Benalu part 88POV 3“Jeng Sella dari mana? Ini saya kok, kok, kepikiran Angga dan Martina, ya? mereka belum pada pulang,” Tanya bu Intan kepada besannya. Tapi, Jeng Sella malah menangis mendapati pertanyaan besannya itu.“Lo, kok, malah Jeng Sella menangis. Ada apa?” tanya Bu Intan lagi. Dia merasa bingung. Hatinya yang dari tadi merasa nggak enak, kini semakin terasa tak enaknya.“Itu, Jeng Intan, anu ...,” jawab Jeng Sella gugup. Lebih tepatnya bingung mau menyampaikan gimana.“Anu, apa, Jeng Sella? Jangan buat saya khawatir!” ucap Bu Intan. Jeng Sella menyeka air matanya. Mendesah kan nafas. Untuk meluapkan rasa yang sangat sesak di dada.“Kita masuk saja dulu, Bu Intan. Kita jelaskan di dalam,” sahut Pak Faris. “Ada apa, to sebenarnya? jangan buat saya takut,” ucap Bu Intan seraya memegang dadanya. “Mari kita masuk dulu, Bu. Nggak enak cerita di luar kayak gini,” Pak Faris mempersilahkan dengan hormat dan sopan kepada besan satu-satunya itu.Akhinya Bu Intan mengikuti langkah k
Benalu part 89POV 3“Pak Heru, saya janji ingin membantu menyelesaikan kasus Mita. Maaf jika umur saya terpaut jauh dengan anak Pak Heru. Tapi, saya tak ada niat untuk mempermainkannya,” ucap Pak Galih. “Iya, saya mengerti maksud, Pak Galih. Terimakasih sudah peduli dan sayang dengan anak saya,” ucap Om Heru seraya menepuk pelan lengan Pak Galih.“Sama-sama Pak Heru. Saya ada ide, untuk membongkar teka teki siapa Haris,” ucap Pak Galih. Seketika kami semua mengarah ke Pak Galih. “Apa idenya Pak Galih?” tanya Om Heru. Ya, semua juga penasaran dengan ide yang akan di mainkan Pak Galih untuk membongkar siapa pelaku di balik ini semua.“Tapi, saya sendiri juga nggak tahu, akan berhasil atau tidak,” ucap Pak Galih. Dia masih ragu dengan apa yang ada dalam pikirannya.“Masalah gagal apa nggaknya, itu urusan yang di atas, Pak Galih. Yang penting udah ikhtiar, untuk membongkar teka teki ini semua,” ucap Om Heru. Ekpresi mukanya datar. Begitu juga dengan istrinya.Romi dan Dewi juga sama. M
Benalu part 90POV 3“Yoklah, kita cek,” sahut Dewi.“Kamu nggak jadi muntah?” “Nggak!” sahut Dewi seraya keluar dan melangkah menuju kursi panjang. Romi mengikuti langkah istrinya. Ikut duduk di kursi itu.“Aneh kamu, Dek, tadi bilangnya mual mau muntah, giliran sampai luar nggak jadi,” ucap Romi bingung dengan keadaan istrinya.“Aku mual lihat Pak Galih sayang-sayangan sama Mita,” ucap Dewi jujur dengan suaminya. Kemudian mendesah. “Kenapa? Pak Galih sayang kok, sama Mita,” tanya Romi kepada istrinya.“Kok, tanya kenapa? Memang Mas Romi nggak risih lihatnya?” Dewi bertanya balik. Romi malah menggaruk kepalanya yang nggak gatal.“He he he he, risih, sih, karena meraka belum menikah,” jawab Romi seraya menyeringai. Membuat Dewi cemberut saat mendengar ucapan suaminya.“Iya, memang mereka belum menikah, tapi lihat lah Mas! Pantasnya bukan sepasang kekasih lagi. Pantasnya bapak sama anak,” sahut Dewi, seraya membenahi rambutnya.“Iya, sih, tapi ya gimana lagi? nyatanya mereka sama-sam
Benalu part 91POV 3“Pak Heru memanggil saya?” tanya Pak Galih kepada Om Heru. Om Heru tersenyu. Dia masih tetap tersenyum kepada Pak Galih. Walau sebenarnya hatinya nggak terima. Tapi, gimana lagi? untuk kondisi sekarang keadaan Pak Galih memang di butuhkan. Apalagi Mita nggak histeris hanya sama Pak Galih.“Iya, Pak. Ini kami mau menyelediki nomor baru yang menghubungi Mita. Tapi, banyak banget nomor baru yang masuk. Kami mau minta tolong bapak, untuk menanyakan ke Mita. nomor mana yang menghubunginya,” jelas Om Heru seraya menyodorkan gawai Mita yang baru saja di berikan oleh Dewi. Pak Galih langsung menerimanya.“Iya, banyak banget nomor baru yang masuk. Apa, ya, Mita akan ingat nomor mana yang menghubungi dia?” ucap Pak Galih seraya bertanya.“Iya, ya, Mita ingat nggak ya? secara dia udah depresi lumayan lama,” sahut Om Heru. Membuat semakin bimbang saja.“Kalau kita hubungi semuanya gimana?” tanya Dewi.“Nggak ada salahnya kita tanyakan dulu ke Mita. Siapa tahu dia ingat,” ucap
