Share

2. Kecemburuan

Author: Yenika Koesrini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Panji memijit pelipisnya yang mulai terasa pening. Omongan kliennya tidak begitu ia dengarkan. Apalagi lelaki itu terus saja memuji teman wanitanya. Di mana semua menjurus pada Layla, sang mantan istri.

 

Setelah bicara panjang lebar. Akhirnya Panji dan Banyu pun membicarakan harga toko roti tersebut. Dengan berbagai alasan, Panji menaikan harga dari yang tadinya ia ajukan. 

 

"Gak papa, saya setuju saja." Banyu mengulum senyum, "saya sudah kadung suka dengan toko ini. Apalagi warna catnya ini merupakan warna favorit Layla," imbuhnya sembari memandangi sekitar ruangan.

 

"Iya." Panji meringis kecut. 

 

Warna cat dinding toko ini memang pilihan dari Layla, yakni warna peach orange. Hingga saat ini Panji tidak mau mengganti warna tersebut. Walau pun Hani berulang kali memprotes. Tetap saja Panji akan mengecat ulang tembok dengan warna peach.

 

"Baik ... kapan kita bisa bertemu lagi?" tanya Banyu serius, "nanti saya akan bawa notaris untuk mengurus semuanya."

 

"Eum ... nanti saya kabari kapan kita bisa bertemu lagi," sahut Panji sedikit kaku, "soalnya dua tiga hari ini saya ada kepentingan," kilahnya berbohong.

 

"Oh gitu? Ya sudah ... saya tunggu chat Pak Panji saja nanti."

 

"Iya, nanti akan saya chat Anda," janji Panji pelan.

 

"Kalo begitu saya permisi dulu." Banyu pamit sambil mengulurkan tangan.

 

"Terima kasih atas waktunya Pak Banyu," balas Panji menjabat tangan Banyu.

 

Usai bersalaman Banyu meninggalkan toko tersebut. Panji mengantarnya hingga ke depan. Saat Banyu melambaikan tangan, Panji membalasnya dengan sedikit senyum basa-basi.

 

Panji menghempaskan tubuhnya pada kursi yang mulai berdebu itu. Dia memegangi dadanya yang terasa sesak. Jujur, jika sosok Layla yang dimaksud Banyu adalah mantan istrinya, maka Panji akan merasa malu.

 

Bagaimana tidak? Banyu adalah seorang pemilik gerai ayam goreng yang terkenal. Lelaki itu mungkin sedikit muda, tetapi pencapaiannya jauh melebihi usaha Panji.

 

Apalagi Panji pernah merendahkan Layla. Dulu saat awal baru bercerai, dia sering meledek ibu dari anak-anaknya itu. Lelaki itu terkenang kejadian saat mereka tidak sengaja bertemu di pesta pernikahan teman. 

 

"Cari suami itu gak mudah, La," ejek Panji sengaja mendekati Layla. Kebetulan wanita itu sedang sendiri sembari menikmati hidangan. "Apalagi kalau sudah punya anak. Dua lagi," ujar Panji sedikit tergelak.

 

"Jodoh itu Allah yang tentukan, Mas," sahut Layla tenang tidak terprovokasi, "gak akan tertukar dan akan di waktu yang tepat," imbuhnya sambil menggigit muffin cokelat.

 

"Buktinya dua tahun menikah, kamu gak laku-laku." Panji membalas enteng. Dia benar-benar merendahkan. Tiba-tiba pria itu mendekat. "Punyamu bisa karatan kalo lama gak dipakai," bisik Panji sarkas.

 

Wajah Layla tampak merah padam karenanya. Dan Panji senang melihat sang mantan marah seperti itu. Sayangnya wanita itu tetap tidak mau mengeluarkan kata kasar.

 

"Kamu pikir aku barang expired?" Mata Layla menatap mantan suaminya dengan lekat, "kamu salah! Saya ini limited edition, jadi gak sembarang orang bisa menaklukkan aku."

