Benalu part 40POV MARTINA[Hai, Martublack? Kayaknya seru kalau kartu AS mu aku sebarkan ke seluruh penjuru dunia]Deg. Jantung ini terasa berhenti berdetak, saat membaca pesan singkat dari Berlin. Siapa lagi kalau bukan dia. Karena hanya dia yang memanggilku seperti itu. Rasanya semakin tak nyaman. Kalau Mas Angga sudah tahu kartu AS kehamilanku. Tapi belum tahu kartu AS yang lainnya. Sedangkan kedua orang tuaku belum tahu semuanya. Berlin memang keterluan. Dia sengaja mau mengganggu kehidupanku. Apa maksudnya? Kenapa dia kembali di saat semuanya mulai membaik? Sial. Tak bisa tidur nyenyak aku di buatnya.Ting. Suara gawai berbunyi lagi. Pesan singkat lagi. Segera aku membukanya. [Tunggu tanggal mainnya Martublack] Astaga! kayaknya dia serius mau membocorkan semua aib yang sudah aku tutupi rapat-rapat. Apasih maunya?Untung Mas Angga sudah berangkat kerja. Dan Baby Yusuf lagi pulas-pulasnya tidur setelah minum asi. Disaat semua orang di rumah ini lagi berusaha menjaga perasaanku a
Benalu 2 part 41POV Angga.Hari ini aku kembali bekerja. Mungkin besok harus libur lagi. Karena harus ada tasyakuran untuk pemberian nama Yusuf. Wajah imut Yusuf selalu menghantui pikiranku. Baru berapa jam di tinggal kerja rasanya kepikiran, rasanya kangen. Walau bukan anak sendiri tapi sudah menyatu di hati. Mungkin ini juga yang di rasakan sama Pak Handoko.“Ga, kok, senyum-senyum sendiri?” tanya Pak Handoko saat mau turun dari mobil. Karena Pak Handoko hari ini ingin duduk di depan. Jadi dia bisa melihat ekspresiku.“Eh, anu, ini kepikiran anak,” jawabku malu dan gelagapan.“Owh, kirain kepikiran Mamanya,” ledek Pak Handoko. Reflek saja aku ngakak. Dia turun dari mobil dan aku mengikuti.“Iya dua-duanya, Pak,” sahutku. Pak Handoko juga ikut ngakak.“Yaudah, Bapak masuk ke dalam dulu, ya? nanti kalau bapak sudah selesai meeting, bapak telpon,” ucapnya.“Baik, Pak,” jawabku seraya menunduk tanda hormat.Kemudian Pak Handoko berlalu meninggalkanku. Aku segera masuk lagi ke dalam mob
part 42POV DEWI“Mas.”“Hemm.”“Akhirnya Rizka hamil, aku seneng dan lega,” ucapku saat kami sudah berada di atas ranjang. Mau tidur tapi ngobrok-ngobrol dulu. Sudah menjadi kebiasaan.“Sama, Mas juga seneng, seneng banget malah,” jawabnya seraya mengubah posisi miring menghadapku. Huh, rasanya deg-degan kalau dia posisi kayak gitu. “Tahu nggak leganya kenapa?” tanyaku lagi, ikutan mengubah posisi. Jadi miring juga ke arah dia.“Apa?” tanyanya balik.“Hayo tebak apa? sepemikiran nggak kita?” sahut dan tanyaku lagi. Dia mengerucutkan bibirnya, kemudian keningnya mengerut. Seakan lagi mikir-mikir.“Karena Mila nggak jadi pulang?” jawabnya seakan bertanya memastikan. Aku mengulumkan bibir. Kemudian tersenyum.“Iya, kalau Rizka hamil mudakan harus ekstra hati-hati. Jadi Mila bisa lama ikut kita,” sahutku. Nggak tahu kenapa aku seneng banget dengar kabar Rizka hamil. Lebih senangnya lagi Mila akan lama tinggal bersamaku.“Iya, Mas juga senang Mila bersama kita,” sahut Mas Romi.“Aku ingi
