Share

BAB 2

Author: Favreaa
last update Last Updated: 2025-01-01 19:07:40

Dengan penuh semangat dan senyum yang selalu merekah di bibir, Yaya masuk ke kafe yang telah dijanjikan Rian, untuk mereka bertemu. Dari jauh dia sudah melihat kehadiran kekasihnya itu.

Yaya mempercepat langkahnya. Dia sudah tak sabar ingin bertemu dengan pria itu. Sampai dihadapan Rian, dia langsung duduk di samping sang kekasih.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Rian, begitu Yaya sudah duduk dengan sempurna di kursi.

"Aku baru sampai, bukannya tanya kabar, atau tanya yang lain. Kenapa langsung tanya pesananku. Seperti tergesa-gesa saja," jawab Yaya.

Rian tersenyum simpul mendengar jawaban gadis itu. Dia mengusap kepalanya dengan lembut.

"Aku takut kamu sudah lapar. Makanya mau pesan makanan langsung," jawab Rian dengan lembut.

Yaya tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Pria itu selalu memberikan perhatian khusus untuknya. Dia juga selalu bertutur kata lembut, tak pernah sekalipun Rian membentaknya atau bersuara keras.

"Kalau begitu, aku pesan makanan dulu," balas Yaya.

Yaya lalu memanggil pelayan kafe, dan memesan makanan kesukaannya.

"Mas, sudah pesan makanan?" tanya Yaya.

Rian menjawab dengan menganggukan kepalanya. Dia lalu menarik napas dalam, dan membuangnya. Itu dilakukan berulang kali. Dalam diam Yaya melirik, heran melihat kekasihnya yang tampak sangat gugup.

"Mas, apa ada masalah?" tanya Yaya. Dia menatap sang kekasih dengan tatapan yang penuh cinta.

"Kita bicarakan setelah makan aja."

Rian melihat pelayan membawa pesanan makanan mereka sehingga menunda obrolan. Yaya melihat sikap pria itu agak berbeda, tapi dia tak mau mendesak agar bicara. Lebih baik tunggu setelah makan seperti yang Rian katakan.

Mereka makan dalam diam. Tak ada yang bersuara. Yaya yang memang lapar, menyantap makanan hingga habis tak tersisa, berbeda dengan Rian, pria itu tak menghabiskan makanannya.

Setelah selesai makan, Yaya yang melihat Rian masih belum menyentuh makanannya, akhirnya bertanya juga.

"Mas, sebenarnya ada masalah apa? Kenapa kamu seperti banyak pikiran?" tanya Yaya akhirnya.

Rian meletakan sendok makan ke piring. Dia merubah posisi duduknya menghadap ke kekasihnya. Meraih tangan Yaya dan menggenggamnya.

"Sayang, sebelumnya aku minta maaf jika apa yang akan aku katakan ini akan membuat kamu marah, terluka dan kecewa. Tapi satu yang perlu kamu ingat, jika aku masih tetap mencintaimu hingga saat ini," ucap Rian.

Yaya terkejut mendengar ucapan Rian. Dia makin penasaran dengan apa yang terjadi.

"Mas, jangan buat aku cemas begini. Sebenarnya apa yang terjadi? Dari kemarin kamu selalu meminta maaf," balas Yaya.

Rian menarik napas dalam, lalu membuangnya secara perlahan. Dia melakukan itu berulang kali. Sehingga Yaya yang melihat jadi makin kuatir dan tak sabar ingin mendengar apa yang terjadi.

"Mas, jangan diam saja. Katakan apa yang sebenernya terjadi? Apa yang ingin kamu sampaikan? Bukan berita buruk'kan?" tanya Yaya lagi.

"Sayang, maafkan aku ...."

"Jangan meminta maaf terus, Mas. Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan!" seru Yaya mulai tak sabar.