 

"Hah ... sombong!" Panji langsung mengecam, "itulah kenapa aku lebih pilih Hani daripada kamu. Kamu besar kepala mentang-mentang bisa cari duit sendiri," cerca Panji kian berapi-api. Dia seolah lupa tengah tengah berada di mana.

 

Tidak mau meladeni omongan Panji, Layla memilih bangkit dari duduknya.

 

"Mau ke mana kamu?" Tangan Panji meraih lengan kecil Layla.

 

"Tolong lepas, Mas! Malu kalo jadi bahan tontonan orang," tegas Layla dengan suara tertahan.

 

"Lebih malu mana kemana-mana gak punya pasangan?" ejek Panji dengan seringai sinis.

 

Layla menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tetap bersikap tenang. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Hani yang tengah memperhatikan dia dan Panji.

 

Hani tidak mendekat. Wanita itu masih belum berhadapan langsung dengan Layla. Hanya saja mata Hani terus mengawasi gerak-gerik Panji dan Layla.

 

"Udahlah balikan sama aku, nanti biar Hani aku belikan rumah baru yang lebih kecilan dari rumah kita," bujuk Panji dengan nada serius. 

 

"Aku gak sudi!" tegas Layla datar.

 

Wanita itu berlalu tanpa senyum. Pergi meninggalkan Panji yang masih melongo mendapat balasan telak dari Layla.

 

*

 

Panji menarik napas dengan gusar. Pria itu mengerang keras mengingat kejadian tersebut. Tidak bisa Panji bayangkan betapa malunya jika dia bertemu Layla tengah digandeng Banyu.

 

"Arghhh!"

 

Lelaki itu menyugar rambutnya dengan kasar.

 

"Kenapa harus Layla sih?" Panji mendengkus resah.

 

Cukup lama Panji termenung di tempat tersebut. Setelah dirasa jenuh, lelaki itu keluar toko. Usai mengunci pintu kaca toko, Panji menuju mobil.

 

Pria itu melajukan mobilnya menuju toko onderdilnya yang bersebelahan dengan bengkel. Sampai sana baik toko maupun bengkel terlihat sepi. Bahkan para montirnya asyik main gadget saking tidak adanya pekerjaan.

 

Panji tidak terkejut melihat anak buahnya leha-leha. Memang kenyataannya tengah sepi pelanggan. Saat ini otak Panji terus tertuju pada Layla dan Banyu.

 

"Aku perlu menyelidiki dulu kebenarannya." Mendadak otak Panji bertekad. "Semoga saja hanya kebetulan nama, warna, dan hobi yang sama," harapnya serius.

 

Hingga akhirnya Panji punya ide. Lelaki itu melihat jam. Sudah pukul tiga sore. Saatnya Kenzi dan Atha pulang sekolah. Sekolah kedua anaknya memang menerapkan sistem full day. Sehingga pulangnya sampai sore.

 

Panji bangkit dari kursi sandaran tingginya. Sebelum pergi, dia memerintahkan kepada karyawannya untuk menutup bengkel dan toko lebih awal saja. 

 

Setelah mendapatkan anggukan dari pegawainya, Panji masuk mobil. Dia segera menuju sekolah Kenzi. Saat tiba di tujuan ternyata Kenzi sedang mengobrol dengan teman-temannya di halte. Tidak tampak Atha di antara mereka.

 

"Kenziii!" teriak Panji dari dalam mobil.

 

Kenzi sontak menoleh. Anak itu melihat ayahnya melambai. Dirinya gegas berpamitan pada teman-temannya. Lantas berjalan cepat masuk ke mobil.

 

"Atha mana?" Panji menanyakan anak sambungnya begitu Kenzi menutup pintu.

 

Kenzi tidak langsung menjawab. Matanya bergerak-gerak mencari keberadaan seseorang. 

 

"Itu!" Kenzi menunjuk sepasang anak SMA yang tengah berjalan beriringan. Kedua tangan anak itu saling bertautan satu sama lain. 