Benalu 2 part 43POV Dewi“Kenapa dengan Mita?” tanya Mas Romi, penasaran. “Nggak tahu, Mas kita di suruh ke sana? gimana ya?” tanyaku. Aku sendiri juga penasaran dengan Mita. Ada apa sebenarnya.“Yaudah kita ke sana. keluarga lebih penting,” jawab Mas Romi mantab.“Terus kerjaan, Mas?” tanyaku.“Cuti dulu nggak apa-apa. Nanti Mas ijin cuti, ya, pokoknya keluarga nomor satu,” jawab Mas Romi seakan membuat hati ini tenang. Aku merasa wanita paling beruntung di dunia ini. bisa menjadi istri dari laki-laki sebaik dia. Aku menoleh ke arah Mila. Mas Romi juga mengikuti. Aku melihat Mila hanya melongo saja mendengarkan obrolan kami.“Mila, Mama Dewi sama Papa Romi mau ke rumahnya Kakek Heru. Mila mau ikut apa nggak?” tanyaku. Mila terdiam, aku tahu pasti dia bingung. Tadikan dia ingin sekali menemani Papa Rama. Tapi, kok, aku nggak tega juga ninggalin dia lama-lama sama Rizka. Apalagi Rizka lagi hamil. Hormonnya naik turun. Aku takut dia nyubitin Mila lagi.“Iya, Mila mau ikut nggak?” tany
Benalu 2, part 44POV MartinaAstaga! Aku mendengar suara Berlin mendatangi Mas Angga. Aku harus bagaimana? Berlin nekad juga ternyata. Apakah hari ini akan ketahuan semuanya? Nggak ini nggak boleh terjadi. Tapi aku bisa apa? luka sesar ini saja belum sembuh. Nggak mungkin aku nekad akan menemui mereka. Tapi, semuanya akan terbongkarkah?Mas Angga juga langsung mematikan sambungan telpon. Padahal aku ingin bilang jangan percaya gitu saja omongan dia. Aish, entahlah aku makin bingung sendiri. Aku harus bagaimana? Aku scroll hape ini berkali-kali. Mencoba mencari-cari nama di dalam kontak yang siapa tahu ada nama yang bisa membantuku. Sial. Tapi tak aku temukan. Yang ada malah semakin bingung saja. “Tin, ibu mau gendong Yusuf, ya!” ucap Ibu nyelonong masuk ke kamar begitu saja. Astaga kenapa ibu harus datang, sih. Aku makin galau saja. Nggak di bolehin gimana? Di bolehin juga gimana? Akhirnya pasrah. Karena ibu langsung mengambil Yusuf dari boxnya.“Hati-hati, ya, Bu?” ya, hanya itu y
Benalu part 45POV ANGGA“Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu?” tanyaku lagi kepada perempuan yang lagi menikmati kopi pesanannya.“Nggak ada, Mas, hanya ingin kenalan aja,” jawabnya selow. Mengaduk-aduk kopinya. Sesekali dia menatapku, kemudian tersenyum. Senyum yang tak bisa aku artikan. Apa maksudnya?“Mbak kok tahu nama saya?” tanyaku. Dia malah tersenyum, kemudian menyeruput kopinya lagi. Alisnya naik turun seakan mempermaikan perasaan lawan bicara.“Nggak pentinglah saya tahu dari mana?” jawabnya dengan nada santai banget. Nggak mikir dia kalau aku penasaran. Aku tajamkan pandangan. Mengingat-ingat, apakah dia teman masalalu? Ah, tapi kayaknya aku belum pernah melihat dia. Sangat asing sekali.Cantik juga cewek ini. Kulitnya putih, wajahnya juga mulus sampai tak ada satu jerawat yang menempel di pipinya. Hidungnya juga mancung, matanya juga indah. Rambutnya ikal, tapi membuatnya semakin terlihat berkelas. Siapa dia? Kok bisa kenal namaku?“Ok, kalau gitu, nama Mbak tadi siapa?