Rian menatap wajah Yaya dengan intens. Ada rasa bersalah yang besar melihat tatapan sendu gadis itu. Belum mengatakan hal sebenarnya saja, dia sudah sangat kuatir dan takut. Apa lagi jika mendengar apa yang akan Rian sampaikan.

"Yaya, aku tak bisa menikah denganmu. Aku ingin membatalkan pernikahan kita" ucap Rian dengan pelan.

Suara Rian yang pelan, tapi sanggup membuat Yaya terkejut dan syok. Dia langsung melepaskan genggaman tangan mereka. Tersenyum miris.

"Aku tak suka candaan kamu, Mas!" ujar Yaya.

"Aku tidak sedang becanda, Yaya. Aku ingin membatalkan pernikahan kita," balas Rian.

Ucapan Rian kali ini membuat Yaya benar-benar terkejut. Dunianya seperti mau runtuh dan hancur. Pernikahan yang telah mereka rencanakan akan batal. Persiapan yang sudah hampir selesai harus dihentikan.

"Kanapa harus dibatalkan, Mas? Katakan padaku alasannya!" seru Yaya dengan suara terbata.

Yaya merasa dadanya sesak. Tapi dia berusaha tetap tegar. Dia juga berusaha menahan air mata agar tak jatuh membasahi pipinya. Dia harus tahu alasan dari pembatalan pernikahan mereka.

"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita."

"Aku sudah dengar itu, Mas. Yang ingin aku tau apa alasan kamu membatalkan semua ini!"

"Karena kita sudah tak sejalan lagi. Aku sudah tak bisa menggenggam tanganmu lagi. Aku harus pergi dari kehidupan kamu, Yaya."

Yaya tertawa sumbang mendengar jawaban dari Rian. Padahal di awal obrolan tadi, dia mengatakan jika masih cinta. Tapi saat ini berkata hal yang berbeda, jika dia tak sejalan lagi.

"Apa karena ada wanita lain?" tanya Yaya langsung. Dia menebak itulah alasan kuat Rian harus membatalkan pernikahan mereka.

Padahal selama ini, Yaya begitu percaya dengan pria itu. Dia merasa gadis paling beruntung karena mendapatkan kekasih yang sangat perhatian dan baik. Ternyata di balik semua sikap manisnya, dia menyimpan bara api yang siap membakar dirinya.

"Aku salah. Aku khilaf, Yaya. Tapi percayalah aku masih mencintaimu. Aku menyesal karena tergoda dengan wanita lain," ucap Rian.

Kembali terdengar tawa Yaya. Dia sudah bisa menebak jika itulah alasan utama mereka berpisah.

"Omong kosong macam apa ini? Jika memang Mas mencintaiku, tak akan ada wanita lain. Jangan katakan semua karena kesilapan. Perselingkuhan itu terjadi karena memang ada keinginan!"

"Maafkan aku, Yaya."

Rian mencoba meraih kembali tangan Yaya. Namun, gadis itu langsung menepisnya. Seperti sangat jijik. Dia tak ingin di sentuh pria itu.

Yaya menarik napas dalam. Dia memukul dada nya yang terasa sesak. Sudah dia coba menahan air mata, tapi tak bisa juga di bendung. Akhirnya tangisan itu tumpah juga.

"Apa salahku, Mas? Kanapa kau tega melakukan ini padaku?" tanya Yaya dengan terbata di sela Isak tangisnya.

"Kamu tak salah, aku yang salah. Aku yang tak bersyukur memiliki kekasih sebaik kamu. Jika saja waktu dapat di putar kembali, aku tak ingin melakukan kesalahan itu. Aku hanya ingin menikah denganmu, tapi aku sadar... aku tak pantas untukmu. Kamu berhak mendapatkan pria yang jauh lebih baik dariku," ucap Rian.

"Jika waktu dapat berputar kembali, aku yang tak mau tetap bersamamu. Aku pasti akan meminta agar aku tak pernah kenal dengan pria pecundang seperti kamu! Aku menyesal pernah mengenal pengkhianat seperti kamu, Mas!" ucap Yaya.