 

Panji melajukan mobilnya dengan pelan. Dia membunyikan klakson. Sontak kedua remaja itu berpaling.

 

"Pulang, Tha!" suruh Panji tegas.

 

Anak Hani menyengir tipis. "Sory, Om, aku mau kerja kelompok dulu," tolaknya beralasan.

 

"Ya sudah, nanti langsung pulang, ya!" 

 

"Ya, Om." Atha mengangguk patuh.

 

Panji mempercepat laju mobilnya. Ayah dan anak itu saling berdiam diri. Baik Kenzi maupun Azriel memang tidak begitu dekat ayahnya. 

 

"Lho ... ini mau kemana, Yah?" tegur Kenzi begitu sadar jalan yang dilewati berbeda.

 

"Ke rumah bundamu," sahut Panji dengan pandangan fokus ke depan.

 

Kenzi terpana. "Beneran, Yah?"

 

Panji melirik anaknya sekilas. "Tadi pagi kamu bilang mau ke rumah bundamu kan?"

 

Kenzi bergeming. Namun,hatinya amat berbunga bisa diizinkan pergi ke rumah bundanya. Pasalnya sudah hampir tiga bulan mereka tidak bertemu. Tentu saja Panji yang melarangnya. 

 

Empat puluh menit berkendara, mobil Panji memasuki sebuah perumahan yang cukup asri. Jarak rumah Layla tinggal beberapa meter lagi. Dari kejauhan mata Panji menangkap sebuah mobil sedan yang tidak asing di mata.

 

Ya ... itu mobilnya Banyu. Sedan mewah itu berhenti tepat di depan rumah Layla. Ketika pintu mobil itu terbuka turunlah sang mantan istri yang makin hari makin glowing.

 

Dari mobilnya Panji melihat jika Layla tengah berbicara dengan pemilik mobil. Walau pun tidak turun, tetapi Panji yakin jika pria yang diajak ngobrol oleh Layla adalah Banyu. 

 

Menit berikutnya, sedan hitam itu berlalu pergi. Dan Layla gegas membuka pagar pintu rumahnya.

 

"Lho ... Yah, kok kita putar balik?" tegur Kenzi heran saat ayahnya memutar haluan. "Katanya mau anter aku ke rumah Bunda?"

 

"Gak jadi," sahut Panji dingin.

 

"Gimana sih Ayah--"

 

"Diaaam!" Gertakan Panji yang spontan, serta tatapannya yang tajam membuat Kenzi terbungkam.

 

Panji menambah kecepatan mobil. Pikiran dan hatinya kembali panas. Dia bertekad tidak membiarkan Layla didekati oleh Banyu.

 

Sampai rumah pikiran Panji kian kalut. Dia menjadi uring-uringan. Selera makannya hilang.

 

"Kenapa sih, Mas? Perasaan dari pulang mukanya kecut banget," tegur Hani pada sang suami.

 

Panji bergeming. Dia tidak merespon ucapan sang istri.

 

"Ada apa, Mas?" Hani mencoba mendesak, "apa klien yang membeli toko kita menawar murah?"

 

"Gak." Panji menggeleng lemah.

 

"Terus?"

 

"Aku akan membatalkan transaksi ini," balas Panji datar.

 

Hani terkesima mendengarnya. "Memang kenapa dibatalkan?" cecarnya gemas. 

 

Next

Jangan lupa subscribe ya untuk update part terbaru 🙏

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si layla dungu juga kayaknya. selama mengelola toko apa g ada keuntungan yg disimpannya. apa g ada pembagian harta gono gini. dan kenapa anak2 dibawah asuhan suami padahal dua kan selingkuh. jd si layla itu wanita gagal yg cuma tau cara mencari uang tapi g bisa memiliki. semoga aja tolol terus.
goodnovel comment avatar
andayani_59
...️ keren banget ya
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
ga tau malu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   3. Rencana Panji

