Benalu part 85POV DEWI“Mbak Dewi,” lirihnya.“Iya, sayang. Ada temanmu yang menjengukmu,” ucapku lagi. “Siapa, Mbak?” tanya Mita lagi dengan mata yang masih merem melek.“Namanya Pak Galih,” sahutku pelan. Mata Mita langung membelalak mendengar nama yang aku sebutkan.Mita beranjak ingin duduk. Segera aku membantunya. Begitu juga dengan Tante Tika. Ikut membantu anaknya yang ingin duduk. Mita memandang Pak Galih. Begitu juga dengan Pak Galih. Mereka saling beradu pandang membuat kami semua bingung.Saat beradu pandang dengan Pak Galih, mata Mita terlihat nanar dan lama-lama air matanya terjatuh. Pak Galih dengan sangat pelan mendekati Mita. Kayaknya dia ragu ingin mendekati Mita. terbukti dia memandang kami dengan tatapan sungkan.Tante Tika beranjak dari duduknya. Dia mempersilahkan Pak Galih untuk duduk. Nggak tahu kenapa malah jantungku yang berdegub kencang, melihat Pak Galih mendekati Mita. Aku lihat sorot mata Mita masih terus menatap Pak Galih.Secara bergantian aku juga men
Benalu Part 86POV DEWI“Pak Galih ada hubungan apa sama Mita? kenapa Mita tidak memanggilnya, Pak? Malah manggilnya Gio?” tanyaku. Aku lihat Om Heru mengusap wajahnya. “Gio, itu panggilan kesayangan saja,” sahut Mas Romi. Tetap saja mata membelalak saat mendengarnya. Walau dalam hati ini memang sudah yaki mereka ada hubungan lebih.“Jadi maksudnya mereka memang, kayak pacaran gitu?” tanyaku masih nggak yakin. Yakin nggak yakin. Walau dalam hati sudah menduga begitu.Aku melihat Om Heru. Dia terdiam. Aku tahu bagaimana perasaannya. Sudah anaknya mendapatkan cobaan yang nggak wajar. Masih di tambah asmara Mita dengan lelaki yang usainya seumuran dengan istrinya.“Iya,” jawab Mas Romi pelan. Mendengar kata iya rasanya dada ini sesak. Nggak nyangka Mita mempunyai hubungan lebih dengan lelaki yang sudah berumur.“Om,” sapaku menepuk bahu Om Heru. Om Heru menoleh.“Om baik-baik saja?” tanyaku. Kemudian Om Heru memaksakan senyumnya.“Om benar-benar merasa gagal menjaga Mita. Mita punya pac
Benalu part 87POV MAK JINTENAngga ini benar-benar keterlaluan. Beli makanan saja kok, lama banget kayak gini. Udah sore juga nggak pulang-pulang. Mau tak mau aku makan, makanan kemarin. Udah nggak mikirkan rasa gengsi lagi. Mikirin gengsi bisa-bisa maagku kumat.Ini rumah juga sepi banget. Kemana lah orang-orang ini? Martina pergi, Jeng Sella dan suaminya juga pergi. Ini rumah udah kayak kuburan saja. Nggak ada tuan rumahnya. Serasa aku lah ini tuan rumahnya.“Bi, Jeng Sella dan suaminya kemana, ya?” tanyaku kepada salah satu asisten rumah tangga yang ada di rumah Jeng Sella.“Nggak tahu kemana, Bu. tadi sih, pergi naik mobil, Baby Yusuf juga di bawa,” jawabnya. “Kok, saya nggak di ajak, ya, Bi?” tanyaku.“Ya, saya nggak tahu, Bu,” jawabnya polos.Aneh orang-orang yang ada di rumah ini. Mereka pada pergi nggak ada yang mau mengajakku. Aku inikan besan mereka. Angga juga kemana? Beli makanan kok, sampai sore gini belum pulang. Tahu kayak gini, aku tadi mau di ajak naik motor. Hitung