Yaya lalu berdiri dari duduknya. Dia meraih dompet yang ada di dalam tas dan mengeluarkan uang untuk pembayaran makanan.

"Terima kasih atas luka yang kamu berikan ini. Aku pastikan tak'kan pernah lagi ada pria seperti kamu tinggal di hati ini. Yang ingin aku gali adalah rasa tanggung jawabmu. Mungkin janji yang kau ucapkan memang tak di-asuransi. Mungkin juga gombalan yang setiap kali aku terima tak benar-benar dari hati. Semoga tak ada penyesalan nantinya. Selamat atas pengkhianatan mu, aku bersyukur karena kamu mau jujur mengatakan semuanya sebelum kita melangkah ke jenjang pernikahan!" ucap Yaya.

Yaya lalu pergi dari tempat itu dengan tergesa. Tak ingin melihat wajah pria itu lagi. Rian juga berdiri. Dia merasa belum selesai mengatakan semuanya. Dia harus mengajar Yaya.

Related chapters

  • BATAL NIKAH   BAB 3

    Rian mengejar Yaya yang telah keluar dari kafe. Ditahannya tangan gadis itu agar tak berjalan lebih jauh lagi."Tunggu, Yaya. Kita belum selesai bicara," ucap Rian.Yaya mencoba menepis tangan Rian, tapi kekuatannya tak sebanding dengan pria itu.Sehingga dia akhirnya mengalah.Rian mengajak Yaya duduk di bawah sebuah pohon yang berada di parkiran. Namun, gadis itu tak mau. Dia memilih tetap berdiri.Akhirnya Rian mengalah."Yaya, jika aku boleh memilih, pasti aku akan memilih menikah denganmu. Aku masih sangat mencintaimu. Aku khilaf. Sekali lagi maafkan aku" ucap Rian. "Apa kamu pikir dengan kata maaf semua akan kembali. Semua sudah terjadi, tak ada yang bisa merubahnya!" seru Yaya dengan suara sedikit meninggi.Rian menarik napas dalam. Tak tahu harus mengatakan apa lagi. Semua stok kata seolah habis. Dia tahu, semua kata-kata yang keluar dari bibirnya tak akan bisa membuat Yaya percaya lagi. Namun, dia masih berharap jika gadis itu bisa menerima keputusannya menikahi Ellen."Yaya

    Last Updated : 2025-01-01
  • BATAL NIKAH   BAB 4

    "Aku wanita itu ...," jawab Ellen.Kedua mata Yaya langsung melotot mendengar jawaban dari adiknya itu. Dia tertawa sumbang. Berpikir ini hanya candaan Ellen, sang adik tiri."Aku tidak sedang becanda, El. Aku lagi tak ada waktu untuk melayani omong kosong kamu!" seru Yaya.Yaya lalu berdiri dari duduknya. Tubuhnya saat ini terasa sangat lelah. Mungkin bukan raganya saja, tapi juga hatinya. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi.Hubungan yang dia jalin selama tiga tahun ini harus kandas. Impian berumah tangga dengan sang kekasih sirna. Yaya berjalan perlahan menuju kamarnya. Baru beberapa langkah, kakinya terhenti karena mendengar ucapan adiknya, Ellen."Aku tidak sedang bercanda. Ini buktinya," ucap Ellen.Ellen mendekati kakaknya. Dia lalu memperlihatkan foto kemesraan dirinya dan Rian. Dia juga menunjukan foto saat keduanya di dalam kamar hotel.Darah di kepala Yaya terasa mendidih.Jantungnya berdetak lebih cepat. Dadanya sesak menahan amarah. Tanpa di duga Yaya meraih gawai E