    "Memang kenapa dibatalkan?" cecar Hani gemas.Panji yang malas menjawab memilih melengos.Hani kian gemas dibuatnya. Wanita yang malam ini mengenakan gaun tidur berwarna hitam itu terpaksa memutar arah agar bisa menghadap suaminya."Jawab, Mas!" tuntut Hani geregetan."Layla." Panji berujar lirih."Layla?" Mata Hani langsung memincing, "dia yang mau membeli toko kita? Bukannya kemarin kamu bilang kalo yang mau beli itu seorang pria?" cecarnya sangat penasaran.Panji mengangguk pelan. "Iya, temannya Layla.""Hanya teman?" Bibir Hani mulai mencebik sinis.Kali ini Panji menggeleng. "Teman dekat."Wajah Hani tampak terkejut. Ada perasaan tidak suka menyelinap ke hati."Memang kenapa kalo

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   4. Tanggapan Banyu

    "Jadi saya ini adalah teman dekatnya mantan suami Layla." Panji memulai kisah bohongnya. "Kebetulan kami punya kemiripan nama. Sama-sama bernama Panji." Panji menjeda omongannya. Lelaki itu mengulum senyum.Banyu yang sedikit penasaran diam mendengarkan. Dua tahun mengenal Layla, wanita itu sangat tertutup. Tidak banyak yang tahu tentang masa lalu Layla. Terutama tentang keluarganya."Teman saya yang bernama Panji itu sering bercerita, jika Layla istrinya adalah tipe wanita yang sangat sulit diatur dan terlalu keras kepala," terang Panji mulai melakukan fitnah."Oh ya?" sahut Banyu sedikit tidak percaya, "tapi selama kami berteman, menurut saya sikap Layla lumayan baik. Orangnya juga santun. Pembawaannya cukup tenang. Rasanya adem saja kalo ngobrol sama dia," puji Banyu kekaguman.Hati Panji berdenyut keras mendengar Banyu begitu memuja sang mantan.

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   5. Cerita Seli

    "Kamu serius, Mbak?" tanya Banyu masih tidak percaya."Kalo nama dan alamat rumah matan suaminya Layla ya memang ini," balas Seli merasa yakin, "Layla Bakery's ada di daerah Ahmad Yani kan?" tebaknya kemudian."Ho-oh." Banyu mengangguk mengiyakan."Tokonya ngadep ke utara terus deket sekolah TK gitu kan?""Bener banget.""Ya udah ... ini sih toko bekas punya Layla sendiri." Seli mengembalikan dompetnya kembali pada si empunya."Kok bisa ya? Panji ini kayak belum move on gitu dari Layla kalo menurut aku," ujar Banyu sedikit heran. Tangannya menaruh dompet. Kali ini ia masukkan ke saku kemeja. "Padahal katanya mereka udah cerai selama enam tahun," sambungnya mulai fokus menyetir kembali."Aku sendiri juga gak tahu." Seli menghembus napas, "pokoknya kalo ingat perjuangan Layla lepas d

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   6. Perjuangan Layla

    "Poligami?" Banyu menyela cerita Seli saking terkejutnya.Seli mengangguk. "Iya, jadi si Panji menawarkan pilihan itu ke Layla, tapi sama Layla ditolak mentah-mentah," terangnya tenang, "dulu itu sebenarnya Panji gak mau nyeraiin Layla lho.""Oh ya? Kok bisa?" kejar Banyu kian penasaran."Namanya orang serakah." Seli menjeda penuturannya untuk mengambil napas, "jadi mentang-mentang lagi banyak duit ketemu janda langsung ngiler."Banyu tersenyum tipis mendengar seloroh kakak iparnya. "Mbak kita mampir di depan yuk! Aku agak laper nih," ajaknya sembari menunjuk gerai bakmi."Ayolah!" Seli setuju.Mobil Banyu pun berhenti di depan gerai bakmi. Keduanya masuk ke tempat tersebut. Kebetulan suasana sedang tidak begitu sepi. Mereka sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela.Banyu lant

