Kelahiran baby Sean benar-benar menjadi sebuah kabar yang membahagiakan bagi semua orang, tak terkecuali Pak Asman yang langsung datang saat sang menantu memberi tahu bahwa putranya sudah lahir.
Pak Asman dan Nova sampai berebut menggendong bayi mungil itu saking gemasnya. Belum lagi Richie yang juga ingin menimang keponakannya, tapi sama sekali tidak diberi kesempatan oleh sang mama.
"Pak Asman anda curang memberikan nama ke cucu kita tapi tidak mengajakku berunding, aku iri," ucap Nova ke besannya.
"Kenapa Bu Nova iri? bahkan Sean memakai nama keluarga anda 'Tyaga'. Menurut saya ini sudah adil. Anda malah yang tidak adil, menggendongnya terus sejak tadi," keluh Pak Asman
"Pinjam!" pinta Richie sambil mengulurkan tangannya, ia memecah perdebatan nenek-nenek dan kakek-kakek itu.
"Pinjam! Pinjam! Kamu pikir dia boneka?" amuk Nova, Ia sampai memunggungi Rich
Menjadi orang tua baru, sungguh mengubah dunia Daniel dan Ghea. Tingkah lucu baby Sean selalu bisa meredakan rasa lelah yang mendera Daniel. Hot papa itu selalu bergegas pergi ke kamar mandi setelah menginjakkan kaki di dalam kamar, membersihkan diri sebelum menemui putra kesayangannya yang kini berumur empat bulan.“Papa!”Ghea menggerakkan tangan mungil baby Sean yang berada di gendongannya. Daniel yang masih memegang handuk untuk mengeringkan rambut pun dibuat tersenyum dan langsung meletakkannya di atas ranjang. Tangan kekarnya meraih Sean dari gendongan Ghea, mengangkat bayi mungil itu ke udara tinggi-tinggi, membuat dada Ghea hampir saja melompat keluar.“Daniel!” keluhnya dan malah dibalas dengan sebuah gelak tawa dari suami dan sang putra. “Kalian benar-benar kompak, ya. Bikin aku senam jantung.” Muka Ghea cemberut sampai sebuah kecupan Daniel daratkan ke pi
“Niel, apa kamu bisa sedikit memahami perasaanku?”Ghea menurunkan nada bicaranya karena sadar jika suranya semakin meninggi, emosi Daniel akan lebih meluap-luap lagi.“Pergilah mandi agar pikiranmu tenang!”Ghea berjalan lunglai menuju kamar baby Sean, mencoba menahan air matanya yang sudah hampir menetes karena baru kali ini Daniel membentaknya. Namun, bukannya pergi ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Daniel mengikuti langkahnya menuju kamar sang putra.Melihat Ghea duduk dan menangkup sisi kepalanya benar-benar membuat Daniel merasa bersalah. Pria itu pun mendekat dan berlutut di depan istrinya. Ghea yang sadar bahwa Daniel berada di depannya pun menyibakkan rambut lantas mengusap pipinya yang basah.“Maaf!” lirih Daniel sambil meraih kedua tangan Ghea yang menggeleng seolah menolak permintaan maaf pria bermata cokela
“Tidak usah, menjauh kalian! Biar aku saja!”Daniel mengusir semua orang yang ingin membantunya mengurus baby Sean. Bagi pria itu, ini adalah hal yang mudah. Ya, pasti akan lebih mudah dari pada menemukan kesepakatan dengan rekan bisnisnya yang kerap membuatnya pusing.Kini Daniel sedang duduk di sofa sambil menimang putranya, alih-alih meneteskan ASI perah yang sudah dihangatkannya ke puggung tangan, Daniel malah mengangkat dot Sean tinggi-tinggi dan meneteskan ASI Ghea ke dalam mulutnya. Sadar kalau tindakannya salah, Daniel mengusap lidahnya dengan bagian depan kausnya.“Maaf Sean, ah ... bodohnya aku,” gerutunya. “Papa tidak sadar, jadi jangan bilang ke mama, Oke! aku tidak akan menjadi anaknya Ghea kan, aku tidak menelannya.”Daniel terus bermonolog dan seolah sedang diajak papanya berbicara, Sean tersenyum bahkan menendang-nendangk