    Last Updated : 2025-01-01
  • BATAL NIKAH   BAB 5

    Yaya menghapus air matanya. Dia kembali tertawa. Menertawai kebodohannya selama ini. Ayah maju dan mendekati putrinya. Memegang kedua bahu sang putri."Yaya, mungkin ini berat bagimu, Nak. Tapi lebih baik gagal sekarang dari pada nanti saat kamu telah berkeluarga. Cinta itu tak bisa dipaksakan. Kamu harus ikhlas melepaskan Rian untuk Ellen. Mungkin dia bukan jodohmu," ucap Ayah mencoba menghibur.Kembali Yaya tertawa mendengar ucapan ayahnya. Apakah hanya ini yang bisa ayahnya lakukan."Jangan takut, Yah. Aku telah ikhlas melepaskan Rian untuk Ellen. Aku juga bersyukur karena Tuhan membukakan mataku sebelum kami menikah. Bagiku Rian tak pantas mendapatkan cintaku yang tulus. Sampah cocoknya dengan sampah!" ucap Yaya dengan penuh penekanan.Mendengar ucapan Yaya, tentu saja Ellen tak terima. Dia dikatakan sampah, baginya ini satu penghinaan. Dia menatap kakaknya itu dengan tajam."Orang yang kau katakan sampah ini sedang mengandung anak dari tunanganmu. Kau yang pantas dikatakan sampah

    Last Updated : 2025-01-01
  • BATAL NIKAH   BAB 6

    "Yaya ...," ucap Erik. Dia tampak terkejut melihat kehadiran gadis itu. Biasanya Yaya pulang kerja jam lima sore, tadi dia minta izin karena merasa kepalanya begitu sakit.Rian berdiri dari duduknya, tapi tangannya di tarik Ellen, sehingga dia kembali duduk. Wajahnya cemberut melihat sang pria yang langsung berdiri.Bukan saja Ellen yang terlihat tidak senang atas kehadiran Yaya yang tiba-tiba, tapi juga sang ibu. Ayahnya hanya memandangi dengan tatapan datar tanpa ekspresi."Kenapa Kakak pulang cepat? Sengaja ingin menguping obrolan kami?" tanya Ellen dengan suara ketus. "Aku tak ada waktu hanya sekedar untuk menguping obrolan tak penting!" seru Yaya dengan suara sedikit ketus."Sombong sekali kau, apa kau pikir dirimu sudah hebat karena telah bekerja?" tanya Ibu tirinya Yaya dengan sinis. Rian menarik napas dalam. Dia terlihat gugup. Mungkin tak pernah menginginkan berada dalam posisi saat ini."Yaya, aku minta izin untuk memakai semua persiapan pernikahan kita kemarin untuk perni

    Last Updated : 2025-01-02
  • BATAL NIKAH   BAB 7

    Rian dan Ellen turun dari motor dan keduanya berjalan menuju ke tempat sebuah ruko tempat penyewaan tenda dan pelaminan yang pria itu pesan bersama Yaya sebulan yang lalu.Langkah Rian tampak ragu, di jalan tadi dia sempat berhenti dan berdebat dengan Ellen. Pria itu menyarankan agar pernikahan mereka secara sederhana saja, hanya mengundang kerabat terdekat. Namun, Ellen tak setuju. Dia ingin pesta seperti yang kakaknya rencanakan.Mereka masuk ke Ruko itu dan mengatakan ingin bertemu dengan pemiliknya. Pekerja meminta mereka masuk ke salah satu ruangan. Kebetulan pemiliknya ada di tempat.Setelah masuk, keduanya dipersilahkan duduk. Rian yang pernah bertemu dengan wanita itu tersenyum kikuk."Mas Rian, Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita yang bernama Laura itu. Raut wajahnya tampak sedikit terkejut."Begini, Mbak. Saya ingin memajukan pesta pernikahannya. Seminggu lagi, apakah bisa?" tanya Rian dengan ragu."Saya lihat jadwal dulu. Apa di tanggal itu penuh pemakaian tenda ata

