Share

BAB 3

Author: Eka Fitriani
last update Last Updated: 2022-03-06 06:30:53

BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN

03

.

Menjelang fajar aku bergegas turun untuk membuatkan sarapan, terlihat mas Zaki tengah sibuk dengan berbagai macam benda yang entah apa namanya, karena aku tidak begitu tau.

Sudah menjadi pekerjaannya setiap menjelang pagi seperti ini mempersiapkan berbagai macam pekakas seperti pisau sadap dan lain sebagainya yang berhubungan dengan perkejaanya sebagai penderes getah karet.

"Mas mau sarapan apa pagi ini?"

"Terserah kamu saja." Jawabnya tanpa menoleh.

Aku bergegas ke dapur untuk membuat menu sederhana yang biasa aku buat. Di luar rumah langit masih terlihat gelap bercampur cahaya oranye aku bisa melihat jelas sebab ada beberapa dinding yang berlubang.

Mengingat pagi sudah semakin dekat aku memilih sarapan sederhana yang mudah dan cepat. Tidak butuh waktu lama, cukup lima belas menit saja nasi goreng buatanku sudah matang.

"Mas, masakannya sudah siap." Aku memanggil mas Zaki.

"Iya, tunggu sebentar." Teriaknya dari lantai dua pondok kayu ini.

Sambil menunggu, aku memilih untuk membersihkan ruangan depan. Dahiku berkerut menatap bingung ke arah ruangan yang sedikit berantakan.

Seingatku tadi malam tempat ini masih begitu rapi, tidak seperti saat ini. Bahkan banyak terdapat lumpur kering di atas meja dan beberapa potong tubuh cacing tanah yang sudah mengering.

Aku bergidik dan merasa mual ketika melihat serpihan tubuh mahluk kecil penghuni tanah itu. "Mas!" aku berniat untuk memberitahu mas Zaki dengan penemuan pagi ini.

"Iya Sayang, tunggu sebentar!" Aku menunggu sedikit tidak sabar, hingga akhirnya laki-laki bertubuh tinggi itu datang.

"Mas, sini sebentar."

"Kenapa Dek?" Tanyanya penasaran.

"Li ...."

Brakkk ....!

Aku terperanjat ketika mendengar hantaman keras seperti batu yang di lemparkan ke dinding kayu pondok ini.

"Astaghfirullahalazim! Apa itu Mas?" Tanyaku bergetar akibat kaget.

Mas Zaki mengintip dari celah dinding, cukup lama suamiku itu berdiri memperhatikan sesuatu. Aku yang penasaran kemudian menyusulnya.

"Apa mas?" Tanyaku ingin melihat.

"Tidak ada apa-apa, hanya ranting jatuh."

"Oh, kirain apa." Wajar saja jika kayu sering jatuh menghantam pondok ini, sebab bangunannya memang berada di bawa pohon karet.

"Oh iya, tadi mau ngomong apa?" Tanya mas Zaki kepadaku.

"Sini mas, tadi aku nemuin potongan cacing yang sudah mengering di atas meja, coba lihat." Aku menunjuk meja ruang tamu yang sengaja belum di bersihkan.

"Cacing? Di mana?" Wajahnya terlihat bingung.

"I ... tu!" aku terkejut saat melihat meja yang sudah bersih seperti sebelumnya. "Eh, kok gak ada. Tadi disini, di meja ini Mas. Kemana perginya?" Tanyaku bingung.

"Hmm, kamu salah lihat mungkin Dek."

"Gak mas, aku beneran lihat potongan cacing di atas meja." Rasanya tidak mungkin aku hanya berhalusinasi di pagi hari seperti saat ini.

"Buktinya mana, gak ada kan? Sudahlah tidak usah dipikirkan, makan yuk udah lapar nih."

"Hmm ...." Aku menghela nafas berat, tidak ingin mendebatkan hal sepel seperti ini aku memilih diam.

____

Kami menikmati sarapan pagi seperti biasanya, setelah selesai aku berniat membuka pintu dapur untuk mengirup udara segar.