“Niel, aku bertanya siapa wanita ini? kenapa malam-malam kamu malah memandangi foto wanita seperti ini di ruang kerjamu?” Daniel mendekat, berusaha untuk tidak langsung menutup laptopnya agar Ghea tidak semakin curiga kepadanya. Sedangkan istrinya itu memilih menghindari dan hampir menepis tangannya saat Daniel berusaha untuk meraihnya. “Apa kamu kembali dengan kebiasaan lamamu? Meniduri banyak perempuan?” Ghea mengucapkan kalimat itu meskipun hatinya sedikit terasa ngilu. “Kamu salah paham, itu adalah foto anak dari rekan bisnisku.” “Untuk apa kamu memandangi foto anak rekan bisnismu malam-malam?” cecar Ghea yang kini semakin curiga ke suaminya. “Aku harus menemuinya besok, aku meminta Jim mengirimkan fotonya karena dia sama sekali tidak mau memerlihatkan wajahnya ke sembarang orang, aku hanya ingin melihat seperti apa rupanya. Ghe, aku harus mempelajari setiap rekan b
Hari pengambilan gambar untuk iklan yang akan dibintangi Ghea dan Sean pun tiba, dan Daniel benar-benar tidak berangkat bekerja untuk melihat langsung proses pengambilan gambar itu. Salah satu ruangan di sudut rumah mereka sudah disulap menjadi sebuah lokasi yang nyaman untuk Sean. Bayi mungil miliarder itu bahkan sudah menjadi artis saat belum bisa merangkak. Sean dan Ghea akan melakukan pengambilan gambar untuk produk bedak dan parfum bayi. “Pak apa anda bisa bergeser sedikit!” pinta salah satu kru yang sibuk mondar-mandir membawa peralatan ke Daniel yang berdiri seperti bodyguard istri dan putranya. Tanpa banyak bicara, Daniel pun bergeser sambil masih bersidekap dada. Mukanya terlihat datar melihat Ghea yang menimang Sean sambil dirias oleh make up artisnya. Tak berselang lama, beberapa orang yang baru datang terlihat menuju ke sana, melewati Daniel begitu saja tanpa sadar bahwa pria itu-sang tuan rumah berada di sana. “Ghe,” sapa Noah yang ternyata merupakan bintang pria dal
Daniel sangat panik saat Ghea mengirimi sebuah foto hasilscreenshotpesan yang didapat. Ia berusaha menghubungi Ghea, tapi ternyata tidak mendapat respon dari istrinya itu."Sial, siapa yang berani mengirim pesan itu kepada Ghea?" Daniel menggerutu seraya meletakkan kasar ponselnya ke meja. Pria itu melirik sekilas pada benda pipih itu sebelum mengecapkan bibirnya berulang kali.Karena merasa cemas Ghea akan marah kepadanya, Daniel pun berinisiatif pulang untuk berbicara dan meminta istrinya untuk tidak menanggapi pesan itu. Daniel langsung berdiri dari kursi kebanggaannya dan berjalan cepat keluar dari ruangan."Batalkan semua janjiku hari ini, Jim!" perintah Daniel kepada sang asisten.Jim yang sedang mengecek beberapa dokumen pun begitu terkejut karena Daniel memberi instruksi dadakan. Ia sampai berdiri dari kursi untuk menanggapi perinta