    Last Updated : 2025-01-12
  • BATAL NIKAH   BAB 8

    Setelah berdiskusi, akhirnya Ellen terpaksa menerima kalau pelaminan yang akan dia sewa dan pakai buat pernikahan nanti berbeda dengan pilihan Yaya. Rian hanya mampu membayar yang sederhana. Itu juga separuhnya uang dari ayah Yaya. Sepanjang perjalanan pulang, Ellen tak mengeluarkan sepatah kata pun. Sepertinya masih kesal dengan pilihan pelaminan untuk pesta pernikahan mereka. Ketika Rian mengajaknya makan bakso, dia juga tak mau. Ellen ingin segera pulang dan bertemu Yaya. Sampai di halaman rumah mereka, wanita itu langsung turun dari motor. Saat akan berjalan, tangannya di tahan sang pria."Sayang, jangan kamu marahi Yaya. Itu hak dia. Uangnya. Jangan buat aku malu. Jika nanti uangku sudah terkumpul, kita bisa mengadakan pesta kedua kali, atau saat anak kita lahir" ucap Rian.Ellen menyentak tangannya agar cekalan di tangannya terlepas. Dia memandangi wajah Rian dengan tatapan tajam."Kenapa kamu masih terus memikirkan Kak Yaya? Apa kamu masih sangat mencintainya?" tanya Ellen de

    Last Updated : 2025-01-12
  • BATAL NIKAH   BAB 9

    Ellen dan ibunya telah masuk ke kamar masing-masing. Sedangkan ayah masih duduk termenung di sofa ruang keluarga. Masih teringat ucapan putrinya tadi. Dulu dia begitu menyayangi sang putri. Namun, sejak kepergian sang istri dia jadi membenci Yaya.Apa lagi setelah dia menikah lagi dengan mantan kekasihnya dulu, Maura. Mereka dulu pernah berpacaran."Maafkan Ayah, melihatmu seperti aku melihat ibumu hidup kembali, Yaya. Itulah alasannya ayah selalu menghindari kamu. Sedih dan benci bercampur jadi satu. Ibumu meninggal karena ingin menjemputmu ke sekolah. Sehingga dalam pikiran ini, kau lah penyebab kematian ibumu," gumam Ayah dalam hatinya.Ayah Yaya menghisap rokoknya kembali.Saat dia sedang termenung, dia melihat Yaya keluar dari kamarnya dengan menyeret tas koper. Pandangannya tajam, menatap sang putri tanpa kedip.Saat Yaya makin dekat dengannya, pria itu berdiri. Kali ini Yaya yang menatap tajam pada sang ayah."Mau kemana kamu? Ini sudah malam!" ucap Ayah dengan suara sedikit le

    Last Updated : 2025-01-12
  • BATAL NIKAH   BAB 10

    "Ibu, apa kabar? Tak baik marah-marah. Bukankah ini hari bahagia putri Ibu!" ucap Yaya sambil tersenyum.Ibu Maura mengepalkan jari tangannya mendengar ucapan anak tirinya itu. Ya selalu saja mengucapkan kata-kata yang membuatnya emosi."Pergilah kau dari rumah ini! Bukankah kau sendiri yang minggat, kenapa kembali di saat Ellen menikah. Jika tidak berkeinginan mengganggu pernikahan Ellen, buat apa kau datang lagi?" Ibu masih mengajukan pertanyaan yang sama."Bu, aku datang hanya ingin mengambil motorku. Di mana Ibu letakan. Aku ingin membawanya. Setelah itu aku akan pergi," jawab Yaya."Motormu sudah tak ada," balas Ibu Maura.Mata Yaya melotot mendengar jawaban dari ibu tirinya. Apa lagi yang mereka lakukan pada motor miliknya. Mana STNK motor ada di bawah jok."Maksud Ibu apa? Aku tak paham!" seru Yaya.Walau dia sudah bisa menebak apa yang telah mereka lakukan pada motornya, tetap saja dia ingin mendengar langsung dari bibir ibu tirinya itu. Gaya yakin semua yang dilakukan atas ke