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   7. Pertikaian

    Mendapatkan ancaman serius dari sang majikan, Pak Jono tidak bisa berkutik. Kendati hati iba melihat majikan perempuannya. Namun, kebutuhan akan anak-anaknya membuat Pak Jono terpaksa menutup mata dan telinga."Masuk kamu, Pak!" titah Panji dingin."Ya, Pak." Pak Jono mengangguk patuh. Dengan perasaan tidak enak, lelaki itu berlalu meninggalkan kedua majikannya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Panji sambil berkacak pinggang."Aku mau lihat keadaan Ziel." Layla membalas dengan tenang, "aku dengar dia lagi sakit.""Kata siapa?" cecar Panji sambil menajamkan penglihatan.Sayang Layla tidak gentar karenanya. Wanita itu justru balas menatap pria yang masih sah sebagai suaminya dengan tenang. Sementara di belakang, Seli bersiap memberikan dukungan."Bik Ijah dan Ita yang bilang."

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   8. Rencana Seli

    Satpam itu terus menggeret Layla hingga keluar pintu gerbang."Sudah, Pak, sudah!" Seli memperingatkan."Ibu Layla kalo masih ngotot minta masuk, saya gak segan bawa Ibu ke kantor. Biar nanti diproses oleh polisi." Satpam tambun itu mengancam."La, udah ... sebaiknya kita pulang aja dulu, yuk!" Seli kembali mengajak, "kita cari solusinya di rumah dengan kepala dingin, okey?" bujuknya halus.Layla yang masih tersedu hanya bisa mengangguk pasrah.Seli lekas membimbing Layla pergi. Wanita itu membukakan pintu mobil untuk Layla. Setelah Layla masuk, Seli menutupnya.Kaki Seli menderap cepat memutari mobil. Wanita itu masuk dan duduk di belakang setir. Setelah memakai safety belt, dia menjalankan mobilnya.Sementara itu di teras, Panji memandang kepergian mobil Seli. Matanya terus mengawasi hingga kendaraan tersebut mulai tidak terlihat lagi. Pria itu menarik n

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   9. Orang Suruhan Panji

    Seli sengaja membawa Layla dan anak-anaknya berlibur ke Puncak. Kebetulan dia punya sebuah villa mungil di sana. Tentu saja usul Seli ini disambut gembira oleh Layla dan anak-anaknya. Tidak terkecuali Chelsea sendiri."Iya nih, lama kita gak berlibur," ujar Chelsea kecil bergelanjut manja pada lengan Seli, "mama sibuk kerja terus." Bibir itu mulai merajuk.Saat itu usaha event organizer-nya belum dibangun. Namun, wanita itu aktif bekerja sebagai MC di setiap acara. Baik acara nikahan, ulang tahun, atau pun acara kantor. Publik speaking-nya yang bagus membuatnya banyak mendapat tawaran.Sementara Bumi, suami Seli adalah pengusaha gerai ayam goreng yang sekarang dikelola Banyu. Seperti kebanyakan rumah tangga yang lain, hubungan Seli dan Bumi juga mengalami pasang-surut. Hanya saja Bumi tidak segila Panji.Bumi memang berasal dari keluarga yang cukup berada. Maka

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   10. Akhir Cerita Seli

    Mata Bumi mengitari sekeliling. Tiba-tiba dia menangkap bayangan seseorang berpakaian hoodie hitam. Mukanya tersamarkan karena tertutup masker. Sementara di lehernya tergantung kamera."Woi ... siapa lo!" teriak Bumi geram.Dia segera mengejar lelaki pemegang kamera itu. Feeling-nya mengatakan jika orang itu sudah mengawasinya dari kemarin. Sayang lari Bumi kalah cepat. Dirinya kehilangan jejak pria misterius itu.Dengan perasaan sedikit kecewa, Bumi kembali menemui keluarganya. Orang tua si penunggang kecil itu tampak berkali-kali meminta maaf pada Layla dan Azriel. Keduanya berlalu setelah dimaklumi oleh Layla."Mas Bumi ngejar siapa?" tanya Layla begitu Bumi menghampiri."Kayaknya ada yang nguntit kita," balas Bumi dengan napas yang sedikit tersengal."Oh ya?" Mata Layla sedikit terbeliak.

