Ryan duduk di ranjang di samping Tania berbaring. Ia merapikan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Tania. “Menurutmu apa? Saya akan mengabulkan apapun itu yang ada di pikiranmu?”Tania menatap Ryan dengan sendu, ia membasahi bibirnya yang terasa kering dengan lidah. Ia menundukkan kepala, karena tidak tahan dengan tatapan mata Ryan.Ryan mengulurkan tangan mengangkat dagu Tania. “Kenapa? Apakah kau malu, karena saya bisa menebak apa yang ada di kepala cantikmu itu?” Bisik Ryan tepat di telinga Tania.Tania memejamkan mata, saat ia merasakan Ryan menggit telinganya lembut dan menelusuri sebelah lehernya dengan lidah, sehingga meninggalkan jejak basah.Ia merasakan, bagai ada kupu-kupu yang bermain di perutnya. “Ka-kau ssalah, Ryan! Apa yang kau kira tidak sama dengan apa yang kupikirkan.” Tania mencoba mendorong kepala Ryan menjauh.Ryan justru menelusuri pipi Tania dan berakhir di bibirnya. “Kau pembohong yang buruk!”Bibir Tania dibungkam dalam ciuman yang dalam dan menyesakkan.
Ibu Ryan menatap Tania tidak percaya. Selama ini ia mengenal Tania yang takut kepadanya dan tidak pernah membantah apa yang ia katakan. “Kau sudah berani melawan saya, ya!”Plak! Ibu Ryan melayangkan tamparan ke wajah Tania dengan keras. Tania mengusap pipinya yag terasa sakit, karena tamparan tu. “Mengapa Anda masih saja membenci saya? Tidakkah Anda sadar, kalau putra Anda lah yang meminta saya sebagai Istrinya kembali?”Wajah Ibu Ryan menjadi merah, karena marah. Napasnya memburu dengan cepat menunjukkan betapa ia sangat marah kepada Tania.Melihat keadaan Ibu mertuanya yang seperti itu membuat Tania menjadi takut, kalau wanita itu akan mendapatkan serangan jantung. Dan ia tidak mau disalahkan oleh Ryan, karena hal itu.Dari tempat yang terlindung Ryan berdiri diam melihat apa yang terjadi. Ia dapat melihat secara langsung, kalau memang ada sesuatu yang disembunyikan darinya antara Ibunya dan Tania. “Kau seharusnya sadar diri, kalau dirimu tidak pantas menjadi Istri dari Ryan! Ka
Ryan menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Tania, begitu pula dengan Ibu Ryan. Ia sama sekali tidak mengira, kalau Tania akan berani mengatakannya.“Kau berbohong! Mana buktinya, kalau saya yang membayar orang untuk mendekatimu?” Tanya Ibu Ryan dengan galak.Ryan memandang Tania dengan mata dipicingkan, ia menatap tajam Istrinya itu. “Apa yang dikatakan oleh Ibu ada benarnya. Kamu tidak bisa asal tuduh, tanpa bisa memberikan bukti yang kuat untuk mendukung tuduhanmu!”Tania terdiam, ia sama sekali tidak bisa membuktikannya kepada Ryan dan Ibunya, karena ia hanya mendengarkan pengakuan dari pria yang kepergok Ryan sedang bersama dengannya di ranjang hotel.Bagaimana bisa ia menghadirkan pria itu, sementara dirinya tidak memiliki kontak atau mengetahui nama pria itu. Ia hanya mengingat wajahnya saja.Gelengan kepala lemah Tania berikan, wajahnya terlihat lesu, saat balik menatap Ryan. Ia dapat melihat ekspresi kekecewaan di wajah suaminya itu.Dan ketika ia menolehkan kepal
Ryan menoleh ke arah Tania, sambil melayangkan senyum sinis. “Kenapa tidak kau saja yang keluar, jika tidak ingin melihat?”Tania memberengut ia berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Setelah masuk kamar mandi ia langsung mengunci pintunya. Ia menyalakan shower dan berdiri di bawahya. Tania menjadi kesal, karena ulah Ryan dan sekarang ia harus mandi lagi.Selesai mandi Tania menepuk pelan keningnya, karena lupa membawa jubah mandi. Yang ada hanyalah handuk kering. Diambilnya handuk itu untuk mengeringkan rambut dan badannya, kemudian ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ia belitkan di dadanya.“Cepatlah berpakaian! Kita akan pergi ke suatu tempat,” ucap Ryan begitu melihat Tania keluar dari kamar mandi.Tania hanya menganggukkan kepala, ia terus berjalan menuju walking closet untuk berganti pakaian bersih. Ia harus menahan malu, karena berganti pakaian di bawah tatapan tajam mata suaminya.“Kenapa kamu tidak membalikkan badan?” tegur Tania galak.Ryan mengedikkan
