Ingin sekali melihat Datin Betty, namun wanita itu jarang muncul. Juga di acaraku kali ini.
Ada begitu banyak orang di acara peluncuran produk, sehingga aku mungkin tidak memperhatikan pelindungku yaitu Dato Raf hadir.
Tetapi dia datang atau tidak tentunya tidak perlu. Lebih baik tidak, karena aku akan canggung.
Dia pimpinan besar yang tidak muncul di acara remeh temeh.
Tapi surprise, tiba tiba Dato Raf muncul sendiri. Jangkung, dengan rambut terawat rapi di atas kepala besar, dengan setelan yang pas, dia membuat kesan yang tak terhapuskan, terutama pada mereka yang hadir.
Aku secara saja mencatat momen ketika dia melihatku, tetapi pandangan yang meluncur ke arahku dengan tenang beralih ke pura puraan tidak saling kenal.
Aku tidak lagi melihat ke arah Dato Raf.
Aku mengakui pada diriku saat itu bahwa aku tertarik dan kagum.
Sesuai kesepakatan aku harus tidak tahu apa-apa tentang Dato Raf.
Aku tidak berbicara tentang dirinya tentang siapa dia, rahasia harus tetap tersimpan.
Di Apartemen, Dato Raf tidak berbicara tentang pekerjaan. Dato Raf juga tidak mau aku berbicara tentang bisnis.
"Kita tak membicarakan pekerjaan Anna, aku tak ingin ada pembicaraan itu kecuali kamu ada kesulitan, " pesan Dato Raf kepadaku.
"Aku cuma ingin sedikit bersenang senang. Jangan tanya bisnisku. Kamu hanya tahu apa yang harus kuberitahu."
Dato Raf serius dengan ucapannya, jadi aku sedapat mungkin menghindari pertanyaan tentang pekerjaannya.
Aku hanya melayaninya ketika ia membawaku ke kamar tidur.
Dato Raf selalu bermain dengan ciuman. Dia melakukannya dalam waktu cukup lama sebelum membuatku polos.
Aku terkadang tidak begitu suka berciuman, namun sekarang aku harus belajar menikmatinya.
Aku kini terbiasa tanpa busana didepan lelaki, kalau perlu sedikit bergaya.
Dia kadang kadang menyuruhku membuka busanaku pelan pelan sampai tak ada lagi yang tersisa.
Memenuhi kebutuhan Dato Raf secara bertahap pindah ke tempat tidur atau sofa - tergantung pada seberapa banyak waktu yang dapat dia habiskan untukku.
"Aku ingin bermain di Sofa saja." perintahnya.Bisa jadi menemaninya mandi di shower.
"Aku membantunya mengusap tubuhnya yang telanjang disana."
Selama bertahun-tahun aku saling mengenal, pelindungku Dato Raf atau suami kontrakku itu , namun dia masih misteri bagiku.
Ini mungkin baik, meski ada momen momen canggungku bersama Dato Raf
Menjalin hubungan mesra, nyatanya bisa saja menjadi orang asing, namun hal tersebut tak menyurutkan minatku pada Dato sebagai pribadi yang mengagumkan.
Ketika pertemuan berlangsung, aku mencoba tidak memikirkan rasa penasaranku terhadap sosok dirinya.
Aku hanya memikirkan bagaimana memuaskan kekasihku itu.
Mungkin orang orang tidak peduli, atau mereka sudah lama terbiasa dengan keadaan seperti itu.
Tetapi aku tidak bisa menyingkirkan pemikiran bahwa seseorang bisa saja menghakimiku terhadap cinta berbagi lelaki dengan yang lain.
Kekagumanku pada Dato Raf adalah Dato pemilik pabrik, supermarket, punya banyak uang, tapi dia tidak memamerkannya.
Aku sudah memahami ini, serta fakta bahwa Fahmi supirnya dan Dato Raf tidak tahu secara pribadi - jika tidak, yang pertama akan tahu bahwa yang mengatur untuknya di kantor.
Lebih tepatnya, seseorang yang tidak dia kenal.
"Kamu bilang dia punya supermarket, dan hanya beberapa orang terpilih yang tahu dan memiliki informasi tentang dia."
"Aku salah satunya," ujar Mia"Kau sudah melihatnya'? Tidak bagus untuk menatap dalam waktu yang lama. Kamu bisa tergoda," kata Mia mengomentari Dato Raf.
"Tampan bukan?" Tanya Mia.
Aku tidak bisa tidak setuju. Tapi tidak dengan suara keras.