"Mau kemana Dek?" Tanyanya kepadaku.

"Buka pintu."

"Nanti saja biar aku yang buka." Ucapnya memberi tau.

"Memangnya kenapa mas?"

"Banyak nyamuk."

"Tapi biasanya mas Zaki buka pintu sesudah subuh kan?

"Emm. Hari ini nyamuk lagi banyak Dek." Jawabnya gugup.

Kami sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Setelah selesai merapikan ruangan yang tidak terlalu luas ini aku menghampiri mas Zaki.

Nampaknya mas Zaki sudah siap untuk berangkat. Cahaya matahari pun sudah terlihat terang benderang.

"Dek, mas noreh getahnya agak jauh di pinggir sana." Sambil menunjuk ke arah yang di tuju. "Jangan pergi jauh-jauh ya." Aku mengangguk, tanda mengerti.

Setiap hendak pergi mas Zaki selalu memberi nasehat untukku agar tidak pergih jauh-jauh dari rumah kayu yang kami tempati.

Karena aku baru beberapa bulan di tempat ini, mungkin mas Zaki takut jika pergi jauh-jauh tidak ingat jalan pulang.

______

Karena jenuh sejak tadi hanya membaca buku, aku memutuskan untuk turun kelantai bawah.

Aku teringat dengan kejadian tadi malam, rasanya begitu ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mataku memindai setiap jengkal dinding dari luar pondok ini.

Dari atas hingga bawah, mengelilingi dari sudut ke sudut. Guna mencari tau benda apa yang menggores-gore dinding kayu itu.

Tidak ada yang aneh, semua tampak sama dinding pun masih mulus tidak ada bekas atau tanda benda tajam melukainya.

Aneh sekali apa mungkin aku bermimpi, rasanya tidak. Buktinya luka memar di tubuh masih terasa sakit jika tersentuh.

Tidak ingin menyerah aku terus mencari bukti atau apa saja yang menjadi petunjuk. Entah sudah beberapa kali aku mengelilingi, panas pun sedikit terik karena berada di pertengahan hari.

Karena lelah aku memutuskan untuk masuk kedalam melalui pintu dapur, langka ini terhenti saat mataku melihat goresan di dinding dapur yang memanjang.

"Apa ini?" Aku meraba permukaan kayu dengan garis memanjang cekung kedalam.

Sekilas jika di lihat dari bentuknya seperti kuku tajam yang di tancapkan lalu ditarik kuat ke arah bawah.

"Astaghfirullah." Tepat di bawah goresan kuku itu, tampak jejak kaki yang sedikit aneh.

Sepasang telapak kaki, dengan bentuk yang tidak lazim. Pikiranku menerawang jauh, membayangkan jejak kaki apa yang saat ini ada di hadapanku.

Mungkinkah manusia atau binatang. Sebab bentuknya seperti terbalik ke belakang. Telapaknya besar namun kedua sisinya terbalik atau miring tidak sejajar.

Sejak tadi perasaanku tidak enak, seperti ada mata yang mengawasi dari jauh. Tidak ingin berlama-lama berada di sini, aku segera meraih ponsel yang berada di dalam saku gamisku, berniat ingin memfotonya, untuk di tunjukkan kepada mas Zaki.

"Tania!" Seseorang terdengar memanggil nama ku dari arah belakang.

Aku menoleh ke sumber suara. Tapi tidak ada siapapun disana, hanya terlihat hamparan pohon keladi yang bergoyang tertiup angin.

Ku palingkan wajah kembali ketempat telapak kaki itu berada. Kembali aku di kejutkan dengan jejak kaki yang menghilang sama seperti kejadian pagi tadi.

"Kemana jejak kaki tadi." Aku bergumam sendiri.

Shrek .... Shrek!

Terdengar langkah kaki seseorang tengah berjalan dari balik semak belukar yang berada di samping kanan ku.

Tubuhku membeku, hawa dingin merayap di tengkuk leher. Tanpa menoleh kebelakang dengan cepat aku berdiri dan berlari masuk kedalam melalui pintu dapur, tidak lupa aku menutup dan mengunci semua pintu.