Tania mengangkat dagunya tinggi-tinggi untuk menyatakan, kalau dirinya tidak takut dengan Ryan. “Iya! Saya memang bertemu dengannya dan itu secara tidak sengaja. Akan tetapi, tidak menjadi masalah, karena kita sudah bercerai.”Ryan menggeram marah rasa cemburu yang tidak ia inginkan hadir begitu saja. Dicekaunya dengan kasar dagu Tania. Tidak dihiraukannya Tania yang meringis sakit, karena ulahnya.Tangan Tania terangkat hendak melepaskan cekauan tangan Ryan di dagunya. Namun, ia tidak berhasil melakukannya, sehingga Tania memutuskan untuk melakukan tindakan ekstrem. Ia menggigit lengan Ryan.“Astaga, Tania! Kau pikir lengan saya makanan!” tegur Ryan galak.Tania menjauhkan duduknya dari Ryan hingga ia menempel pada pintu mobil. “Kau yang sudah membuat saya melakukannya!” sahut Tania.Ryan memukulkan kepalan tangannya pada jok mobil yang ia duduki dengan mata menyala dan wajah merah, karena emosi.Tania menjadi takut melihatnya, karena ia belum pernah melihat Ryan bersikap, seperti it
Sontak saja Tania menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Ades. Tania menolehkan kepala ke arah wanita itu. “Apa maksudmu berkata, seperti itu? Kau sungguh menjijikkan, kalau berpikir saya akan sudi hal gila yang kau inginkan!”Ryan melirik Tania yang terlihat emosi, kemudian ia memalingkan wajah melihat Ades yang terlihat tenang di tempatnya berdiri.“Saya sungguh tidak percaya, kalau kamu akan berkata, seperti itu Ades! Kau sudah membuat saya tercengan dengan ide gila yang saya sendiri bahkan tidak pernah membayangkannya,” ucap Ryan.Ades menyunggingkan senyum tipis di sudut bibir, ia tiidak terpengaruh sama sekali dengan keheranan dari Ryan, serta Tania. Ia melihat Tania dengan wajah tidak suka yang hanya ditujukannya untuk Tania.“Mengapa tidak? Bukankah itu yang menjadi alasanmu membawa saya serta kembali ke kota ini? Ditambah dengan kamu yang mendatangi saya membawa Istrimu untuk meminta maaf kepada saya,” ucap Ades dengan percaya diri.Tania melirik Ryan, dengan seny
Tania menyentak lengan Ryan dengan kasar, ia melihat suaminya itu dengan wajah dipenuhi amarah. “Saya tidak mau berlama-lama berada di tempat ini hanya untuk mendengarkan bagaimana wanita itu merendahkan saya!”Ryan memejamkan mata ia sedang berusaha meredam amarah yang hendak meledak. Kenapa juga Tania harus merajuk sekarang ini? Dan kenapa si Ades ini bersikap sangat menyebalkan saja.“Duduk!” perintah Ryan dengan nada suara tegas tidak ingin dibantah.Tania menarik napas dalam-dalam dengan terpaksa ia menuruti apa yang diperintahkan oleh suaminya itu. Ia tidak sudi memberikan tontonan gratis kepada Ryan, kalau dirinya bertengkar dengan Ryan.Mereka berdua kembali duduk di tempat semula. Tania merasakan wajahnya menjadi panas, karena terus saja ditatap oleh Ades dengan sorot mata mencemooh.“Ada apa dengan matamu sampai menatap saya, seperti itu? Apakah kamu sadar, kalau yang kamu lakukan itu tidak sopan kepada tamu di rumahmu? Namun, kata sopan, sepertinya tidak ada dalam kamusmu,
Tania menelan ludah dengan sukar, ia sama sekali tidak menduga, kalau Ryan akan bertanya seperti itu kepadanya. “Saya tidak memerlukan sikap pura-pura peduli darimu. Silakan saja, kalau kau memang mau menemani kekasihmu itu.”Rahang Ryan terlihat mengetat dengan bibir membentuk garis tipis, tetapi ia tidak membalas pernyataan Tania. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin panjang saja dan diengarkan oleh sopir mereka.Sekalipun dirinya sudah memegang surat perjanjian yang telah ditandatangani sopirnya. Di mana dalam perjanjian itu sopirnya akan bersikap bisu dan tuli. Ia tidak akan menedngarkan dan atau melihat apapun yang dilakukan oleh majikannya pada saat berada dalam mobil.“Tuan, kita kembali kemana? Apakah ke rumah atau ke apartemen?” Tanya sopir pribadi itu memecahkan keheningan yang tercipta di dalam mobil tersebut.Secara kompak Tania dan Ryan membuka suara, tetapi dengan tujuan yang berbeda.“Apartemen,” sahut Ryan singkat.“Pulang ke rumah, Pak!” ucap Tania.Sopir itu te