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   82. Detik-detik Melahirkan

    Besok pagi adalah pesta ulang tahun Azriel yang kesebelas. Tumben-tumbennya bocah yang sudah mulai beranjak gede itu minta pada ayahnya untuk diadakan pesta. Padahal selama ini Azriel tidak pernah mau jika hari lahirnya dirayakan. Walaupun berkali-kali dulu sudah dibujuk oleh Layla, Panji ataupun Banyu.Bukannya Layla tidak mau menuruti keinginan Azriel. Namun, kondisi tubuh wanita itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengurus persiapan pesta. Hari perkiraan lahir tinggal seminggu lagi. Badannya juga terasa amat berat. Malah sedari pagi sebenarnya dia sudah merasakan mulas-mulas ringan.Kehamilan kali ini membuat berat badan Layla naik lumayan drastis. Jika sebelum hamil bobot tubuhnya paling berat hanya lima puluh kilogram. Sekarang sudah mencapai enam puluh delapan. Hampir dua puluh kilogram penambahannya.Anehnya banyak yang bilang jika hanya bagian perut dan pipi saja yang mengalami peningkatan. Lainnya tetap terlihat normal. Dan yang membuat

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   81. Nama Mantan

    Tiga hari kemudianLayla tengah mematutkan diri di cermin. Siang itu dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandunganku sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Layla sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Banyu selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Layla baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Perempuan itu menoleh. Seraut wajah kusut datang. Banyu suami tercinta melangkah masuk dengan gontai.Pria itu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah Banyu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau aku harus menghampiri sang suami."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Layla lembut. Perlahan dia memegang pundak suami tercinta. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegurnya perhatian.Banyu membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Bu

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   80. Ayang Mbep

    Layla dan Banyu tengah jalan pagi mengitari komplek. Aktivitas menyehatkan itu sudah Layla jalani dari awal hamil. Syukurnya Banyu selalu setia menemani.Padahal Layla tidak pernah mengajak sang suami. Namun, Banyu punya kesadaran untuk melakukan olahraga tersebut. Karena kata Banyu, jalan pagi itu selain mudah, murah, juga kaya manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.Banyu sendiri berusaha menjadi suami yang siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia menyempatkan diri untuk menemani sang istri jalan pagi. Selain itu dirinya juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Layla merasa cukup berolahraga. Peluh sudah mulai membanjiri badan. Belum lagi cacing di dalam perut sana meminta jatah makan pagi. Akhirnya wanita itu pun mengajak sang suami untuk

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   79. Buah Kesabaran

    "Hani hamil anakku?” gumam Panji tidak percaya. Pria itu tertawa sumbang, “kami bahkan sudah berpisah hampir dua bulan, Pak. Dan sebelum itu, aku dan Hani juga sudah pisah ranjang,” papar Panji menerangkan keraguan hatinya. “Terus kalo bukan anak kamu, itu anaknya sapa?” sergah Bapaknya Hani mulai meradang, “Hani memang bukan wanita yang alim, tapi saya bisa menjamin kalo dia gak akan mungkin murahan menjajakan diri,” semburnya cukup lantang. “Ayah!” Dari dalam menghambur Zea yang diikuti oleh Bik Ijah dan Tantri. Kakak Panji itu sengaja mampir begitu pulang dari kantor. Perempuan itu ingin mendengar jalannya sidang perdana perceraian sang adik. “Pak Hadi?” sapa Tantri begitu sadar akan kehadiran mertua adiknya, “dari Bogor langsung ke sini kah?” “Gak,” sahut

