Benalu part 47POV DEWIReflek kedua tangan ini menutup mulutku, saat mata ini melihat sosok Mita sedang bersandar di tembok sudut kamarnya. Astaga! keadaanya sangat memprihatinkan. Rambutnya acak-acakkan, seperti lama tak keramas, bajunya lusuh kayak lama nggak mau ganti dan tatapan matanya kosong dengan mata panda yang menghitam.“Mita kenapa bisa kayak gitu, Om?” tanyaku dengan nada serak. Aku memandang Om Heru dan Tante Tika bergantian. Wajah mereka seakan juga tak bisa menjelaskan. Hanya kesedihan yang terlihat.“Jangan mendekat, Dewi!” sergah, Om Heru, saat melihat kaki ini hendak melangkah mendekati adikku. Seketika langkah ini terhenti.“Kenapa, Om?” tanyaku lirih seraya menatapnya. Om Heru terlihat menarik nafasnya kuat-kuat dan menghembuskannya perlahan. Mangatur desah nafasnya yang memburu.“Dia seakan tak mengenali sekelilingnya, dia bisa marah-marah dan memukul siapapun yang mendekati dia, Om nggak mau kamu kenapa-kenapa, apalagi kamu lagi mengandung,” jelas Om Heru.“Ast
Benalu 2, part 48POV ANGGA“Anak Papa udah bangun,” aku lagi menimang-nimang Yusuf yang baru saja terbangun dari tidurnya. Gemes sekali rasanya. “Mas,” sapa Martina.“Hemmmm,” jawabku nggak fokus ke dia. Aku masih fokus ke Yusuf. Menciuminya berkali-kali. Bau bayi itu enak banget. Nggak ada puasnya pokoknya. “Mas, tadi kayaknya ada cewek nemuin kamu, siapa?” tanya Martina. Aku meliriknya, owh, ya, baru teringat, mungkin yang di maksudnya Berlin. Karena tadikan waktu Berlin datang pas telponan sama Martina.“Namanya Berlian Syafirda, katanya biasa di panggil Berlin,” sahutku santai, masih fokus dengan memandangi wjaah Yusuf. Kayaknya benarlah yang di bilang orang-orang, kalau Yusuf itu mirip denganku. Mungkin karena waktu masih dalam perut aku sering bertengkar dengan emaknya.“Dia ada perlu apa? teman kerja?” tanya Martina seakan mengintrogasi.“Dia nawarin pekerjaan,” balasku santai. Masih menimang-nimang Yusuf.“Nawarin pekerjaan?” tanyanya mengulang kata itu. Nada bicaranya anta
Benalu part 49POV RAMA“Kamu kenapa, Sayang, kok, cemberut aja?” tanyaku kepada Mila. Aku merasa banyak perubahan pada dirinya. Mila yang selalu ceria kini seakan banyak cemberutnya. Mila berhambur memelukku.“Papa udah sehat?” tanyanya balik. Aku mengerutkan kening. Berusaha memahami. Membalas pelukkannya mungkin lebih baik.“Udah dong, Mila bisa lihat sendirikan! Papa udah sehat,” jawabku, membelai rambut panjangnya. Kemudian menciumnya. Tapi, aku merasakan tubuhnya bergoyang, seakan lagi menangis. Aku segera melepaskan pelukkannya. Ya, saat ini aku lagi di kamar Mila. Karena penasaran, dia betah banget di kamarnya.“Loh, kok, nangis?” tanyaku seraya mengusap air matanya. Bibirnya semakin mencebik, seakan menahan tangis yang mau meledak.“Sayang, kenapa, Nak?” tanyaku lagi. Karena bibirnya semakin mencebik seakan takut meledak. Tapi air matanya sudah kayak air terjun, deras mengalir. Karena dia hanya tertunduk dengan air mata yang berjatuhan, akhirya aku memeluknya lagi. menenggel
Benalu part 50POV DEWIAku penasaran dengan Mita. Aku Putuskan untuk mendekat. Mumpung Mas Romi lagi mandi. Lagian dia kalau mandi lama juga. Aku awasi sekeliling rumah. Sudah sepi. Mungkin Om Heru dan Tante Tika sudah tidur. Dengan hati berdebar aku mendekati kamar Mita. Nggak tahu kenapa, mendekati kamar Mita seakan mau mendekati kamar mayat. Merinding juga.Dengan langkah kaki yang pelan aku medekati kamar Mita. Takut ketahuan nanti pasti nggak di bolehin masuk ke kamar Mita. Karena tadi saja aku nggak di ijinin masuk. Padahal aku sangat ingin memeluk Mita.Tapi rasa penasaranku semakin kuat. Aku tetap penasaran dengan kondisi Mita. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Seakan nggak sabar menunggu hari esok. Ya, memang tak sabar rasanya.Kalian tahu apa yang ada dalam pikiranku? Pelecehan seksual. Iya, kayaknya mita mengalami itu. Hingga dia depresi seperti itu. Seketika saja aku langsung mengingat kejadian yang menimpa Rizka dulu. Ya, walau aku tak tahu persis, karena hanya ti