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • BATAL NIKAH   BAB 13

    Satu tahun telah berlaluTak terasa telah satu tahun Yaya bekerja di kantor pusat perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Tak ada kesulitan berarti yang dia temukan. Dengan keramahan dirinya, banyak karyawan yang langsung menyukai.Yaya juga tak segan bertanya jika ada yang salah. Dia langsung dapat teman akrab bernama Laras. Mereka tinggal di satu kamar kost yang sama. Tepatnya rumah untuk karyawan single yang disediakan perusahaan."Yaya, nanti makan siang di kafe depan kantor yuk! Bosan kalau di kantin terus, ajak Laras pagi ini."Ras, mikirin makan melulu. Baru aja nyampe. Belum mulai kerja, dah mikirin makan siang" jawab Yaya."Harus dong, kan moto hidupku, "hidup untuk makan" ucap Laras sambil tertawa.Kedua gadis itu lalu tertawa. Walau sambil becanda, mereka tetap melakukan pekerjaan. Sehingga tak ada pekerjaan yang terbengkalai.Yaya dan Laras telah menjadi teman baik sejak dia bekerja di kantor ini. Setiap hari, mereka selalu menyempatkan diri untuk pergi makan siang bersama.

  • BATAL NIKAH   BAB 12

    Yaya menyeret kopernya menuju ruang tunggu. Hanya satu tas koper berisi pakaian kerja yang dia bawa. Tak ingin nanti saat mengambil pakaian di rumah ayahnya, akan ada drama lagi. Beruntung tabungannya kembali setelah dia meminta uang yang terlanjur di setor buat penyewaan pelaminan dan tenda. Saat sedang termenung, Yaya mendengar ponselnya berdering. Dia lalu mengambilnya dari dalam tas. Terlihat ada pesan masuk dari Rian. Dia membukanya. Entah di mana pria itu, sehingga bisa mengirim pesan."Ana, dari lubuk hatiku terdalam, aku mohon maaf. Mungkin kata maaf ini tak cukup untuk mengobati luka hati yang aku torehkan, tapi sebenarnya aku tak pernah bermaksud menyakiti hatimu. Aku merindukan setiap momen yang kita habiskan bersama. Aku merindukan sentuharımu, tapi menyakitkan karena aku tidak bisa bersamamu, karena akulah penyebab rasa sakit mu. Aku benar-benar minta maaf."Pesan pertama dari Rian. Ternyata itu terkirim dua jam yang lalu. Dan dibawahnya, ada pesan lain."Sayang, aku tel

  • BATAL NIKAH   BAB 11

    Para tamu undangan yang terdiri dari tetangga masih menyicipi hidangan sehingga waktu untuk Yaya bicara masih panjang. Mungkin mereka pikir, Yaya hanya sekedar mengobrol dengan keluarganya saja. Tapi, tak sedikit yang memandang dengan tatapan heran. Mereka tahu jika Rian adalah tunangan Yaya, tapi yang dinikahi adiknya. Yang menjadi pertanyaan, kenapa gadis itu tak tampak sedih. Banyak yang ingin tahu kebenarannya. Yaya menyalami ayah dan ibunya. Berhadapan dengan sang ayah, air matanya tak bisa lagi dibendung. Bukan karena sedih, tapi kecewa. Pria yang seharusnya jadi cinta pertamanya tapi justru orang yang paling banyak menorehkan luka. Jika cinta pertamamu tidak bisa lagi memberikan kenyamanan, untuk apa masih bertahan. Anak hanya ingin menjaga kewarasannya. Jangan sampai dia nekat bunuh diri. "Ayah, aku pamit. Terima kasih atas semua yang pernah kau lakukan untukku. Baik itu kebahagiaan atau pun luka yang kau beri. Bagimu mungkin aku bukan putri yang baik, yang bisa kau bangg