Ghea kembali ke kamar ketika mendengar Daniel menyebut nama Sean. Ia lupa jika putranya masih ada di sana. Ghea memberikan lirikan tajam pada Daniel, membuat pria itu terperanjat dan langsung mundur ketika Ghea masuk. Gadis itu langsung menggendong Sean dan mengajak bayi mungil itu pergi."Kenapa tatapannya seperti itu?" Daniel benar-benar dibuat heran dengan sikap sang istri---Tentu saja dari rumah Ghea tidak langsung pergi ke studio atau lokasi syuting, dia memilih ke tempat Jenny. Manager cantik itu heran menatap Ghea yang datang membawa Sean, terlebih mata Ghea nampak memancarkan kobaran api."Kalian bertengkar?" tanya Jenny yang tahu betul bagaimana sifat artis asuhannya."Tidak," jawab Ghea singkat.Jenny bergumam, dia tak lantas percaya dengan jawaban gadis itu, hingga menghela napas mencoba agar tetap tenang menghadapi kelakuan Ghea,
Daniel pulang dengan terburu-buru setelah Jenny mengirim pesan kalau Sean diperbolehkan pulang dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Ia ingin sekali meledakkan amarahnya, terlebih ketika mengingat jika sudah memperingatkan Ghea tapi istrinya itu malah tak acuh.Daniel memarkirkan mobilnya serampangan dan langsung masuk ke rumah karena melihat mobil Ghea sudah berada di garasi. Ia masuk dan berpapasan dengan sang mama dan Jenny."Lho, kok kamu sudah pulang?" tanya Nova yang keheranan.Jenny sudah tahu kalau Daniel pasti marah, hingga hanya memilih diam dan menunduk. Daniel sendiri tak menjawab pertanyaan Nova. Pria itu menaiki anak tangga menuju kamar sang putra.Begitu sampai di kamar Sean, Daniel melihat Ghea yang sedang mengusap lembut pipi putranya, entah kenapa amarahnya semakin membuncah tak terkendali.
"Kamu pasti belum tahu, kalau Istri Reymond masuk ke rumah sakit jiwa." Ghea yang duduk memangku Sean di dalam mobil, setelah mereka pergi jalan-jalan pun seketika menoleh, dia masih tidak menyangka kalau Nabila benar-benar mengalami gangguan kejiwaan. "Bagaimana dengan pria itu?" tanya Ghea ragu. "Reymond? aku tidak mungkin menjeratnya karena masalah memberikan obat ke minumanmu dulu, aku takut hal itu malah menjadi boomerang untuk kita." Ghea mengangguk paham, dia menunduk memerhatikan wajah Sean yang tengah terlelap. Sejatinya dia tidak bisa membayangkan jika saat itu dia benar terkena jebakan Reymond. Memalingkan wajah ke luar jendela, Ghea merasa lega hari itu dia, Daniel dan Sean bisa menghabiskan waktu bersama. Namun, dia juga mencemaskan sesuatu, tamu bulanannya yang sepertinya tak datang tepat waktu. _ _ _ Kebahagian Ghea dan Daniel seperti tak ada habisnya. Mereka masih bergelung di bawah selimut dengan tubuh polos dan Daniel memeluk erat Ghea dari belakang. Ghea
“Maaf aku harus melakukan ini, tapi aku tidak akan melepaskanmu sampai polisi datang. Meski ini hotel milikmu kamu tidak akan mungkin lolos, kamu sepertinya tidak sadar berhadapan dengan siapa,” Ucap Daniel ke Nabila yang masih meronta karena dia mengunci tangan wanita itu kuat-kuat. Ghea benar-benar menghubungi polisi, dan satu hal yang langsung dia minta saat polisi datang adalah mengamankan semua file CCTV di hotel sebelum kejadian mengerikan yang membahayakan nyawa Sean dan dirinya tadi, Hal ini Ghea lakukan bukan tanpa alasan. Nabila yang merupakan putri pemilik hotel pasti akan dengan mudah melenyapkan semua barang bukti. Untuk Reymond si brengsek yang mengakui bahwa dia lah yang memberikan obat perangsang ke Ghea, Daniel memilih untuk tidak menyampaikannya ke polisi, karena menurutnya hanya akan mengancam karir Ghea sebagai artis dan penyanyi. “Sean!” Ghea berlari mendekati seorang polisi wanita yang menggendong putranya, mengambi