"Dia tidak datang ke sesi foto. Bagi pria bermodal seperti itu, penampilan menarik sangat diperlukan."
"Bagaimana mengatakannya?"
Mia terkikik dan mengedipkan mata padaku.
Aku mendesaknya.
"Ayo, beritahu aku. Aku ingin tahu dan berbagi gosiplah denganku."
"Cerita yang aku tahu, menikah dua kali." Mia hampir menekan bibirnya ke telinganya, menceritakan Dato Raf dan aku hampir mencoba seperti tidak tertarik
Tentu saja aku harus bertahan dan tidak mau melewatkan berita seperti itu.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang istri pertamanya." cerita Mia.
Mereka bercerai setahun setelah pernikahan. Dia meninggalkan warisan seorang putra. Semua informasi tentang dia adalah rahasia.
"Bagaimana putranya itu? Apakah dia mengabaikan putranya?" Tanyaku.
“Ada alasan untuk itu. Istri keduanya sangat kaya. Faktanya, berkat dia, menerima modal awal untuk kerajaan bisnisnya." Mia bercerita dengan nada bergosip.
"Anak perempuan satu-satunya dari orang tua kaya jatuh cinta padanya."
Menariknya, istrinya yang bernama Datin Betty tidak tertarik dengan bisnis dan Dato Raf juga jarang membawanya keluar.
Tetapi semua orang tahu bahwa Dato menghormati - atau lebih dari takut - pada ayah mertuanya .
Aku mencoba memahami apakah aku merasa cemburu setelah pengungkapan cerita Mia, atau bimbang.
Ini sulit, karena perasaan itu tidak asing bagiku.
Aku ingin mengetahui lebih banyak, sesuatu yang lebih menarik tentang Dato Raf.
Dia muncul di suatu malam atau suatu hari, dan waktu tidak diduga dalam waktu sebentar dan menggauliku dan segera pergi. Aku masih tetap dengan kebiasaannya.
"Kau amat cantik Anna, ciumlah aku. Aku tidak bisa melakukannya sebelum kita berciuman."Lalu aku menciumnya dibibir."Aku selalu suka dengan ciuman, bibir wanita sangat mempesonaku."
Kebiasaan yang selalu harus ku ingat.
Dato Raf juga melakukannya di shower ketika air dingin menyiram tubuh. Atau di sofa ditempat mana ia tiba tiba menginginkannya.
"Bagaimana kalau aku hamil?" Tanyaku."Mungkin tidak," kata Datuk."Jangan lupa dengan pilnya. Atau aku akan pakai pengaman.""Aku akan menghitung masa suburku.""Dengan kalender?"Aku mengangguk.Beberapa kali aku lupa', namun semuanya harus bersyukur tidak terjadi masalah.
Aku tidak hamil. Tentunya itu bukan sesuatu yang diharapkan saat itu.
"Jika aku hamil, apakah harus digugurkan?"
Masalah itu menjadikan sebuah pikiran yang pelik bagiku."Kita pikirkan nanti, jelasnya aku akan bertanggung jawab', kau tidak dirugikan."Tidak tahu juga tanggung jawab seperti apa yang akan diberikan Dato Raf.
***Pekerjaan dan kesibukanku tidak pernah berhenti. Jika aku sibuk lebih sering membiarkan pintu kantor terbuka .
Asistenku yang lain Nata, muncul di ambang pintu dan bertanya apakah aku membutuhkan sesuatu.
Saat melirik arlojiku, Aku menyadari bahwa hari kerja telah usai.
Keinginan untuk segera pulang, segera muncul.
Aku segera mematikan komputer didepanku.
Aku meletakkan dokumen di atas meja dengan tumpukan rapi, membuat rencana untuk besok dan menuliskan beberapa catatan di buku harian. Aku suka menulis dan menulis adalah juga seni bagiku. Aku bangga dengan tulisan. cantikku.
Kebiasaan sekolah lama terpengaruh, guruku selalu menyuruh membuat atau menyalin pelajaran dipapan tulis. Tulisan cantikku dipapan, kemudian aku menulis lagi dari buku catatan teman yang kupinjam.
Selesai bekerja hari ini, aku mengambil dompetku dan pergi ke pintu keluar.
Aku mengucapkan selamat tinggal kepada penjaga, menarik sisir dari sanggulku dan menggelengkan kepalanya. Untaian rambut yang tebal jatuh di atas bahuku menenangkan diriku.
Membuka pintu kantor, aku berpikir akan menyenangkan untuk melepas jaketku saja tetapi kemudian aku hanya membuka kancing jaket itu.