Benalu part 46POV DEWI“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Mas Romi seraya fokus mengemudi. Iya, kami sudah OTW ke rumah Om Heru. Menempuh perjalanan enam jam sangatlah lama dan melelahkan tentunya.“Kenapa apanya?” tanyaku yang nggak fokus. Entahlah, aku memikirkan Mila. Ekspresi dia saat kami pamit tadi, sangat membuatku terganggu. “Kok, diem aja?” tanyanya lagi. Aku memandangnya, dia juga sedetik membalas pandanganku.“Kenapa, kok, mukanya kusust gitu?” tanya Mas Romi lagi. harusnya aku memikirkan Mita yang lagi kena masalah. Walaupun aku nggak tahu masalahnya apa.“Lagi mikirin Mila,” jawabku, kemudian menyandarkan kepala di sandaran bangku mobil. Aku duduk di depan, karena kalau duduk belakang nanti di kiri majikan dan sopir. Kasihan Mas Romi. Akhirnya Bi Ijah yang duduk di belakang.“Jangan terlalu di pikirkan, ya, kasihan dedek bayinya, pasti juga ikutan mikir,” sahutnya dengan pandangan fokus ke depan. Aku terdiam, seraya ikut memandangi jalanan yang lumayan ramai. Jalan menuju ke
Benalu part 47POV DEWIReflek kedua tangan ini menutup mulutku, saat mata ini melihat sosok Mita sedang bersandar di tembok sudut kamarnya. Astaga! keadaanya sangat memprihatinkan. Rambutnya acak-acakkan, seperti lama tak keramas, bajunya lusuh kayak lama nggak mau ganti dan tatapan matanya kosong dengan mata panda yang menghitam.“Mita kenapa bisa kayak gitu, Om?” tanyaku dengan nada serak. Aku memandang Om Heru dan Tante Tika bergantian. Wajah mereka seakan juga tak bisa menjelaskan. Hanya kesedihan yang terlihat.“Jangan mendekat, Dewi!” sergah, Om Heru, saat melihat kaki ini hendak melangkah mendekati adikku. Seketika langkah ini terhenti.“Kenapa, Om?” tanyaku lirih seraya menatapnya. Om Heru terlihat menarik nafasnya kuat-kuat dan menghembuskannya perlahan. Mangatur desah nafasnya yang memburu.“Dia seakan tak mengenali sekelilingnya, dia bisa marah-marah dan memukul siapapun yang mendekati dia, Om nggak mau kamu kenapa-kenapa, apalagi kamu lagi mengandung,” jelas Om Heru.“Ast
Benalu part 102POV 3“Pi, motor Angga di bawa kabur mereka,” ucap Angga, dia masih sangat menyayangkan motornya yang belum lunas. Masih kredit.“Biar, Ga! motor bisa di beli lagi. Yang penting nyawa kamu selamat,” jawab Pak Faris bijak.Angga mendesah. ‘Untung nggak mau membawa mobil Papi, kalau sampai memenuhi keinginan Ibu untuk meminjam motor Papi, yang hilang mungkin mobil Papi. Harus dengan cara apa untuk menggantinya?’ lirih Angga dalam hati. Walau kondisinya sudah babak belur begitu, tapi dia masih bersyukur, karena bukan mobil mertuanya yang dia bawa.“Bagaimana keadaan sebenarnya, Ga? kok, kamu bisa sampai seperti ini?” tanya Pak Faris kepada menantunya.“Permisi,” Pak Faris dan Angga mengarah ke asal suara. Ternyata ada dokter dan Martina berjalan mendekat.“Saya periksa dulu, ya?” ucap dokter laki-laki paruh baya itu ramah. “Silahkan dok,” jawab Pak Faris mempersilahkan. Dokter itu menjalankan tugasnya. Memeriksa detak jantung dan yang lainnya. “Kepala saya pusing banget
Benalu part 101POV 3“Yaudah Om, Tante, Mita, kami pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Romi,” pamit Romi kepada semuanya.“Iya, Rom, pasti, kamu juga hati-hati di jalan,” balas Om Heru. Kemudian mereka beranjak dan keluar dari kamar Mita.Romi dan Dewi melewati lorong Rumah Sakit seraya bergandengan tangan. Dewi mengedarkan pandang. Matanya melihat sosok laki-laki yang menggunakan masker, kacamata hitam dan jaket, berjalan seraya tolah toleh. Mata Dewi menyipit. Langkah kakinya penuh curiga.“Mas, laki-laki itu, kok, jalannya ngendap-ngendap, ya?” tanya Dewi lirih dengan mata masih memperhatikan laki-laki itu. Romi akhirnya juga ikut menoleh ke arah yang di pandang Dewi.“Iya, mau ngapain, ya? tapi dia ke lorong sana?” sahut Romi lirih. Mata mereka masih fokus dengan laki-laki berjaket itu.“Iya, apa kita ikuti?” tanya Dewi kepada suaminya.Dreettt dreeerrrttt dreetttt gawai Dewi bergetar di dalam tasnya. Tak berselang lama berbunyi. Nada panggilan masuk. Dengan cepat De