------

Bersambung.

Related chapters

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 4

    BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN04.Sejak kejadian siang tadi, aku hanya diam mengurung diri di dalam kamar. Menahan lapar dan haus hanya karena takut jika sewaktu-waktu pemilik kuku dan telapak kaki misterius itu muncul tiba-tiba.Hari sudah mulai sore, tapi mas Zaki belum juga pulang. Di dalam ruangan yang tidak begitu luas seperti ini, lama-lama membuat bosan.Ragu-ragu aku membuka jendela kamar. Menghirup udara segar yang tertiup dari luar memberikan suasana hati sedikit tenang. Selama disini tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan hanya sekedar memasak dan bereskan pondok kecil dua lantai ini.Deru langkah kaki terdengar menginjak daun-daun kering dari arah jalan. Aku mengintip, memastikan siapa yang datang. Senyumku mengembang, ketika melihat mas Zaki sudah pulang.Aku berjalan sedikit berlari menuruni tangga, menyambutnya kedatangannya dengan.senang."Assalamualaikum." Suara mas Zaki mengucapkan salam."Wa'alaikumsalam.""Maaf ya pulangnya kesorean." Ucapnya tulus."Gak apa-apa

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 5

    BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN05.Sorot lampu motor, sekilas menyinari, seseorang yang berada di pintu rumah itu. Aku memperjelas penglihatan ini, ketika motor yang kami kendarai melintas tepat di depannya.Sosok laki-laki kurus berperawakan tinggi dan mengenakan baju serba hitam, tengah berdiri dan. "Aaaaa ....!" Aku berteriak sekencang mungkin dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan.Mas Zaki terkekeh geli mendengar teriakanku. "mangkanya, nurut kalo di kasih tau. jangan ngeyel." Ucapnya meledek."Gak lucu tau." Aku mencerbikkan bibi, merasa kesal dengan suamiku itu. "Mas, yang tadi aku lihat itu orang atau bukan?" Tanyaku lagi."Demit.""Demit?" Tanyaku kembali."Iya, apa lagi kalo bukan demit. Rumah itu sudah puluhan tahun tidak ada yang menghuni." Aku terkejut dengan penjelasan mas Zaki. Aku bergidik ketika mengingat kembali sosok yang menyerupai manusi tadi. Seorang laki-laki dengan tubuh tergantung di tengah pintu, bola mata yang terbelalak dengan lidah menjulur.Sesekali

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 6

    BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN06.Mas Zaki menarik tubuh ini menjauh dari depan pintu. Jantungku berdebar, tangan dan kaki masih sedikit gemetar."Mahluk apa itu mas?" Aku bertanya dengan terbata-bata.Belum sempat mas Zaki menjawab, terdengar suara mahluk itu melompat ke atap ini, berjalan kesana kemari di atas sana. Aku menatap mas Zaki dengan wajah takut.Suamiku itu berjalan menuju jendela, menyibakkan tirai dan mengintip keluar. "Sini dek." Menyuruhku untuk mendekat.Dengan langkah gemetar aku berjalan menuruti perintahnya. Dari balik jendela aku melihat makhluk yang begitu menyeramkan dan sangat menakutkan.Matanya begitu tajam menatap ke arah kami, tubuh hitam penuh bulu itu kembali melompat dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain.Kikikik ... Kikikik ...."Astaghfirullah. Mahluk apa itu mas.""Itu namanya ...." Mas Zaki menghentikan ucapannya. "Ah, besok saja aku beritahu." Sambungnya lagi.Hening, kami sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. "Apa yang memb