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   78. Kehamilan Hani

    “Dia bukan istri saya,” tampik Bapak Beni begitu dokter menyangka Hani adalah istrinya.“Oh bukan? Lantas adiknya?” Dokter bertanya seraya membetulkan letak kaca matanya.“Bukan adik saya juga.” Pak Beni kembali menggeleng.Dokter seumuran Pak Beni itu tersenyum. “Oke ... entah itu teman, saudara atau pun tetangga, saya cuma mau menjelaskan kalo ibu ini lagi hamil. Dan sekarang sudah menginjak minggu ke delapan.”Bapak Beni hanya mengangguk.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   77. Ibu Lia Kena Batu

    Ibu Lia menyeringai puas. Hatinya cukup merasa bahagia melihat Hani beranjak pergi dengan menarik dua kopernya. Wanita itu lantas memotret Hani dari belakang.Walau pun tidak terlihat jelas wajah Hani, tetapi Ibu Hani tetap akan menyebarkan foto Hani yang mengenaskan tersebut. Jika dituruti hawa nafsunya, wanita itu ingin sekali melihat Hani menangis berdarah-darah di hadapannya.Perempuan itu lantas mengeluarkan satu gepok uang pada amplop cokelat. Ibu Lia mengangsurkan amplop tersebut pada seorang kepala preman. Dia sengaja menyewa preman guna mengusir Hani.Ibu Lia pikir Hani masih sama seperti yang dulu. Pintar beradu mulut dan keras kepala. Makanya dirinya mengantisipasi dengan membawa preman.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   76. Diusir Lagi

    "Diperintahkan?” Dahi Hani berkerut indah.“Apakah Mas Panji yang menyuruh?”otak Haniberpikir gusar, “tidak mungkin!”Hani menggeleng keras sendiri, “jika dia mau menggunakan ruko ini untukmembuka usaha, harusnya dari kemarin-kemarin cek keadaan ruko ini.”Hani lantas menatap para preman bertubuh besar dihadapannya. “Memangnya siapa yang memerintahkan kalian untuk mengosongkan rukoini?” tanya dia cukup penasaran.“Aku yang menyuruh mereka, Hani.”Hani menoleh. Saking kagetnya melihat kedua kopernyadikeluarkan oleh orang yang tidak dikenal, dia sampai tidakngehjikaada mobil yang berhenti tidak jauh dari pelataran ruko itu.Hani mengenal mobil me

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Sidang Perdana

    Hani baru saja keluar dari kamar mandi. Hari ini adalah jadwal sidang perceraiannya. Dia akan datang untuk mempertahankan rumah tangganya.Sebenarnya Hani enggan keluar dari kediamannya. Karena sejak tadi pagi dia mual-mual. Padahal dirinya sudah meminum obat masuk angin dan juga asam lambung. Tetap saja perempuan itu diserang enek.Hani membuka koper. Dia mengambil kotak make up yang kini tinggal bedak dan lipstik. Bagaimana pun juga wanita itu ingin tetap terlihat menarik di hadapan Panji.Usai memoles wajah, Hani meraih salah satu koleksi busana terbaik yang dipunyai. Sebuah dress lengan panjang Korea. Koleksi baju panjang perempuan itu tidaklah banyak. Dulu dia begitu menyukai baju-baju mini dan sed

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Ibu Lia Menemui Panji

    Sopir Ibu Lia mengangguk patuh. Pria paruh baya itu mulai melajukan mobilnya.“Pelan-pelan saja, Pak! Jangan sampai wanita itu tahu kalo kita lagi ngikutin,” suruh Ibu Lia dengan fokus tetap tertuju pada Hani.“Baik.” Pak sopir kembali mengiyakan.Sementara di luar sana, Hani terus melangkah. Pikirannya kosong. Sungguh pemutusan hubungan kerja ini membuatnya bingung.Hani bukanfreshgraduateyang gampang mencari pekerjaan. Dia hanya seorang ibu-ibu yang tidak punya keterampilan khusus. Apalagi berkas-berkas ijazah tertinggal di rumah ibunya.

DMCA.com Protection Status