mengingatkan pada sesuatu yang lain. Aku memikirkannya, sampai Dato Raf mengejutkan dengan teleponnya yang berdering . "Sabtu siang aku akan mengunjungi kamu," lalu dia menutup telepon setelah berbasa basi sedikit. "Aku tidak kemana mana," jawabku.
Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa
Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p
Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald."Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald. "Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan."Jangan ada kesalahan lagi.' "Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya." Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku."Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi. *** Ronald menelponku dua hari sesudahnya."Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya.
Aku mulai memikirkan Ronald dan kini masanya menuntaskan masalah ini. Aku menelponnya dengan telepon sebelumnya yang kucatat ketelpon baruku. Tak berapa lama telpon itu diangkat. Aku memerlukan menenangkan diri sebelum menjawab teleponnya."Hai, sapaku." Suara ditelpon menjawabnya dengan terkejut."Anna, kamukah itu?" Tanya Ronald seperti berteriak."Iya, " kataku."Aku cuma ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu," ujarku dengan suara getir."Apa yang kamu katakan? Kamu memutuskan telepon dan sekarang berbicara tentang selamat, apa yang kamu ketahui tentang aku?" "Kamu mengatakan akan menikah dan akan memberikan undangan.""Jadi karena itu kamu memutuskan telpon dan tidak mau berhubungan denganku?""Iya." Jawabku."Aku yang salah," ujar Ronald pula."Kita perlu bicara, dimana kamu?""Apakah ini perlu?" Tanyaku."Tentu saja perlu, banyak yang aka
Adiputra dan Erika Sintya mulai bercakap cakap dan akrab. Aku membujuknya agar mencintai Erika Sintya. Anak itu tersenyum saja. Tapi ia mulai suka dengan Erika dan tidak menolak atau merajuk . Permainan ditempat wisata itu menggodanya. berdua, Erika dan aku membawa Adiputra ketempat permainan, tapi Adiputra lebih suka menempel padaku. Ayahnya Dewantara hanya melihat saja dari jauh. Sekali sekali dia ikut. Tertawa bersama ayah dan anak. Aku seperti pengasuh diantara mereka.Berjalan kemana saja, bos suka melihat tempat wisata dan perkemahan. Tapi Erika dan Adiputra tidak suka berkemah. Jadi berjalan jalan saja kearah bukit dan tempat tempat yang indah.Di siang itu kami pulang setelah berjalan dikaki bukit.Erika Sintya dan Bos Dewantara berjalan berdampingan. Aku dan Adiputra mengikuti berjalan di dekat sungai. Erika memisahkan diri dari Bos dan mendekatkan diri padaku dan Adiputra.
Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi
Aku mandi dan menyegarkan diri. Aku tertidur sampai pagi hari dan bangun dengan wajah lebih segar. Celakanya aku mengingat anak kecil yang sangat menarik hati itu yang bernama Adiputra. Tapi aku sama sekali tidak menyesal tidak menerima tawaran ayahnya untuk menjadi pengasuh. Jadi pengasuh bukan pekerjaan pavoritku. Antar jemput anak dan bertemu dengan lelaki tampan itu setiap hari. Dia pasti juga tidak suka untuk bertemu seorang janda. Sebelum terlambat, lebih baik aku menolaknya sekarang. Aku keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk dengan rambut basah dan mengeringkannya serta pergi tidur. Tidur segera saja menguasai diriku karena aku sangat lelah. Untung ada Metty membantuku. Aku tertidur dan terbangun di pagi hari. Aku harus mencuci rambut lagi, karena kalau tidak rambutku menjadi kusut. Aku tidak mau tampil dengan rambut yang kusut. ***Beberapa saat setelah itu melodi yang b
Seorang anak laki-laki dan ayahnya, yang saya pikir tidak akan pernah saya temui lagi datang lagi. Tuan Dewantara dan anaknya Adiputra.Sebuah mobil segera tiba.Adiputra kecil ada dikursi belakang. Baru sekarang saya perhatikan bahwa Adiputra kecil adalah salinan mirip ayahnya.Bocah itu begitu percaya diri dan keras kepala."Karena semua upaya saya untuk berterima kasih telah gagal, maka izinkan saya mengantarkan anda pulang?"Aku melihat sekilas wajah tampan pria itu."Aku punya mobil terparkir dimall. Cukup sampai disana saja.""Kamu membawa mobil?" Tanyanya."Kamu baru saja mengalami kejadian berat, aku ingin memastikan kamu pulang dengan baik. Dimana kamu tinggal?"" Apartemen Nirwana "sahutku."Aku tahu, ayo ketempat mobil kamu dan saya akan mengiringi kamu pulang dari belakang.""Kami akan menonton film besok," Si kecil itu berbicara."Maukah
Aku mencapai kantor ayahnya dengan mobil online dan masuk ke sebuah kantor besar berupa Apartemen. Sebuah Nama perusahaan besar yang bergerak dalam perdagangan besar. "Apakah kamu sering kesini? "Aku bertanya kepada anak itu. Keindahan ubin marmer, kebersihan dan kilau di sekitarku memenuhi mataku. "Tidak, tetapi terkadang ayah membawaku ke tempat kerja. Aku tidak punya siapa-siapa di rumah." Aku dan anak itu berjalan melewati koridor panjang dan naik lift.Satpam dikantor itu terkejut dan menahanku. " Hai, Adiputra, semuanya mencari kamu. Apa kamu diculik wanita ini?" Satpam berteriak. Kemarahan segera saja muncul dalam diriku."Jangan sembarangan, temukan saja ayahnya. Aku mengantar anak ini." "Kami akan menelponnya dan kamu menunggu di kantor. Semua orang sedang sibuk mencari anak itu. Maaf kalau menuduh," satpam itu mulai ramah. Sekarang aku akan memberi tahu