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 7

    Angin kencang di luar sana begitu riuh, suara gemuruh angin beradu dengan bunyi ranting dan daun yang berhamburan. Gelapnya malam dan dinginnya angin menggambarkan kesunyian di tempat ini.Ranting-ranting yang terhempas mengenai atap memantulkan bunyi dentuman. Malam ini terasa sangat dingin, aku menarik selimut untuk menutupi separuh tubuh.Sejak pagi tadi mas Zaki belum juga kembali, sudah di hubungi berkali-kali akan tetapi tidak aktif dan selalu diluar jangkauan.Teringat akan nomor misterius yang tadi bicara mengancam membuatku tidak nyaman, padahal seingatku di sini tidak pernah sekalipun bermasalah dengan siapapun.Ini pengalaman pertama untukku di dalam bangunan yang berada di tengah hutan dan baru kali ini aku di tinggal lama oleh mas Zaki. Bukan tidak takut, tapi ini semua karena salahku sendiri yang tidak mau ikut ketika tadi pagi di ajak pergi.Mata rasanya sudah sangat mengantuk tidak sanggup lagi menunggu kepulangan mas Zaki, lagipula suamiku selalu membawa kunci cadangan

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 8

    .Semenjak kejadian mimpi itu, aku semakin takut dan rasanya ingin segera pergi dari tempat ini. Akan tetapi mas Zaki menolak saat aku menyampaikan usulanku untuk membangun rumah di kota.Alasannya belum mendapat pekerjaan yang cocok untuk mengurus perkebunan miliknya. Tidak ada alasan untukku membangkang kepada keputusan mas Zaki.Meskipun sudah menceritakan kejadian yang aku alami, dari bau masakan hingga teror mahluk yang mengerikan, bahkan telpon misterius dan mimpi aneh yang terjadi beberapa waktu lalu.Menurutnya itu hanyalah tahayul, halusinasi semata. Meskipun sudah menunjukkan batu berukuran kecil berwarna hitam yang di berikan oleh gadis yang bernama Bainong di dalam mimpi.Seperti biasa aku berada di rumah seorang diri, karena hari ini mas Zaki pergi memanen buah kelapa sawit. Dia berangkat sejak pagi bersama kedua rekannya.Melihat halaman rumah berserakan dengan daun-daun kering aku bergegas membersihkannya. Aku menoleh saat mendengar suara motor yang mendekati pondok.Ter

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 9

    Suara tawa mahluk berbulu itu datang kembali. Aku menoleh ke arah mas Zaki yang mudah sekali tertidur baru saja dia bangun sekarang sudah mendengkur.Dengan perasaan takut aku berjalan menuju jendela kamar ini, tanpa berpikir panjang lagi aku menyibakkan gorden melihat siapa gerangan tertawa malam-malam seperti ini.Cahaya bulan menerangi gelapnya malam di luar rumah. Remang-remang masih bisa aku melihat meskipun samar. Dengan penuh kewaspadaan aku terus mencari dari kanan dan kekiri seterusnya sampai akhirnya mata ini menangkap sesuatu.Bayangan hitam tengah berdiri membelakangi ku dibawah sinar rembulan, dia berjalan terseok-seok Lalau membalikan badannya ke arahku. Mataku membulat ketika melihat sosok mahluk yang menyeramkan itu.Dia menyeringai menujukan gigi dan taringnya yang tajam, mata merahnya melihat bringas ke arahku.Aku bergidik ngeri, melihat mahluk yang kini berada di hadapanku itu. Kuku tajamnya membuat bulu kuduk meremang. Telapak tangan mendadak dingin dan berkeringat

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 10

    Pagi ini aku mulai berkemas, rencananya beberapa hari kedepan kami akan tinggal di rumah orang tua mas Zaki untuk sementara sampai waktu yang tidak ditentukan."Udah siap dek?""Udah Mas." Aku menunjukkan beberapa tas yang sudah terisi penuh oleh baju.Saat kami sibuk memasukan beberapa bawaan ke atas mobil, dari ujung jalan terlihat dua sepeda motor mendekati pondok."Onde, pengantin baru. Mau alan-alan ya?" Salah satu pemilik motor itu mebercanadai kami."Iya dong sekali-kali alan-alan, emang situ kerja terus." Jawab mas Zaki terkekeh."Terus giman sama kita Zak?" Tanya laki-laki yang biasa di panggil dengan sebutan Uda Anas itu bertanya."Ya gak tau, lah kok tanya saya.""CK, awak serius Zaki!" Ucap Uda Anas kesal."Tau ni, ngelawak terus. Kita kekurangan tenaga manen ini." Laki-laki bertubuh tambun yang bernam Malin ikut menimpali."Pak Abdul kemana?" Tanya mas Zaki penasaran."Gak tau, tadi kita udah kesana, rumahnya kosong gak ada orang." Uda Anas memberi tahu."Duh, gagal dong j