Benalu part 88POV 3“Jeng Sella dari mana? Ini saya kok, kok, kepikiran Angga dan Martina, ya? mereka belum pada pulang,” Tanya bu Intan kepada besannya. Tapi, Jeng Sella malah menangis mendapati pertanyaan besannya itu.“Lo, kok, malah Jeng Sella menangis. Ada apa?” tanya Bu Intan lagi. Dia merasa bingung. Hatinya yang dari tadi merasa nggak enak, kini semakin terasa tak enaknya.“Itu, Jeng Intan, anu ...,” jawab Jeng Sella gugup. Lebih tepatnya bingung mau menyampaikan gimana.“Anu, apa, Jeng Sella? Jangan buat saya khawatir!” ucap Bu Intan. Jeng Sella menyeka air matanya. Mendesah kan nafas. Untuk meluapkan rasa yang sangat sesak di dada.“Kita masuk saja dulu, Bu Intan. Kita jelaskan di dalam,” sahut Pak Faris. “Ada apa, to sebenarnya? jangan buat saya takut,” ucap Bu Intan seraya memegang dadanya. “Mari kita masuk dulu, Bu. Nggak enak cerita di luar kayak gini,” Pak Faris mempersilahkan dengan hormat dan sopan kepada besan satu-satunya itu.Akhinya Bu Intan mengikuti langkah k
Benalu part 89POV 3“Pak Heru, saya janji ingin membantu menyelesaikan kasus Mita. Maaf jika umur saya terpaut jauh dengan anak Pak Heru. Tapi, saya tak ada niat untuk mempermainkannya,” ucap Pak Galih. “Iya, saya mengerti maksud, Pak Galih. Terimakasih sudah peduli dan sayang dengan anak saya,” ucap Om Heru seraya menepuk pelan lengan Pak Galih.“Sama-sama Pak Heru. Saya ada ide, untuk membongkar teka teki siapa Haris,” ucap Pak Galih. Seketika kami semua mengarah ke Pak Galih. “Apa idenya Pak Galih?” tanya Om Heru. Ya, semua juga penasaran dengan ide yang akan di mainkan Pak Galih untuk membongkar siapa pelaku di balik ini semua.“Tapi, saya sendiri juga nggak tahu, akan berhasil atau tidak,” ucap Pak Galih. Dia masih ragu dengan apa yang ada dalam pikirannya.“Masalah gagal apa nggaknya, itu urusan yang di atas, Pak Galih. Yang penting udah ikhtiar, untuk membongkar teka teki ini semua,” ucap Om Heru. Ekpresi mukanya datar. Begitu juga dengan istrinya.Romi dan Dewi juga sama. M
Benalu part 90POV 3“Yoklah, kita cek,” sahut Dewi.“Kamu nggak jadi muntah?” “Nggak!” sahut Dewi seraya keluar dan melangkah menuju kursi panjang. Romi mengikuti langkah istrinya. Ikut duduk di kursi itu.“Aneh kamu, Dek, tadi bilangnya mual mau muntah, giliran sampai luar nggak jadi,” ucap Romi bingung dengan keadaan istrinya.“Aku mual lihat Pak Galih sayang-sayangan sama Mita,” ucap Dewi jujur dengan suaminya. Kemudian mendesah. “Kenapa? Pak Galih sayang kok, sama Mita,” tanya Romi kepada istrinya.“Kok, tanya kenapa? Memang Mas Romi nggak risih lihatnya?” Dewi bertanya balik. Romi malah menggaruk kepalanya yang nggak gatal.“He he he he, risih, sih, karena meraka belum menikah,” jawab Romi seraya menyeringai. Membuat Dewi cemberut saat mendengar ucapan suaminya.“Iya, memang mereka belum menikah, tapi lihat lah Mas! Pantasnya bukan sepasang kekasih lagi. Pantasnya bapak sama anak,” sahut Dewi, seraya membenahi rambutnya.“Iya, sih, tapi ya gimana lagi? nyatanya mereka sama-sam
Benalu part 91POV 3“Pak Heru memanggil saya?” tanya Pak Galih kepada Om Heru. Om Heru tersenyu. Dia masih tetap tersenyum kepada Pak Galih. Walau sebenarnya hatinya nggak terima. Tapi, gimana lagi? untuk kondisi sekarang keadaan Pak Galih memang di butuhkan. Apalagi Mita nggak histeris hanya sama Pak Galih.“Iya, Pak. Ini kami mau menyelediki nomor baru yang menghubungi Mita. Tapi, banyak banget nomor baru yang masuk. Kami mau minta tolong bapak, untuk menanyakan ke Mita. nomor mana yang menghubunginya,” jelas Om Heru seraya menyodorkan gawai Mita yang baru saja di berikan oleh Dewi. Pak Galih langsung menerimanya.“Iya, banyak banget nomor baru yang masuk. Apa, ya, Mita akan ingat nomor mana yang menghubungi dia?” ucap Pak Galih seraya bertanya.“Iya, ya, Mita ingat nggak ya? secara dia udah depresi lumayan lama,” sahut Om Heru. Membuat semakin bimbang saja.“Kalau kita hubungi semuanya gimana?” tanya Dewi.“Nggak ada salahnya kita tanyakan dulu ke Mita. Siapa tahu dia ingat,” ucap