Aku senang memakai dan memperlihatkan sutra alamiku dan blusku serta angin sepoi-sepoi.
Mungkin aku tidak hati hati, saat menyeberang jalan. Ketika aku mengambil kacamata hitamku tanpa melihat kekiri dan kanan sebuah sepeda motor gede hampir menabrakku. Moge itu berhenti mendadak, bunyi remnya berderit membuat beberapa orang menoleh. Aku mengangkat kepala dengan marah dan juga sangat terkejut. Sepatu hak tinggi membuat keseimbanganku jatuh. Aku tidak dapat menjaga diri. Dan saat berikutnya dengan sigap pengendara motor itu menangkapku. Aku jatuh - ke dalam pelukan pengendara sepeda motor dengan jaket kulit dan kemeja kotak-kotak, dengan kancing rendah di bagian dada. Mataku sampai tak berkedip beberapa kali untuk menjernihkan mata dan pikiranku. Aku menatap wajah pria yang sedikit cemas. Lelaki itu tampan
Ritual yang lain bagiku adalah salon kecantikkan.Aku biasa membetahkan diri merawat kecantikanku. Jelas ini sangat membantuku dan aku tahu menjadi cantik membuat kepercayaan diriku lebih yakin.Ada seorang ahli kecantikan merapikan rambut yang sangat kusuka. Namanya SandraMerawat kulit dan segala macam perawatan yang mesti kulakoni kupercayakan kepada Sandra disalon itu."Kulit kamu seperti bagus, bersih dan lembut, Senang bisa merawat kulit cantik seperti ini," puji ahli kecantikan itu kepadaku.Ahli kecantikan memuji kulit mulusku. Pujian itu membuat senyumku mengembang.Tentu saja, aku harus menjaga bentuk tubuhku agar tetap kencang karena Dato Raf pasti suka itu. Aku punya uang yang lebih dari cukup untuk melakukannya.Penampilku adalah hal terpenting dalam hidupk
Lelaki itu yang kuingatnya namanya, Ronald Arri Jaya menatapku."Saya ingin memesan yang sama untuk diri saya sendiri," ujarnya.Sementara itu, aku mencoba mengatur napas, pria itu sudah duduk di seberangku. Dia memanggil pramusaji dan sambil tersenyummemesan makanan dan juga kopi tanpa krim dan gula.Setelah itu, pria itu menatapku, seolah olah dia sangat tertarik dengan cara makanku.Aku gelisah di kursi dan memutuskan untuk menunggu sementara pramusaji melayani tetangga didepan mejaku. Aku berpikir bahwa makanan akan diselesaikan secepatnya.Sambil menyeka bibirku dengan serbet, aku melipatnya menjadi dua, lalu menjadi empat. Akhirnya, aku tidak bisa menahan diri berbicara.“Saya tidak mau diganggu," suaraku kaku dan mencoba memperlihatkan sikap tidak se
Sebenarnya aku takut. Kini aku takut bertemu lagi dengan Ronald.Aku takut membuat kesalahan dan Dato Raf marah. Aku takut akan resiko.Aku pergi secepat yang aku bisa dari tempat itu dan berharap untuk tidak melakukan pertemuan lagi dengan Ronald. Dapatkah aku melakukannya? Sialnya aku tidak yakin.Tapi kini aku pulang dengan hati hati dan memastikan tidak ada yang mengikuti perjalananku.Sengaja Aku berhenti disuatu tempat, memarkir mobil dan melihat kalau ada penguntit.Ronald bisa saja mengikuti langkahku atau mengejarku, memaksaku atau diam diam mengikutiku dan pada saat yang sama menginginkan pertemuan dirumahku. Bisa muncul di Apartemen yang kurahasiakan.Itu membahayakan diriku karena aku jelas merahasiakannya dari semua orang. Bahkan orang terdekatku.Per
Tidur lelap melirik jam dinding. Jam dua pagi. Ada empat jam lagi sebelum alarm berbunyi untuk bangun.Aku membandingkan dua lelaki Ronald dan Dato Raf dalam hidupku. Dato Rafki yang memberikan harta dan kemewahan, Ronald adalah pangeran tampan impian.Malam itu aku bermimpi. Semua ini mungkin sebagai kelanjutan dari pertarungan hati dan cintaku. Seperti ada perasaan yang aneh tercipta antara aku dan dua lelaki itu.Sambil mendesah, aku mengganti piyama basahku yang berkeringat dari mimpi erotis."Aku bermimpi, Ronald dan aku bertemu di sebuah taman bunga. Ia menerima bunga sebelum menciumku dengan lembut.Tubuh kekarnya itu tiba tiba saja tanpa baju . Aku mengagumi otot otot lelaki itu, dan tanpa diminta aku juga melepas pakaianku.Tak ada yang tersisa, ketika lelaki itu nenggumuliku, rasanya seperti malam pertama ketika aku masih perawan.Aku tidak keberatan ketika lelaki itu terus bermain d