    Last Updated : 2022-03-06
  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 11

    Aku berniat memangil mas Zaki untuk makan malam, bisa saja suamiku itu ketiduran karena sejak tadi tidak kunjung turun ke lantai satu. Saat melewati ruang tamu tiba-tiba saja hawa dingin menyapa tengkuk leher.Tok ... Tok ... Tok ....Langkahku terhenti tatkala pintu rumah di ketuk dari luar, aku terdiam cukup lama karena kaget."Sebentar!" Teriak ku dari dalam.Aku memutar gagang pintu dan menariknya perlahan, di sana terlihat seorang laki-laki paruh baya tengah berdiri di depan pintu."Eh ... pak Abdul, kirain siapa?" Tanyaku sedikit kaget. "mari silahkan masuk pak." Aku mengajaknya untuk masuk kedalam rumah.Akan tetapi pak Abdul diam tidak bergerak dari tempat dia berdiri. Wajahnya terlihat Pucat, matanya tampak buram menatapku dengan pandangan kosong.Tanpa banyak bicara laki-laki itu memutar badan lalu duduk di tepi kursi panjang yang terletak di samping pintu. Pak Abdul terlihat berbeda dan sedikit lebih kurus dari sebelumnya."Di dalam saja pak, di luar dingin." Kataku memeberi

    Last Updated : 2022-03-06

Latest chapter

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 36

    Teriakan Putri membangunkan Orang Pandak yang sedang bersemedi. Mata merahnya membuka tajam. "Putri, anakku." Dia bangkit dari duduknya. Berayun dari satu pohon ke pohon yang lain. Penciumannya dia pertajam untuk mencari keberadaan anaknya itu.Hidungnya terus mengendus, mempertajam indra penciuman. Mata tajam menyala, hatinya merasakan kesedihan yang sulit untuk di gambarkan. Perasaan tidak enak membuat dirinya bertingkah kebingungan.Sesosok mahluk berbulu meringkuk di tengah hamparan kebun sawit. Tubuhnya tidak berdaya lagi untuk berdiri, hanya sanggup untuk menahan dinginnya malam. Rasa sakit di pungungnya menjalar kesemua persendian tulang-tulang.Erangannya semakin kuat, dia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk hidup. Benda yang tertancap itu seprti menghisap habis tenaga dan kekuatannya. "Ayah, tolong aku." Lirihnya.Tubuhnya meregang, tangannya melebar. Putri berteriak keras, karena menahan rasanya sekarat. Tubuhnya terus terguncang, rasa

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 35

    Para tetangga yang berada di sekitar kebun berdatangan, Parjo lalu di turunkan dari jerat tali yang menggantungnya. Tertulis sepucuk surat di atas lantai dari Parjo, dia berharap ada orang yang mau mengurus Arman.Parjo memberitahukan tabungannya yang di amanahkan kepada Datuak Panjang. Dan rencananya uang itu akan di gunakan untuk biyaya pendidikan serta kehidupan sehari-hari Arman.Para tetangga menangis pilu melihat Parjo yang sudah terbujur kaku. Di perkirakan dia meninggal pagi hari setelah pulang dari mengantar Arman sekolah.Parjo di kenal baik oleh tetangga serta teman-temannya yang lain. Orangnya yang sopan dan mudah bergaul, membuatnya banyak teman. Jika ada yang datang meminta bantuan Parjo dengan senang hati menolongnya.Para warga terheran-heran karena tidak adanya Marsria. Warga segera mengurus jenazah Parjo dan segera memandikannya. Tidak lama Datuak Panjangpun datang, setelah mendapat kabar berita kematian Parjo.Datuak me