  • BATAL NIKAH   BAB 10

    "Ibu, apa kabar? Tak baik marah-marah. Bukankah ini hari bahagia putri Ibu!" ucap Yaya sambil tersenyum.Ibu Maura mengepalkan jari tangannya mendengar ucapan anak tirinya itu. Ya selalu saja mengucapkan kata-kata yang membuatnya emosi."Pergilah kau dari rumah ini! Bukankah kau sendiri yang minggat, kenapa kembali di saat Ellen menikah. Jika tidak berkeinginan mengganggu pernikahan Ellen, buat apa kau datang lagi?" Ibu masih mengajukan pertanyaan yang sama."Bu, aku datang hanya ingin mengambil motorku. Di mana Ibu letakan. Aku ingin membawanya. Setelah itu aku akan pergi," jawab Yaya."Motormu sudah tak ada," balas Ibu Maura.Mata Yaya melotot mendengar jawaban dari ibu tirinya. Apa lagi yang mereka lakukan pada motor miliknya. Mana STNK motor ada di bawah jok."Maksud Ibu apa? Aku tak paham!" seru Yaya.Walau dia sudah bisa menebak apa yang telah mereka lakukan pada motornya, tetap saja dia ingin mendengar langsung dari bibir ibu tirinya itu. Gaya yakin semua yang dilakukan atas ke

  • BATAL NIKAH   BAB 9

    Ellen dan ibunya telah masuk ke kamar masing-masing. Sedangkan ayah masih duduk termenung di sofa ruang keluarga. Masih teringat ucapan putrinya tadi. Dulu dia begitu menyayangi sang putri. Namun, sejak kepergian sang istri dia jadi membenci Yaya.Apa lagi setelah dia menikah lagi dengan mantan kekasihnya dulu, Maura. Mereka dulu pernah berpacaran."Maafkan Ayah, melihatmu seperti aku melihat ibumu hidup kembali, Yaya. Itulah alasannya ayah selalu menghindari kamu. Sedih dan benci bercampur jadi satu. Ibumu meninggal karena ingin menjemputmu ke sekolah. Sehingga dalam pikiran ini, kau lah penyebab kematian ibumu," gumam Ayah dalam hatinya.Ayah Yaya menghisap rokoknya kembali.Saat dia sedang termenung, dia melihat Yaya keluar dari kamarnya dengan menyeret tas koper. Pandangannya tajam, menatap sang putri tanpa kedip.Saat Yaya makin dekat dengannya, pria itu berdiri. Kali ini Yaya yang menatap tajam pada sang ayah."Mau kemana kamu? Ini sudah malam!" ucap Ayah dengan suara sedikit le

  • BATAL NIKAH   BAB 8

    Setelah berdiskusi, akhirnya Ellen terpaksa menerima kalau pelaminan yang akan dia sewa dan pakai buat pernikahan nanti berbeda dengan pilihan Yaya. Rian hanya mampu membayar yang sederhana. Itu juga separuhnya uang dari ayah Yaya. Sepanjang perjalanan pulang, Ellen tak mengeluarkan sepatah kata pun. Sepertinya masih kesal dengan pilihan pelaminan untuk pesta pernikahan mereka. Ketika Rian mengajaknya makan bakso, dia juga tak mau. Ellen ingin segera pulang dan bertemu Yaya. Sampai di halaman rumah mereka, wanita itu langsung turun dari motor. Saat akan berjalan, tangannya di tahan sang pria."Sayang, jangan kamu marahi Yaya. Itu hak dia. Uangnya. Jangan buat aku malu. Jika nanti uangku sudah terkumpul, kita bisa mengadakan pesta kedua kali, atau saat anak kita lahir" ucap Rian.Ellen menyentak tangannya agar cekalan di tangannya terlepas. Dia memandangi wajah Rian dengan tatapan tajam."Kenapa kamu masih terus memikirkan Kak Yaya? Apa kamu masih sangat mencintainya?" tanya Ellen de