Benalu part 100POV 3Ya, di sini, Rizka berpelukkan manja dengan Ibu mertuanya. Dan Rama berpelukkan haru dengan Ibu mertuanya. “Doakan, ya, Bu. semoga Rumah Tangga kami sakinnah ma waaddah wa rohmah,” pinta Rama kepada mertuanya.“Pasti, Nak. Pasti. Tanpa kalian minta, ibu pasti mendoakan kalian,” ucap Bu Sumi. Rama kemudian melepaskan pelukannya.“Pa, kapan Mama Dewi pulang?” tanya Mila tiba-tiba. Membuat Rama tidak bisa menjawabnya. Rama dan mertuanya saling beradu pandang. Rama menarik nafasnya kuat-kuat dan melepaskannya perlahan.“Papa juga nggak tahu, Sayang,” jawab Rama. Membuat bibir Mila cemberut.“Katanya Mama Dewi nggak lama-lama. Tapi, kok nggak pulang-pulang?” sahut Mila seraya bertanya.Mila memang sangat merindukan Dewi. Menunggu Dewi pulang terasa sangat lama baginya. Selalu menunggu hari esok, dengan harapan hari esok mama Dewinya pulang. “Urusan Mama Dewi belum selesai Sayang, makanya Mama Dewi belum bisa pulang,” jawab Rama santai, dengan selalu menyunggingkan s
Benalu part 99POV 3Anga sudah di periksa oleh dokter. Dia juga belum sadar. Martina dan orang tuanya menunggu di luar. Karena belum di ijinkan masuk. Karena Angga masih dalam penanganan.Martina masih terus menangis. Dia mondar mandir dengan hati yang cemas. Berkali-kali melirik ke pintu kamar di mana Angga di rawat. Berharap pintu itu segera di buka dan dokter segera menyampaikan kabar tentang kondisi suaminya.Yusuf sudah tenang. Dia tidur di pelukkan neneknya. Bu Intan juga nggak kalah paniknya. Hatinya juga berdegub nggak jelas. Selalu berdoa untuk kebaikan anaknya.“Dokternya kok, nggak keluar-keluar, ya?” celetuk Bu Intan. Dia juga nggak sabar menunggu dokter keluar.Bu Intan menyesal sekali, menyuruh anaknya membelikan dia makanan. Lebih tepatnya dia memaksa Angga untuk membelikan makan. Padahal waktu itu, kerjaan rumah di besannya masih banyak dan rumah juga masih berantakan. Makanan juga banyak. Hanya demi ingin pamer baju baru dan naik mobil besannya dia memaksa. Ternyata
Benlau part 98POV 3“Ma, tapi Mama dan Papa setujukan Mita nikah sama Gio?” tanya Mita kepada mamanya. membuat mamanya bingung menjawabnya. Langkah kaki Dewi langsung terhenti. Dari kemarin-kemarin dia cuma membayangkan saja, kalau Mita akan menikah dengan Pak Galih. Dan itu sudah membuatnya mual. Tapi, hari ini telinganya mendengar sendiri kalau adiknya ingin menikah dengan laki-laki yang selalu mual jika namanya di sebut. Kemudian Dewi berbalik badan, tak jadi keluar tapi malah menuju ke toilet yang ada di kamar rawat inap Mita. Membuat Tante Tika cemas juga dengan kondisi Dewi. Kemudian menyusul Dewi ke toilet. Memijit tengkuknya. Agar terasa enakkan.“Kamu masih sering muntah, Wi?” tanya Tante Tika dengan nada cemas. Walau dia sering melihat Dewi seperti itu, tapi tetap saja dia cemas dengan kondisi keponakannya.“Iya, Tante,” jawab Dewi dengan nada lemas. Dia sudah duduk di sofa ruang kamar Mita di rawat.“Ibu hami itu memang macam-macam, ada yang cuma trimester pertama, ada y