Selesai dengan pekerjaan, aku mulai melamun. Teringat hidup yang kujalani, tidak semuanya berjalan mulus. Aku teringat istri Dato Raf yang pertama kali kulihat di salon. Aku merasa ada jejak cinta antara aku dan Dato Raf yang tidur denganku. Jejak yang.mulai terasa. Aku telah merebut Dato Raf dari istri syahnya. Bagaimana kalau wanita itu tahu?Tiba tiba aku merasa dunia ini tidak adil kepada wanita. Aku merasa kasihan kepada istrinya Dato Raf. Apakah aku cukup menanggapinya saja dengan maaf dan ucapan ringan atas perbuatan itu? Aku tersenyum, yang sangat jarang kulakukan, dan sesaat wajahku maka aku mengingatkan pada sesuatu yang lain. Aku memikirkannya, sampai Dato Raf mengejutkan dengan teleponnya yang berdering . "Sabtu siang aku akan mengunjungi kamu," lalu dia menutup telepon setelah berbasa basi sedikit. "Aku tidak kemana mana," jawabku.
Aku mengikuti Ronald. Mengikuti langkahnya. "Kau tidak suka naik motor ? Rasakan sensasinya. Inilah kebebasan.""Aku tidak mau naik motor," aku menolak."Betul tidak?" Tanyanya."Tidak, duduk mengangkang lagi?""Sayang sekali, kau rasakan sensasinya ketika duduk diatas motor. " Motor gede dan helm di parkiran dan penjagaan satpam yang hormat.Dia menawariku naik motor gede itu lagi. Aku tetap menggeleng."Baiklah, naik mobil lagi." Aku melupakan Dato Raf. Melupakan duniaku. Perasaannya dan entah apa lagi sampai ke sebuah apartemen. "Pergi ke apartementku ?: "Tidak," kataku. "Atau ketempat kamu?" "Aku harus kekantor." "Baikkah.Terima kasih atas waktunya." Mobil itu pergi dan melaju sampai ke kantorku. "Direktur yang eksentrik." kataku. "Aku punya hobbi. Kau tahu? Kalau diatas motor ini seolah olah kebebasan tidak terbatas. Aku suka kebebas
Tidak lama setelah aku duduk, pramusaji telah membawakan pesanan.Ayam yang digoreng dua jenis saus, berbagai makanan menungguku di atas meja yang lebar. Terasa nikmat karena perutku sudah lapar."Lupakan diet hanya untuk satu hari," kata Ronald, seolah olah mengajakku makan sepuasnya.Aku menyukai semua hidangan itu. Aku mengambil sendoknya dan makan dengan cukup lahap.Aku meninggalkan tempat wisata itu setelah bersantai cukup lama.Berjalan di semak mawar, kedalaman hutan Ronald mengambil sekuntum bunga dan meletakkannya di belakang telingaku.Aku merasa seolah-olah terpesona, mengikuti gerakan lengan berotot yang lambat dan pada saat yang sama percaya diri.Suatu ketika, ditempat sepi, Ronald menciumku - dengan lembut .Aku tidak menolak, mungkin karena aku juga mengharapkannya. Aku terhanyut.Ronald berhasil menemukan momen tepat ketika dalam diriku yang
Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa
Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p
Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald."Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald. "Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan."Jangan ada kesalahan lagi.' "Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya." Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku."Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi. *** Ronald menelponku dua hari sesudahnya."Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya.