Benalu part 92POV 3“Istrimu itu kenapa?” tanya Mama kepada Rama. Rama terdiam, bingung mau menjawab pertanyaan Mamanya. Karena Rama juga merasa kalau Rizka harisnya tidak berbuat seperti itu.“Itu, Bu. maafkan anak saya. Semenjak hamil ini, dia membenci Dewi. Kalau ada yang menceritakan Dewi dia langsung sensitif. Saya sendiri juga heran,” Mertua Rama yang menjawab pertanyaan besannya.“Iya, Ma. Nggak tahu kenapa Rizka sensitif sekali dengan nama Dewi. Sampai Mila nggak boleh lagi ketemu Dewi,” ucap Rama menambahi ucapan Mamanya.“Iyakah? Apa mungkin bawaan bayi, ya?” tanya Mama juga bingung dengan sifat Rizka yang nggak seperti biasanya.“Jadi Mama jangan tersinggung, ya, mungkin bawaan bayi,” sahut Rama meminta pengertiannya kepada mamanya.“Iya, kalau di jelasin kayak ginikan, Mama jadi ngerti. Kalau nggak di jelasin, jelaslah Mama sakit hati di tinggal mantu pergi tanpa pamit kayak gitu,” sahut mamanya Rama.“Sekali lagi maafkan anak saya, Bu,” ucap mertua Rama.“Santai, Bu! nam
Benalu part 102POV 3“Pi, motor Angga di bawa kabur mereka,” ucap Angga, dia masih sangat menyayangkan motornya yang belum lunas. Masih kredit.“Biar, Ga! motor bisa di beli lagi. Yang penting nyawa kamu selamat,” jawab Pak Faris bijak.Angga mendesah. ‘Untung nggak mau membawa mobil Papi, kalau sampai memenuhi keinginan Ibu untuk meminjam motor Papi, yang hilang mungkin mobil Papi. Harus dengan cara apa untuk menggantinya?’ lirih Angga dalam hati. Walau kondisinya sudah babak belur begitu, tapi dia masih bersyukur, karena bukan mobil mertuanya yang dia bawa.“Bagaimana keadaan sebenarnya, Ga? kok, kamu bisa sampai seperti ini?” tanya Pak Faris kepada menantunya.“Permisi,” Pak Faris dan Angga mengarah ke asal suara. Ternyata ada dokter dan Martina berjalan mendekat.“Saya periksa dulu, ya?” ucap dokter laki-laki paruh baya itu ramah. “Silahkan dok,” jawab Pak Faris mempersilahkan. Dokter itu menjalankan tugasnya. Memeriksa detak jantung dan yang lainnya. “Kepala saya pusing banget
Benalu part 101POV 3“Yaudah Om, Tante, Mita, kami pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Romi,” pamit Romi kepada semuanya.“Iya, Rom, pasti, kamu juga hati-hati di jalan,” balas Om Heru. Kemudian mereka beranjak dan keluar dari kamar Mita.Romi dan Dewi melewati lorong Rumah Sakit seraya bergandengan tangan. Dewi mengedarkan pandang. Matanya melihat sosok laki-laki yang menggunakan masker, kacamata hitam dan jaket, berjalan seraya tolah toleh. Mata Dewi menyipit. Langkah kakinya penuh curiga.“Mas, laki-laki itu, kok, jalannya ngendap-ngendap, ya?” tanya Dewi lirih dengan mata masih memperhatikan laki-laki itu. Romi akhirnya juga ikut menoleh ke arah yang di pandang Dewi.“Iya, mau ngapain, ya? tapi dia ke lorong sana?” sahut Romi lirih. Mata mereka masih fokus dengan laki-laki berjaket itu.“Iya, apa kita ikuti?” tanya Dewi kepada suaminya.Dreettt dreeerrrttt dreetttt gawai Dewi bergetar di dalam tasnya. Tak berselang lama berbunyi. Nada panggilan masuk. Dengan cepat De
