Ryan menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Tania, begitu pula dengan Ibu Ryan. Ia sama sekali tidak mengira, kalau Tania akan berani mengatakannya.“Kau berbohong! Mana buktinya, kalau saya yang membayar orang untuk mendekatimu?” Tanya Ibu Ryan dengan galak.Ryan memandang Tania dengan mata dipicingkan, ia menatap tajam Istrinya itu. “Apa yang dikatakan oleh Ibu ada benarnya. Kamu tidak bisa asal tuduh, tanpa bisa memberikan bukti yang kuat untuk mendukung tuduhanmu!”Tania terdiam, ia sama sekali tidak bisa membuktikannya kepada Ryan dan Ibunya, karena ia hanya mendengarkan pengakuan dari pria yang kepergok Ryan sedang bersama dengannya di ranjang hotel.Bagaimana bisa ia menghadirkan pria itu, sementara dirinya tidak memiliki kontak atau mengetahui nama pria itu. Ia hanya mengingat wajahnya saja.Gelengan kepala lemah Tania berikan, wajahnya terlihat lesu, saat balik menatap Ryan. Ia dapat melihat ekspresi kekecewaan di wajah suaminya itu.Dan ketika ia menolehkan kepal
Ryan menoleh ke arah Tania, sambil melayangkan senyum sinis. “Kenapa tidak kau saja yang keluar, jika tidak ingin melihat?”Tania memberengut ia berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Setelah masuk kamar mandi ia langsung mengunci pintunya. Ia menyalakan shower dan berdiri di bawahya. Tania menjadi kesal, karena ulah Ryan dan sekarang ia harus mandi lagi.Selesai mandi Tania menepuk pelan keningnya, karena lupa membawa jubah mandi. Yang ada hanyalah handuk kering. Diambilnya handuk itu untuk mengeringkan rambut dan badannya, kemudian ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ia belitkan di dadanya.“Cepatlah berpakaian! Kita akan pergi ke suatu tempat,” ucap Ryan begitu melihat Tania keluar dari kamar mandi.Tania hanya menganggukkan kepala, ia terus berjalan menuju walking closet untuk berganti pakaian bersih. Ia harus menahan malu, karena berganti pakaian di bawah tatapan tajam mata suaminya.“Kenapa kamu tidak membalikkan badan?” tegur Tania galak.Ryan mengedikkan
Tania mengangkat dagunya tinggi-tinggi untuk menyatakan, kalau dirinya tidak takut dengan Ryan. “Iya! Saya memang bertemu dengannya dan itu secara tidak sengaja. Akan tetapi, tidak menjadi masalah, karena kita sudah bercerai.”Ryan menggeram marah rasa cemburu yang tidak ia inginkan hadir begitu saja. Dicekaunya dengan kasar dagu Tania. Tidak dihiraukannya Tania yang meringis sakit, karena ulahnya.Tangan Tania terangkat hendak melepaskan cekauan tangan Ryan di dagunya. Namun, ia tidak berhasil melakukannya, sehingga Tania memutuskan untuk melakukan tindakan ekstrem. Ia menggigit lengan Ryan.“Astaga, Tania! Kau pikir lengan saya makanan!” tegur Ryan galak.Tania menjauhkan duduknya dari Ryan hingga ia menempel pada pintu mobil. “Kau yang sudah membuat saya melakukannya!” sahut Tania.Ryan memukulkan kepalan tangannya pada jok mobil yang ia duduki dengan mata menyala dan wajah merah, karena emosi.Tania menjadi takut melihatnya, karena ia belum pernah melihat Ryan bersikap, seperti it
Sontak saja Tania menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Ades. Tania menolehkan kepala ke arah wanita itu. “Apa maksudmu berkata, seperti itu? Kau sungguh menjijikkan, kalau berpikir saya akan sudi hal gila yang kau inginkan!”Ryan melirik Tania yang terlihat emosi, kemudian ia memalingkan wajah melihat Ades yang terlihat tenang di tempatnya berdiri.“Saya sungguh tidak percaya, kalau kamu akan berkata, seperti itu Ades! Kau sudah membuat saya tercengan dengan ide gila yang saya sendiri bahkan tidak pernah membayangkannya,” ucap Ryan.Ades menyunggingkan senyum tipis di sudut bibir, ia tiidak terpengaruh sama sekali dengan keheranan dari Ryan, serta Tania. Ia melihat Tania dengan wajah tidak suka yang hanya ditujukannya untuk Tania.“Mengapa tidak? Bukankah itu yang menjadi alasanmu membawa saya serta kembali ke kota ini? Ditambah dengan kamu yang mendatangi saya membawa Istrimu untuk meminta maaf kepada saya,” ucap Ades dengan percaya diri.Tania melirik Ryan, dengan seny