Benalu part 97POV 3Hati Martina semakin berdegub kencang saat kakinya melangkah menuju rumah Pak Agung. Dia sangat penasaran dengan keadaan suaminya, dan apa yang terjadi sebenarnya. Terus foto yang di berikan Haris itu, apa maksudnya? Dari mana dia mendapatkan foto itu? Semuanya masih menjadi tanya besar di benak Martina. dan sebentar lagi akan terjawab. ‘Mas Angga aku sudah dekat denganmu,’ lirih Tina lagi dalam hati.“Silahkan langsung ke kamar saja semuanya. Karena yang punya hape ini masih di dalam kamar dan belum sadar,” ucap Pak Agung. Semakin membuat hati Tina bergemuruh. Pintu kamar di buka oleh pemiliknya. Bu Intan juga berdebar hatinya, ingin segera melihat kondisi anaknya. Begitu juga dengan Jeng Sella dan Pak Faris. Tak kalah berdebar walau hanya anak mantu. Tapi, mereka benar-benar cemas. Martina masuk lebih di dalam kamar itu. Tak sabar rasanya, ingin melihat suaminya. “Itu, Mbak pemilik hape ini,” jawab Pak Agung seraya menunjuk ke ranjang. Di sana terbaring seso
Benalu 96POV 3“Sayang, aku sudah melacak alamat-alamat nomor baru yang menghubungi kamu. Cuma banyak nomor baru, jadi kamu ingat-ingat ya, nomor mana yang menghubungimu, saat kamu di kabari kalau papamu kecelakaan,” jelas Pak Galih seraya memberikan gawai Mita yang dia bawa dari tadi.Mita menerima gawainya. Kemudian melihat nomor-nomor baru itu. Matanya kembali nanar lagi. Nggak ingin membahas masalah ini. Tapi, kalau nggak di bahas, nggak akan selesai-selesai ini kasus.“Yang ujungnya 29, sahut Mita,” sahut Mita kemudian, meletakkan gawainya di sebelahnya.Pak Galih langsung memeriksa alamat nomor yang di bilang Mita. Dari sekian banyak nomor baru, hanya satu yang ujungnya 29. Pak Galih tersenyum.“Kita bisa lapor polisi dan segera menggerebeknya,” ucap Pak Galih yakin dan mantab.“Alamatnya mana, Pak?” tanya Om Heru penasaran.“Ini, Pak!” Pak galih menyerah kertas yang sudah tercantum semua alamat-alamat nomor baru yang menghubungi Mita. Om Heru langsung menerimanya. Kemudian men
Benalu part 95POV 3Dreett dreet dreettt gawai Tina bergetar. Tak berselang lama berbunyi.“Ma, tolong lihatkan siapa yang menelpon?” pinta Tina kepada mamanya. “Iya, Sayang,” ucap Jeng Sella, kemudian langsung mengambil gawai yang masih di saku baju Tina. “Astaga!” ucap jeng Sella saat melihat siapa yang menelpon.“Siapa yang nelpon, Mi? Peneror itu lagi kah?” tanya Tina masih dengan Mata sedikit membuka. Karena kalau membuka sempurna dia nggak tahan. Karena melihat semuanya berputar-putar.“Angga, yang nelpon,” sahut Jeng Sella. Seketika Martina terperanjat dari baringnya. Membuka paksa matanya saat mendengar nama suaminya menelon ke nomornya.“Cepat angkat, Mi!” perintah Martina semangat. Jeng sella mengangguk dan kemudia mengangkat telpon itu.[Hallo, Angga] ucap Jeng Sella memulai percakapannya. Kemudian dia meloundspeaker gawainya.[Hallo] terdengar suara dari seberang. Suara laki-laki. Martina mengerutkan keningnya. Karena dia faham kalau itu bukan suara suaminya.[Ini siapa
Benalu part 94POV 3Pak Galih memutuskan pulang, seraya membawa hape Mita. Karena dia ingin mengeceknya di rumah. Om Heru nggak percaya gitu saja tentunya dia membawa pulang gawai Mita. Karena baru saja ketemu. Walau dia tahu anaknya sangat dekat dengannya. Akhirnya Pak Galih meninggalkan KTPnya, agar Om Heru dan yang lainnya percaya, kalau dia memang serius ingin membantu Mita.“Gio mana, Mbak?” tanya Mita kepada Dewi. Langsung mual perut Dewi jika nama itu di sebut. Seakarang di kamar itu tinggal mereka berdua. Om Heru dan Tante Tika pulang. Romi sedang mencari ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan.“Pak Galih, udah pulang,” jawab Dewi dengan susah payah menahan rasa mualnya.“Mbak, salah nggak aku jatuh cinta dengan Gio?” tanya Mita. Semakin membuat Dewi mual. Liur sudah naik ke mulut. Susah payah dia menelan ludahnya sendiri.“Eh, namanya kan Pak Galih. Kenapa kamu panggilnya Gio?” tanya Dewi balik, sengaja mengalihkan pembicaraan, karena memang nggak mau menjawab pertanyaa