Benalu part 100POV 3Ya, di sini, Rizka berpelukkan manja dengan Ibu mertuanya. Dan Rama berpelukkan haru dengan Ibu mertuanya. “Doakan, ya, Bu. semoga Rumah Tangga kami sakinnah ma waaddah wa rohmah,” pinta Rama kepada mertuanya.“Pasti, Nak. Pasti. Tanpa kalian minta, ibu pasti mendoakan kalian,” ucap Bu Sumi. Rama kemudian melepaskan pelukannya.“Pa, kapan Mama Dewi pulang?” tanya Mila tiba-tiba. Membuat Rama tidak bisa menjawabnya. Rama dan mertuanya saling beradu pandang. Rama menarik nafasnya kuat-kuat dan melepaskannya perlahan.“Papa juga nggak tahu, Sayang,” jawab Rama. Membuat bibir Mila cemberut.“Katanya Mama Dewi nggak lama-lama. Tapi, kok nggak pulang-pulang?” sahut Mila seraya bertanya.Mila memang sangat merindukan Dewi. Menunggu Dewi pulang terasa sangat lama baginya. Selalu menunggu hari esok, dengan harapan hari esok mama Dewinya pulang. “Urusan Mama Dewi belum selesai Sayang, makanya Mama Dewi belum bisa pulang,” jawab Rama santai, dengan selalu menyunggingkan s
Benalu part 99POV 3Anga sudah di periksa oleh dokter. Dia juga belum sadar. Martina dan orang tuanya menunggu di luar. Karena belum di ijinkan masuk. Karena Angga masih dalam penanganan.Martina masih terus menangis. Dia mondar mandir dengan hati yang cemas. Berkali-kali melirik ke pintu kamar di mana Angga di rawat. Berharap pintu itu segera di buka dan dokter segera menyampaikan kabar tentang kondisi suaminya.Yusuf sudah tenang. Dia tidur di pelukkan neneknya. Bu Intan juga nggak kalah paniknya. Hatinya juga berdegub nggak jelas. Selalu berdoa untuk kebaikan anaknya.“Dokternya kok, nggak keluar-keluar, ya?” celetuk Bu Intan. Dia juga nggak sabar menunggu dokter keluar.Bu Intan menyesal sekali, menyuruh anaknya membelikan dia makanan. Lebih tepatnya dia memaksa Angga untuk membelikan makan. Padahal waktu itu, kerjaan rumah di besannya masih banyak dan rumah juga masih berantakan. Makanan juga banyak. Hanya demi ingin pamer baju baru dan naik mobil besannya dia memaksa. Ternyata
Benlau part 98POV 3“Ma, tapi Mama dan Papa setujukan Mita nikah sama Gio?” tanya Mita kepada mamanya. membuat mamanya bingung menjawabnya. Langkah kaki Dewi langsung terhenti. Dari kemarin-kemarin dia cuma membayangkan saja, kalau Mita akan menikah dengan Pak Galih. Dan itu sudah membuatnya mual. Tapi, hari ini telinganya mendengar sendiri kalau adiknya ingin menikah dengan laki-laki yang selalu mual jika namanya di sebut. Kemudian Dewi berbalik badan, tak jadi keluar tapi malah menuju ke toilet yang ada di kamar rawat inap Mita. Membuat Tante Tika cemas juga dengan kondisi Dewi. Kemudian menyusul Dewi ke toilet. Memijit tengkuknya. Agar terasa enakkan.“Kamu masih sering muntah, Wi?” tanya Tante Tika dengan nada cemas. Walau dia sering melihat Dewi seperti itu, tapi tetap saja dia cemas dengan kondisi keponakannya.“Iya, Tante,” jawab Dewi dengan nada lemas. Dia sudah duduk di sofa ruang kamar Mita di rawat.“Ibu hami itu memang macam-macam, ada yang cuma trimester pertama, ada y
Benalu part 97POV 3Hati Martina semakin berdegub kencang saat kakinya melangkah menuju rumah Pak Agung. Dia sangat penasaran dengan keadaan suaminya, dan apa yang terjadi sebenarnya. Terus foto yang di berikan Haris itu, apa maksudnya? Dari mana dia mendapatkan foto itu? Semuanya masih menjadi tanya besar di benak Martina. dan sebentar lagi akan terjawab. ‘Mas Angga aku sudah dekat denganmu,’ lirih Tina lagi dalam hati.“Silahkan langsung ke kamar saja semuanya. Karena yang punya hape ini masih di dalam kamar dan belum sadar,” ucap Pak Agung. Semakin membuat hati Tina bergemuruh. Pintu kamar di buka oleh pemiliknya. Bu Intan juga berdebar hatinya, ingin segera melihat kondisi anaknya. Begitu juga dengan Jeng Sella dan Pak Faris. Tak kalah berdebar walau hanya anak mantu. Tapi, mereka benar-benar cemas. Martina masuk lebih di dalam kamar itu. Tak sabar rasanya, ingin melihat suaminya. “Itu, Mbak pemilik hape ini,” jawab Pak Agung seraya menunjuk ke ranjang. Di sana terbaring seso