Tania menyentak lengan Ryan dengan kasar, ia melihat suaminya itu dengan wajah dipenuhi amarah. “Saya tidak mau berlama-lama berada di tempat ini hanya untuk mendengarkan bagaimana wanita itu merendahkan saya!”Ryan memejamkan mata ia sedang berusaha meredam amarah yang hendak meledak. Kenapa juga Tania harus merajuk sekarang ini? Dan kenapa si Ades ini bersikap sangat menyebalkan saja.“Duduk!” perintah Ryan dengan nada suara tegas tidak ingin dibantah.Tania menarik napas dalam-dalam dengan terpaksa ia menuruti apa yang diperintahkan oleh suaminya itu. Ia tidak sudi memberikan tontonan gratis kepada Ryan, kalau dirinya bertengkar dengan Ryan.Mereka berdua kembali duduk di tempat semula. Tania merasakan wajahnya menjadi panas, karena terus saja ditatap oleh Ades dengan sorot mata mencemooh.“Ada apa dengan matamu sampai menatap saya, seperti itu? Apakah kamu sadar, kalau yang kamu lakukan itu tidak sopan kepada tamu di rumahmu? Namun, kata sopan, sepertinya tidak ada dalam kamusmu,
Tania menelan ludah dengan sukar, ia sama sekali tidak menduga, kalau Ryan akan bertanya seperti itu kepadanya. “Saya tidak memerlukan sikap pura-pura peduli darimu. Silakan saja, kalau kau memang mau menemani kekasihmu itu.”Rahang Ryan terlihat mengetat dengan bibir membentuk garis tipis, tetapi ia tidak membalas pernyataan Tania. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin panjang saja dan diengarkan oleh sopir mereka.Sekalipun dirinya sudah memegang surat perjanjian yang telah ditandatangani sopirnya. Di mana dalam perjanjian itu sopirnya akan bersikap bisu dan tuli. Ia tidak akan menedngarkan dan atau melihat apapun yang dilakukan oleh majikannya pada saat berada dalam mobil.“Tuan, kita kembali kemana? Apakah ke rumah atau ke apartemen?” Tanya sopir pribadi itu memecahkan keheningan yang tercipta di dalam mobil tersebut.Secara kompak Tania dan Ryan membuka suara, tetapi dengan tujuan yang berbeda.“Apartemen,” sahut Ryan singkat.“Pulang ke rumah, Pak!” ucap Tania.Sopir itu te
“Lepaskan Istri saya!” terdengar suara bernada berat membuat para pria yang berada dalam lift menjadi terkejut.Tania memanfaatkan keadaan itu untuk melarikan diri dari pria yang menangkap tangannya. Ia berlari tanpa melihat orang yang di depannya sampai ia menabraknya.“Sssh! Tenanglah, Tania! Kamu sudah aman sekarang.” Ryan meraih Tania ke dalam pelukan hangatnya untuk melindungi Istrinya itu.Tania mengangkat wajah ia merasa lega, sekaligus marah kepada Ryan. Seandainya saja suaminya itu tidak meninggalkan dirinya ia tidak akan bersama dengan kelima pria itu dalam lift.“Kamu jahat meninggalkan saya begitu saja! Apa kamu memang merencanakannya untuk menyakiti dan membuat saya takut?” Tanya Tania, sambil memukul punggung Ryan dengan kepalan tangannya.Ryan menangkap tangan Tania, ia berusaha untuk menenangkan Istrinya itu, Mereka belum sepenuhnya dalam situasi yang aman, karena ia hanya sendirian saja dan ia tidak membawa apapun yang bisa dijadikannya senjata untuk melindungi Tania.
“Sshh! Tenanglah, Tania! Kau sudah aman bersama saya tidak akan ada yang mengganggumu lagi.” Bisik Ryan di telinga Tania.Ia mencoba untuk menenangkan Istrinya itu yang terlihat panik. Keringat dingin terlihat membasahi wajah dan gaun tidur yang dipakai Tania.Dalam hati Ryan menyesali kesalahannya, sehingga membuat Tania menjadi, seperti itu. Digoyangnya dengan pelan pundak Tania, sambil membisikkan kata-kata yang menenangkan.Tania mengusap wajah dengan kedua tangan, ia tadi teringat kejadian di dalam lift yang membuatnya menjadi ketakutan.“Saya ingin sendiri!” tegas Tania.Ia bangkit dari ranjang menuju kamar mandi meninggalkan Ryan. Sesampainya di kamar mandi, ia mengunci pintu dari dalam.Dinyalakannya air pancuran, lalu ia duduk di bawahnya dengan kaki ditekuk. Tania meletakkan kepala di atas lutut dibiarkannya air mata kembali tumpah.‘Mengapa saya menjadi begitu lemah, seperti ini? Bagaimana saya akan sanggup menghadapi orang-orang yang tidak suka kepada pernikahan kami?’ bat