Share

Part 17

Bayi yang Kubawa dari Kota

Pagi itu, Mama mengajak kami untuk sarapan bersama di rumah utama. Entah mengapa, semenjak aku dan Safira memasuki rumah itu, auranya terasa berbeda. Seakan ada ketegangan yang terjadi di antara penghuni rumah itu.

Semuanya tampak diam di kursinya masing-masing. Hanya Mama yang tersenyum menyambut kedatanganku bersama Safira.

"Sini Sayang, kita makan sama-sama." ujar Mama, meminta kami duduk di sebelahnya.

Mama memang orang yang luar biasa, meskipun berlimpah harta, namun tetap baik pada sesama. Terbukti Pak Jono dan Mak Ijah juga ikut makan dalam satu meja dengan kami.

Safitri tampak duduk tenang di sebelah Mas Yusuf. Ketika Mas Yusuf hendak menyendok nasi, spontan Safitri berdiri hendak mengambilkannya. Namun usahanya mendapat penolakan, sehingga membuat wajahnya memerah menahan malu.

Aku yang melihat itu hanya diam menahan tawa, 'rasain kamu!' Pura-pura baik di depan mereka, tapi ujung-ujungnya malu sendiri.

Rupanya Safitri menyadari kalau aku terus
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status