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 34

    Parjo, lelaki bertubuh kurus, Dia baru saja datang di tanah Minang. Rencanaya dia akan bekerja di sana, untuk merubah nasib menjadi lebih baik.Parjo di ajak temannya yang lebih dulu merantau untuk bekerja di pabrik sawit. Namun Parjo yang hanya tamatatan sekolah dasar itu, tidak di terima di perusahan temannya bekerja.Namun Parjo di terima di bagian lain, iya itu menjadi tukang panen buah sawit. Akan tetapi Parjo yang saat itu belum tau menau tentang sawit. Dia menolak, walapun pihak perusahan menawarkan untuk mengajarinya terlebih dulu.Parjo yang bingung belum mendapatkan pekerjaan, sementara istri dan anaknya sudah menaruh harap kepadanya di kampung halaman. Temanya mencarikan pekerjaan yang lain untuk Parjo.Kebetulan pada saat yang sama Datuak Panjang, juga sedang mencari orang untuk menjaga kebun miliknya. Tanpa pikir panjang Parjopun menerima pekerjan dari Datuak.Melihat Parjo yang rajin, Datuak sangat menyayanginya. Parjo di be

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 33

    POV AUTHOR.*******Baru beberapa langkah Zaki dan Tania berjalan, Putri sudah menunggu dan menghadang mereka berdua. Kini wujudnya benar-benar terlihat menyeramkan. Rambut awut-awutan dengan kuku panjang dan tubuhnya yang berbulu kasar, ekor panjangnya bergerak liar kesana kemari."Jika aku tidak bisa memiliki dirimu. Maka orang lainpun tidak boleh memiliki mu Zaki." Mata Tania terbelalak mendengar ucapan Wanita itu.Putri berlari sangat cepat, tangan dengan kuku panjang itu langsung mencengkeram leher Zaki. Untung saja Zaki bisa melepaskan tangan Putri dari lehernya.Tangan Zaki mengepal, dengan cepat dan tepat dia melemparkan bodem mentah ke pipi kiri istri gaibnya itu. Terlihat wajah Putri yang meradang, taringnya beradu satu sama lain. Matanya melotot melihat ke arah Zaki."Tania, pergih lah. Cari tempat aman dan sembunyi." Zaki berteriak menyuruh Tania untuk pergih."Aku gak bisa tingalin kamu sendiri melawan wanit

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 32

    POV TANIA.*****Angin sepoi-sepoi membangunkan aku dari tidur malam ini. Aku membolak balikan tubuh karena mata tidak mau kembali terpejam."Tiik..! "Tikk..! "Tiik...! Suara jam dinding, semakin mengganggu.Aku berdiri, lalu duduk di tepi jendela. Sesekali melihat layar dari benda pipih yang berada di atas meja. Aku mulai bosan karena merenung tidak jelas dengan pikiran yang tidak karuan."Brak..!" "Brakk...!" Suara pintu yang terdorong oleh angin.Terdengar suara gaduh dari kamar belakang. Aku hanya berpikir jika itu hanyalah kucing liar, yang masuk ke dalam rumah untuk mencari sisa-sisa makanan.Suara erangan terdengar lirih, pikiranku mulai tertuju kepada Nek Imah yang tidur di kamar belakang. "Mas, bangun." Aku mencoba membangunkan Zaki yang masih terbalut selimut."Emm..!" Sambil membetulkan slimut dan kembali tidur. Aku memberanikan diri untuk melihat keadan di luar tanpa Zaki."Klek."