BUGG Satu pukulan melayang lagi dari Daniel. Ucapan Reymond membuatnya murka, belum lagi nyawa putranya yang kini dalam bahaya. “Brengsek!” Daniel mencengkeram kerah baju Reymond dan meninju kembali muka pria itu. Dadanya bergemuruh, meskipun yang diucapkan pria itu tak sepenuhnya salah. Ya, tidak bisa dipungkiri Daniel memang bisa bertemu Ghea karena malam itu. “Apa yang kalian lakukan?” Nabila berteriak dengan kencang. Wanita yang sepertinya mengalami gangguan jiwa itu menatap nyalang Ghea, dia melotot seolah mengancam dan nekat mengarahkan ujung pisau yang tajam ke leher Sean. “Aku mohon jangan!” Ghea seketika histeris, dia berjalan mendekat membuat Nabila mundur dengan Sean yang masih ada di gendongan. Bayi itu terbangun karena kegaduhan yang terjadi di kamar itu. Melihat wanita asing jelas membuat Sean ketakutan dan menangis kencang. Daniel berdiri, dia menco
Ghea hanya tertawa dengan sangkaan Daniel, dibelainya pipi suaminya itu penuh cinta. “Dari pada memikirkan pria itu, bukankah lebih baik kita menghabiskan waktu bersama, kita ke sini untuk itu ‘kan?” Senyuman manis terbit di bibir Daniel, tangannya berangsur ke pipi Ghea. Sedetik kemudian dia menoleh ke Sean yang sudah terlelap tidur. “Di sini? atau di kamar satunya?” “Kamu tahu jawabannya Niel,” bisik Ghea dengan suara menggoda. Mereka akhirnya meninggalkan Sean dan memilih pergi ke kamar yang kemarin mereka tempati. Ghea bertindak agresif, baru saja masuk dia sudah menarik kaus Daniel hingga lolos dari tubuh kekar sang suami. Tak hanya itu Ghea melompat dan melingkarkan kedua kakinya di ke pinggang Daniel, tangannya mengalung di leher pria itu dan bibir mereka mulai beradu kembali. Hisapan dan lumatan mewarnai ciuman panas itu, kepala Ghea bahkan harus sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan
“Apa benar kamu mau ikut?” Daniel terlihat ragu, ini karena dia masih mencemaskan kondisi Ghea, sementara istrinya itu menginginkan menemaninya untuk menghadiri jamuan makan malam, yang diadakan oleh pemilik perusahaan start up yang mengundangnya. “Iya, hanya makan malam kan? jika nanti kamu butuh lebih banyak waktu untuk berbincang dengan rekan bisnismu, maka aku dan Sean akan kembali ke kamar lebih dulu,” ucap Ghea. Daniel pun akhirnya setuju, terlebih Ghea menunjukkan luka di lehernya yang sudah dia tutupi dengan plester yang warnanya menyatu dengan kulit. “Jangan khawatir!” ucapnya sambil tertawa. *** Mereka pun akhirnya menghadiri acara jamuan makan malam itu. Daniel menjelaskan ke sang istri bahwa, perusahaan start up hanya salah satu dari usaha pria yang mengundangnya dan pengusaha lain ke acara itu. “Jadi apa usahany