Benalu 96POV 3“Sayang, aku sudah melacak alamat-alamat nomor baru yang menghubungi kamu. Cuma banyak nomor baru, jadi kamu ingat-ingat ya, nomor mana yang menghubungimu, saat kamu di kabari kalau papamu kecelakaan,” jelas Pak Galih seraya memberikan gawai Mita yang dia bawa dari tadi.Mita menerima gawainya. Kemudian melihat nomor-nomor baru itu. Matanya kembali nanar lagi. Nggak ingin membahas masalah ini. Tapi, kalau nggak di bahas, nggak akan selesai-selesai ini kasus.“Yang ujungnya 29, sahut Mita,” sahut Mita kemudian, meletakkan gawainya di sebelahnya.Pak Galih langsung memeriksa alamat nomor yang di bilang Mita. Dari sekian banyak nomor baru, hanya satu yang ujungnya 29. Pak Galih tersenyum.“Kita bisa lapor polisi dan segera menggerebeknya,” ucap Pak Galih yakin dan mantab.“Alamatnya mana, Pak?” tanya Om Heru penasaran.“Ini, Pak!” Pak galih menyerah kertas yang sudah tercantum semua alamat-alamat nomor baru yang menghubungi Mita. Om Heru langsung menerimanya. Kemudian men
Benalu part 95POV 3Dreett dreet dreettt gawai Tina bergetar. Tak berselang lama berbunyi.“Ma, tolong lihatkan siapa yang menelpon?” pinta Tina kepada mamanya. “Iya, Sayang,” ucap Jeng Sella, kemudian langsung mengambil gawai yang masih di saku baju Tina. “Astaga!” ucap jeng Sella saat melihat siapa yang menelpon.“Siapa yang nelpon, Mi? Peneror itu lagi kah?” tanya Tina masih dengan Mata sedikit membuka. Karena kalau membuka sempurna dia nggak tahan. Karena melihat semuanya berputar-putar.“Angga, yang nelpon,” sahut Jeng Sella. Seketika Martina terperanjat dari baringnya. Membuka paksa matanya saat mendengar nama suaminya menelon ke nomornya.“Cepat angkat, Mi!” perintah Martina semangat. Jeng sella mengangguk dan kemudia mengangkat telpon itu.[Hallo, Angga] ucap Jeng Sella memulai percakapannya. Kemudian dia meloundspeaker gawainya.[Hallo] terdengar suara dari seberang. Suara laki-laki. Martina mengerutkan keningnya. Karena dia faham kalau itu bukan suara suaminya.[Ini siapa
Benalu part 94POV 3Pak Galih memutuskan pulang, seraya membawa hape Mita. Karena dia ingin mengeceknya di rumah. Om Heru nggak percaya gitu saja tentunya dia membawa pulang gawai Mita. Karena baru saja ketemu. Walau dia tahu anaknya sangat dekat dengannya. Akhirnya Pak Galih meninggalkan KTPnya, agar Om Heru dan yang lainnya percaya, kalau dia memang serius ingin membantu Mita.“Gio mana, Mbak?” tanya Mita kepada Dewi. Langsung mual perut Dewi jika nama itu di sebut. Seakarang di kamar itu tinggal mereka berdua. Om Heru dan Tante Tika pulang. Romi sedang mencari ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan.“Pak Galih, udah pulang,” jawab Dewi dengan susah payah menahan rasa mualnya.“Mbak, salah nggak aku jatuh cinta dengan Gio?” tanya Mita. Semakin membuat Dewi mual. Liur sudah naik ke mulut. Susah payah dia menelan ludahnya sendiri.“Eh, namanya kan Pak Galih. Kenapa kamu panggilnya Gio?” tanya Dewi balik, sengaja mengalihkan pembicaraan, karena memang nggak mau menjawab pertanyaa