Benalu part 51POV MartinaSyukurlah kalau Mas Angga menolak kerjaan yang di tawarkan Berlin. Aku yakin Berlin ada maksud lain. Tapi apa maksudnya? Dari mana dia tahu kalau Mas Angga itu suamiku? Apa memang dia sudah ngawasin aku selama ini? Banyak pertanyaan yang mengiang-ngiang di kepala.Semoga saja Mas Angga nggak tertarik dengan kecantikkan Berlin. Ya, karena Berlin juga mempunyai daya tari tersendiri, untuk menarik lawan jenisnya. Selain cantik juga kaya. Belum menikah juga. Cowok mana yang nggak klepek-klepek dengan dia.Tapi setahuku Berlin mempunyai selera tinggi untuk menilai cowok. Makanya dia belum menikah-menikah juga karena masih terlalu menyeleksi cowok. Bukan karena nggak ada yang mau sama dia. Tapi sebaliknya, banyak yang ngantri. Tapi semuanya zonk, belum ada yang dia pilih.“Kamu kenal dengan Berlin?” tanya Mas Angga tiba-tiba, setelah aku keluar dari kamar mandi. Aku lihat dia lagi menggenggam gawaiku. Degub jantung langsung terasa. ‘Tenang Martina, kan sudah kamu
Benalu part 52POV ANGGAAku memang sengaja menyindir Martina. Aku yakin dia ada hubungannya dengan Berlin. Awalnya aku sempat besar kepala, saat Berlin kenal dan mencari tahu tentang aku. Setelah aku tahu, nomor dia ada di hape Martina, aku semakin yakin Bellin ada tujuan khusus mendekatiku.Martina masih terdiam. Matanya masih mendelik melihat kartu nama dan gawainya. Ya, pasti dia faham maksudku.“Berlin, ngasih kartu nama?” tanyanya. Aku menarik nafasku kuat-kuat dan menghempaskannya pelan-pelan. Kenapa dia harus bohong? Kenapa tadi dia bilang tak mengenal Berlin?“Iya,” jawabku singkat. Bibirnya terlihat bergetar. Gelagapan.“Kok, nomornya bisa sama dengan nomor nyasar ini, ya?” sahut Martina dengan nada serak. Dia melirikku seraya menelan ludahnya sendiri.“Dia hubungin kamu?” tanyaku balik.“Iya, Mas,” jawabnya dengan menggigit bibir bawahnya. Kuusap wajahku pelan.“Dia ngomong apa?” tanyaku lagi. jujur saja aku curiga. Nggak mungkin kalau hanya sekedar nomor nyasar. Wajah Mar
Benalu part 53POV DEWITubuh bergetar mendekati Mita. Perutku juga merasakan sakit. Karena aku shok. sangat shok melihat tubuh Mita menggantung di atas. Ya, Mita mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri.Badanku terasa kaku, saat tersadar aku langsung berteriak sekuat-kuatnya. Untung Om Heru dan yang lainnya segera datang. Akhirnya Om Heru dan Mas Romi menurunkan Mita. Mita masih tertolong. Tapi jerat di lehernya sudah membekas.Badanku melemas ke lantai. Mataku masih mendelik seakan tak percaya dengan apa yang aku lihat tadi. Bagaimana tidak? seandainya aku menuruti keinginan Om Heru untuk tak masuk ke kamar Mita, mungkin besok pagi, kami sudah menjumpai tubuh Mita yang kaku dalam gantungan.Tante Tika histeris melihat kondisi anaknya. Jangankan Tante Tika, aku sendiri juga tak kalah histeris. Hingga tubuh ini merasa sangat kaku. Mulut seakan tak bisa berteriak. Kaku. Itu tadi, kini badan terasa melemas. Sangat lemas setelah kembali normal seperti biasanya.“Ya Allah Mita, kenapa
Benalu part 54POV Martina“Aku dan Berlin itu sebenarnya ada masalah, di masalalu,” ucapku seraya menarik nafasku kuat-kuat dan melepasnya pelan. Jujur saja aku deg-degan mau cerita. Nggak cerita juga suatu saat akan terbongkar. Dari pada Berlin yang mengatakan, kayaknya mending aku yang menyampaikan. Secara Berlin sudah tahu semuanya tentang Mas Angga. Kapan saja dia bisa memberitahukannya. Mas Angga terdiam, mungkin masih menunggu lanjutan ceritaku. “Apakah kamu mau janji tak akan marah jika aku menceritakan semua masalaluku?” tanyaku. Dia sedang menhembuskan nafasnya.“Tina, semua punya masa lalu, akupun juga. Dan kamu juga tahu, seburuk apa masalaluku, hingga aku di ceraikan Dewi,” ucap Mas Angga. Dewi? apa kabarnya dia.Untuk kesekian kalinya aku mengatur nafas. Merasa nyeri ulu hati kalau ingin menceritakan masalalu yang kelam. Seakan mengingatkan kembali rasa sakitnya. Mengingatkan kembali susah payahnya dalam mengatasi masalah itu.“Berlin itu adik ipar Haris, ayah biologisn