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 31

    POV TANIA.******Telapak tanganku masih terasa dingin, sama seperti tadi ketika aku berbaris melingkar dan mengelilingi sesuatu yang kasap mata, aku tidak tau apa yang menggenggam tanganku. Aku hanya merasakan sesuatu yang lembut dan sejuk seperti angin malam yang datang setelah hujan.Tidak lama setelah itu bunyi gemuruh terdengar, sesuatu menyembul dari bawah akar pohon yang besar. Tubuhku terombang ambing karena tanah yang kupijak bergetar. Angin kencang berputar-putar di atas gundukan yang muncul itu.Aku memejamkan mata karena takut, telingaku mendengarkan Nek Imah yang sedang berbicara. Aku tidak tau pasti dengan siapa dia berbicara, namun terdengar samar-samar Nek Imah memanggil nama seseorang.Angin mulai reda, getaran di tanahpun sudah berhenti. Aku membuka mata melihat Gua yang kala itu pernah aku lihat. Aku mengikuti Nek Imah dari belakang, mencari jasad Bu Sri yang tidak mampu aku tolong pada malam kejad

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 30

    POV ZAKI.********"Parjo...!" Apak berlari menuju tubuh Parjo yang terkapar. "Ini benar Parjo, tapi bukankah dia sudah meninggal sejak 25 tahun yang lalu?" Semua mata melihat ke arah Apak."Kau mengenalnya?" Datuak menayai Apak."Iya Bang, dia dulu kerja sama Aku. Tapi dia sudah mati bunuh diri, karena di tinggal pergih Istrinya. Tapi kini kebun itu sudah aku jual sama orang yang mengaku suruhan anak Parjo.""Ta-tapi Datuk, Dukun Parjo sudah lama tinggal dan membuka praktek sihir di kampung ini." Salah seorang warga bicara."Apa mungkin kau salah orang.?""Tidak Bang, aku masih ingat betul wajahnya. Ini benar Parjo yang mati gantung diri itu.""Benar yang di katan oleh Penghulu. Dia adalah Parjo yang kalian urus jasadnya waktu itu." Malin melangkah dengan tangan terborgol. Semua orang terlihat pucat."Bagai mana mungkin, orang m

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 29

    POV ZAKI.*******Ke esokan paginya aku mendatangi rumah Nek Imah. Lalu aku menceritakan semua kejadia kemarin malam kepada Nek Imah, tidak lupa ku berikan air yang ku bawa kepadanya.Nek Imah, merapalkan doa-doa setelah itu meniupkannya ke dalam botol yang berisi air. Asap tebal mengebul dari dalam botol, air yang tadinya jernih kini berubah menjadi merah pekat seperti darah.Botol itu terguncang sangat keras, lalu muncul gelembung seperti air yang mendidih. "Menyingkir Zak." Nek Imah, menyuruhku untuk menjauh."Drakk...!" Botol itu terbelah menjadi dua bagian."Apa yang terjadi Nek.""Itu buhul sihir yang di masukan kedalam air.""Hah. Buhul sihir?""Air itulah penyebab Tania keguguran. Jin itu masuk kerahim Tania melalui air, lalu mengoyak jabang bayi yang ada di dalamnya.""Apa! Jadi selama ini, aku di tipu

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 28

    POV ZAKI.*****Aku yakin sekali jika semua kejadian yang menimpa Tania, ada kaitannya dengan Putri. Sebab, sebelum kejadian itu. Aku melihat Putri sibuk dengan tempat sampah yang berada di dapur. Saat ku tanyai dia hanya bilang akan membuang sampah.Aku melarangnya karena pada saat itu sudah tengah malam, dan juga ada bekas Tania yang sedang datang bulan. "Besok saja, biar Tania yang membuang. Biyasanya sampah-sapah itu di bakarnya.""Tidak apa-apa Bang. Biar aku saja." Aku yang percaya, membiarkan dia begitu saja."Zaki kau benar-benar bodoh. Bodoh..!" Aku memarahi diri sendiri. Berkali-kali aku memukuli kepala. Siapa tau dengan begitu, aku bisa sedikit pintar.******Aku berjalan menghampiri Putri yang sudah lama menunggu di ruang tamu. "Abang...!" Wanita itu memeluk erat pingangku dari belakang."Abang pasti sudah lapar kan?" Dengan manja dia membelai dadaku.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status