Aku mulai memikirkan Ronald dan kini masanya menuntaskan masalah ini. Aku menelponnya dengan telepon sebelumnya yang kucatat ketelpon baruku. Tak berapa lama telpon itu diangkat. Aku memerlukan menenangkan diri sebelum menjawab teleponnya."Hai, sapaku." Suara ditelpon menjawabnya dengan terkejut."Anna, kamukah itu?" Tanya Ronald seperti berteriak."Iya, " kataku."Aku cuma ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu," ujarku dengan suara getir."Apa yang kamu katakan? Kamu memutuskan telepon dan sekarang berbicara tentang selamat, apa yang kamu ketahui tentang aku?" "Kamu mengatakan akan menikah dan akan memberikan undangan.""Jadi karena itu kamu memutuskan telpon dan tidak mau berhubungan denganku?""Iya." Jawabku."Aku yang salah," ujar Ronald pula."Kita perlu bicara, dimana kamu?""Apakah ini perlu?" Tanyaku."Tentu saja perlu, banyak yang aka
Adiputra dan Erika Sintya mulai bercakap cakap dan akrab. Aku membujuknya agar mencintai Erika Sintya. Anak itu tersenyum saja. Tapi ia mulai suka dengan Erika dan tidak menolak atau merajuk . Permainan ditempat wisata itu menggodanya. berdua, Erika dan aku membawa Adiputra ketempat permainan, tapi Adiputra lebih suka menempel padaku. Ayahnya Dewantara hanya melihat saja dari jauh. Sekali sekali dia ikut. Tertawa bersama ayah dan anak. Aku seperti pengasuh diantara mereka.Berjalan kemana saja, bos suka melihat tempat wisata dan perkemahan. Tapi Erika dan Adiputra tidak suka berkemah. Jadi berjalan jalan saja kearah bukit dan tempat tempat yang indah.Di siang itu kami pulang setelah berjalan dikaki bukit.Erika Sintya dan Bos Dewantara berjalan berdampingan. Aku dan Adiputra mengikuti berjalan di dekat sungai. Erika memisahkan diri dari Bos dan mendekatkan diri padaku dan Adiputra.
Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi
Aku mandi dan menyegarkan diri. Aku tertidur sampai pagi hari dan bangun dengan wajah lebih segar. Celakanya aku mengingat anak kecil yang sangat menarik hati itu yang bernama Adiputra. Tapi aku sama sekali tidak menyesal tidak menerima tawaran ayahnya untuk menjadi pengasuh. Jadi pengasuh bukan pekerjaan pavoritku. Antar jemput anak dan bertemu dengan lelaki tampan itu setiap hari. Dia pasti juga tidak suka untuk bertemu seorang janda. Sebelum terlambat, lebih baik aku menolaknya sekarang. Aku keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk dengan rambut basah dan mengeringkannya serta pergi tidur. Tidur segera saja menguasai diriku karena aku sangat lelah. Untung ada Metty membantuku. Aku tertidur dan terbangun di pagi hari. Aku harus mencuci rambut lagi, karena kalau tidak rambutku menjadi kusut. Aku tidak mau tampil dengan rambut yang kusut. ***Beberapa saat setelah itu melodi yang b
Seorang anak laki-laki dan ayahnya, yang saya pikir tidak akan pernah saya temui lagi datang lagi. Tuan Dewantara dan anaknya Adiputra.Sebuah mobil segera tiba.Adiputra kecil ada dikursi belakang. Baru sekarang saya perhatikan bahwa Adiputra kecil adalah salinan mirip ayahnya.Bocah itu begitu percaya diri dan keras kepala."Karena semua upaya saya untuk berterima kasih telah gagal, maka izinkan saya mengantarkan anda pulang?"Aku melihat sekilas wajah tampan pria itu."Aku punya mobil terparkir dimall. Cukup sampai disana saja.""Kamu membawa mobil?" Tanyanya."Kamu baru saja mengalami kejadian berat, aku ingin memastikan kamu pulang dengan baik. Dimana kamu tinggal?"" Apartemen Nirwana "sahutku."Aku tahu, ayo ketempat mobil kamu dan saya akan mengiringi kamu pulang dari belakang.""Kami akan menonton film besok," Si kecil itu berbicara."Maukah
Aku mencapai kantor ayahnya dengan mobil online dan masuk ke sebuah kantor besar berupa Apartemen. Sebuah Nama perusahaan besar yang bergerak dalam perdagangan besar. "Apakah kamu sering kesini? "Aku bertanya kepada anak itu. Keindahan ubin marmer, kebersihan dan kilau di sekitarku memenuhi mataku. "Tidak, tetapi terkadang ayah membawaku ke tempat kerja. Aku tidak punya siapa-siapa di rumah." Aku dan anak itu berjalan melewati koridor panjang dan naik lift.Satpam dikantor itu terkejut dan menahanku. " Hai, Adiputra, semuanya mencari kamu. Apa kamu diculik wanita ini?" Satpam berteriak. Kemarahan segera saja muncul dalam diriku."Jangan sembarangan, temukan saja ayahnya. Aku mengantar anak ini." "Kami akan menelponnya dan kamu menunggu di kantor. Semua orang sedang sibuk mencari anak itu. Maaf kalau menuduh," satpam itu mulai ramah. Sekarang aku akan memberi tahu