Benalu part 92POV 3“Istrimu itu kenapa?” tanya Mama kepada Rama. Rama terdiam, bingung mau menjawab pertanyaan Mamanya. Karena Rama juga merasa kalau Rizka harisnya tidak berbuat seperti itu.“Itu, Bu. maafkan anak saya. Semenjak hamil ini, dia membenci Dewi. Kalau ada yang menceritakan Dewi dia langsung sensitif. Saya sendiri juga heran,” Mertua Rama yang menjawab pertanyaan besannya.“Iya, Ma. Nggak tahu kenapa Rizka sensitif sekali dengan nama Dewi. Sampai Mila nggak boleh lagi ketemu Dewi,” ucap Rama menambahi ucapan Mamanya.“Iyakah? Apa mungkin bawaan bayi, ya?” tanya Mama juga bingung dengan sifat Rizka yang nggak seperti biasanya.“Jadi Mama jangan tersinggung, ya, mungkin bawaan bayi,” sahut Rama meminta pengertiannya kepada mamanya.“Iya, kalau di jelasin kayak ginikan, Mama jadi ngerti. Kalau nggak di jelasin, jelaslah Mama sakit hati di tinggal mantu pergi tanpa pamit kayak gitu,” sahut mamanya Rama.“Sekali lagi maafkan anak saya, Bu,” ucap mertua Rama.“Santai, Bu! nam
Benalu part 93POV 3“Astaga, Tina!” teriak Mami saat Martina turun dari mobil. Dari tadi dia keluar masuk rumahnya. Menunggu kedatangan anaknya dengan rasa cemas dan khawatir. Masih menggendong Yusuf kemana-mana. Dia sangat takut meletakkan Yusuf walau di dalam rumahnya sendiri.Ibu Intan juga keluar dari rumh, saat mendengar teriakan besannya. Begitu juga dengan papanya Mita. “Astaga, Martina!!” Ibu Intan juga ikutan mengatakan yang sama dengan besannya. Sama-sama shok melihat kondisi Tina yang memprihatinkan.Martina turun dari mobil di angkat oleh Pak Hadi. Badannya lemas. Tangannya masih terus memegangi perutnya yang masih sakit. Karena dorongan Berlin. Pak Faris akhirnya membantu Pak Hadi mengangkat Tina. Karena Pak Hadi kelihatan keberatan mengangkat Tina. Karena Pak Hadi sendiri juga lelah seharian mengendari mobil.Martina langsung di bawa ke kamarnya. Berbaring di ranjangnya. “Bi, buatkan teh hangat untuk Tina, ya!” peritah Mami kepada asisten rumah tangganya.“Iya, Nyah,
Benalu part 94POV 3Pak Galih memutuskan pulang, seraya membawa hape Mita. Karena dia ingin mengeceknya di rumah. Om Heru nggak percaya gitu saja tentunya dia membawa pulang gawai Mita. Karena baru saja ketemu. Walau dia tahu anaknya sangat dekat dengannya. Akhirnya Pak Galih meninggalkan KTPnya, agar Om Heru dan yang lainnya percaya, kalau dia memang serius ingin membantu Mita.“Gio mana, Mbak?” tanya Mita kepada Dewi. Langsung mual perut Dewi jika nama itu di sebut. Seakarang di kamar itu tinggal mereka berdua. Om Heru dan Tante Tika pulang. Romi sedang mencari ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan.“Pak Galih, udah pulang,” jawab Dewi dengan susah payah menahan rasa mualnya.“Mbak, salah nggak aku jatuh cinta dengan Gio?” tanya Mita. Semakin membuat Dewi mual. Liur sudah naik ke mulut. Susah payah dia menelan ludahnya sendiri.“Eh, namanya kan Pak Galih. Kenapa kamu panggilnya Gio?” tanya Dewi balik, sengaja mengalihkan pembicaraan, karena memang nggak mau menjawab pertanyaa
Benalu part 95POV 3Dreett dreet dreettt gawai Tina bergetar. Tak berselang lama berbunyi.“Ma, tolong lihatkan siapa yang menelpon?” pinta Tina kepada mamanya. “Iya, Sayang,” ucap Jeng Sella, kemudian langsung mengambil gawai yang masih di saku baju Tina. “Astaga!” ucap jeng Sella saat melihat siapa yang menelpon.“Siapa yang nelpon, Mi? Peneror itu lagi kah?” tanya Tina masih dengan Mata sedikit membuka. Karena kalau membuka sempurna dia nggak tahan. Karena melihat semuanya berputar-putar.“Angga, yang nelpon,” sahut Jeng Sella. Seketika Martina terperanjat dari baringnya. Membuka paksa matanya saat mendengar nama suaminya menelon ke nomornya.“Cepat angkat, Mi!” perintah Martina semangat. Jeng sella mengangguk dan kemudia mengangkat telpon itu.[Hallo, Angga] ucap Jeng Sella memulai percakapannya. Kemudian dia meloundspeaker gawainya.[Hallo] terdengar suara dari seberang. Suara laki-laki. Martina mengerutkan keningnya. Karena dia faham kalau itu bukan suara suaminya.[Ini siapa