Pria penolong itu memukul tangan pria yang menawan Ghea hingga memekik kesakitan. Seorang ibu-ibu langsung menarik tangan Ghea agar menjauh dari perkelahian yang dilakukan ke dua pria tadi.Adu jotos pun terjadi hingga pria jahat itu terkapar tak berdaya. Mendapat kesempatan, ia mengambil pisaunya yang tergelatak di lantai dan hampir menghujamkannya ke tubuh pria si penolong.“Tidak!” teriak Ghea, dia menutup kedua mulutnya yang menganga karena terkejut dengan apa yang kini terpampang di hadapannya.Tangan pria penolong itu menggenggam erat pisau, hingga darah mengucur dari tangannya, pria jahat itu ketakutan dan melepaskan pisau dari genggamannya, beruntung pelayan kafe menghubungi polisi tadi. Saat pria jahat itu hampir kabur petugas langsung membekuknya tanpa perlawanan.Ghea meraih Sean dari gendongan wanita yang tadi membantunya, dia berlari dan berjongkok tepat di depan pria yang me
“Reymond, dia pemilik perusahaan start up yang aku sebutkan,” ucap Daniel menjelaskan ke Ghea, “Apa mungkin orang yang sama?” Ghea begitu penasaran. “Entah lah kita bisa memastikannya besok malam, karena akan diadakan jamuan makan, pagi sampai siang ada seminar. Kamu dan Sean ada rencana jalan-jalan? Atau mau tinggal di kamar saja?” Ghea berlari menuju ranjang tanpa menjawab pertanyaan Daniel karena Sean menggeliat dan hampir menangis. Ia langsung membuka baju dan menyusui putranya itu. “Aku mungkin akan di kamar saja, aku takut Sean kelelahan jika aku mengajaknya jalan-jalan,” ucap Ghea yang direspon dengan anggukan kepala dari Daniel. Malam harinya mereka menghabiskan waktu bertiga, menggoda Sean yang mulai bisa diajak bercanda. “Sean mau adik? Mau adik nggak?” tanya Daniel sambil mencium gemas perut putranya. Sean yang tak mengerti jelas hanya
Daniel juga merasa aneh, ia menggaruk kening karena ucapan Ghea memang masuk akal. Jika penggemar jelas ini menakutkan karena sampai tahu dimana idolanya menginap bahkan nomor kamarnya, lagi pula jelas Ghea di sana untuk mengikuti dirinya, bukan untuk manggung atau sejenisnya. “Kalau begitu tidak usah diterima.” Daniel menatap sang istri kemudian pelayan, tangannya mendorong kotak yang masih dipegang pelayan itu sambil berucap,” bawa kembali!” “Begini Pak, apa tidak ingin dibuka dulu? misal di dalamnya tidak ada nama pengirim Anda boleh untuk tidak menerimanya, yang jelas orang yang mengirimkan juga menginap di hotel kami.” Ghea ragu, tapi Daniel langsung meraih kotak itu dan membukanya. Sebuah kalung berlian beserta sebuah kartu ucapan berada di dalamnya. Ia cukup terkejut dengan hadiah mahal seperti itu, karena dia juga pernah membelikan Ghea sebuah kalung berlian, di
Ghea sengaja mengosongkan jadwalnya selama empat hari karena Daniel mengajaknya pergi bersama Sean. Gadis itu sangat senang bahkan memilah sendiri baju Daniel dan putranya yang akan dibawa liburan.“Niel ini kamu bawa ‘kan?”Ghea menunjukkan dasi ke Daniel yang sedang bergurau dengan putranya di atas ranjang. Pria itu hanya menjawab dengan anggukan kepala dan kembali menciumi perut Sean hingga putranya terkekeh geli.“Dasar kalian,” gerutu Ghea sambil berlalu masuk ke dalam ruang ganti lagi. Kini matanya tertuju pada deretan lingerie miliknya, dia bergumam dalam hati haruskah membawa satu atau dua? Mereka bisa membuka kamar satu lagi untuk bercinta. Daniel dan Ghea memang memutuskan untuk tidak bercinta saat berada satu kamar dengan Sean, meskipun putranya sedang tertidur.“Hayo!” suara Daniel mengagetkan Ghea. Pria itu mencium pipi sang istri yang menoleh sa