  • BATAL NIKAH   BAB 7

    Rian dan Ellen turun dari motor dan keduanya berjalan menuju ke tempat sebuah ruko tempat penyewaan tenda dan pelaminan yang pria itu pesan bersama Yaya sebulan yang lalu.Langkah Rian tampak ragu, di jalan tadi dia sempat berhenti dan berdebat dengan Ellen. Pria itu menyarankan agar pernikahan mereka secara sederhana saja, hanya mengundang kerabat terdekat. Namun, Ellen tak setuju. Dia ingin pesta seperti yang kakaknya rencanakan.Mereka masuk ke Ruko itu dan mengatakan ingin bertemu dengan pemiliknya. Pekerja meminta mereka masuk ke salah satu ruangan. Kebetulan pemiliknya ada di tempat.Setelah masuk, keduanya dipersilahkan duduk. Rian yang pernah bertemu dengan wanita itu tersenyum kikuk."Mas Rian, Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita yang bernama Laura itu. Raut wajahnya tampak sedikit terkejut."Begini, Mbak. Saya ingin memajukan pesta pernikahannya. Seminggu lagi, apakah bisa?" tanya Rian dengan ragu."Saya lihat jadwal dulu. Apa di tanggal itu penuh pemakaian tenda ata

  • BATAL NIKAH   BAB 6

    "Yaya ...," ucap Erik. Dia tampak terkejut melihat kehadiran gadis itu. Biasanya Yaya pulang kerja jam lima sore, tadi dia minta izin karena merasa kepalanya begitu sakit.Rian berdiri dari duduknya, tapi tangannya di tarik Ellen, sehingga dia kembali duduk. Wajahnya cemberut melihat sang pria yang langsung berdiri.Bukan saja Ellen yang terlihat tidak senang atas kehadiran Yaya yang tiba-tiba, tapi juga sang ibu. Ayahnya hanya memandangi dengan tatapan datar tanpa ekspresi."Kenapa Kakak pulang cepat? Sengaja ingin menguping obrolan kami?" tanya Ellen dengan suara ketus. "Aku tak ada waktu hanya sekedar untuk menguping obrolan tak penting!" seru Yaya dengan suara sedikit ketus."Sombong sekali kau, apa kau pikir dirimu sudah hebat karena telah bekerja?" tanya Ibu tirinya Yaya dengan sinis. Rian menarik napas dalam. Dia terlihat gugup. Mungkin tak pernah menginginkan berada dalam posisi saat ini."Yaya, aku minta izin untuk memakai semua persiapan pernikahan kita kemarin untuk perni

  • BATAL NIKAH   BAB 5

    Yaya menghapus air matanya. Dia kembali tertawa. Menertawai kebodohannya selama ini. Ayah maju dan mendekati putrinya. Memegang kedua bahu sang putri."Yaya, mungkin ini berat bagimu, Nak. Tapi lebih baik gagal sekarang dari pada nanti saat kamu telah berkeluarga. Cinta itu tak bisa dipaksakan. Kamu harus ikhlas melepaskan Rian untuk Ellen. Mungkin dia bukan jodohmu," ucap Ayah mencoba menghibur.Kembali Yaya tertawa mendengar ucapan ayahnya. Apakah hanya ini yang bisa ayahnya lakukan."Jangan takut, Yah. Aku telah ikhlas melepaskan Rian untuk Ellen. Aku juga bersyukur karena Tuhan membukakan mataku sebelum kami menikah. Bagiku Rian tak pantas mendapatkan cintaku yang tulus. Sampah cocoknya dengan sampah!" ucap Yaya dengan penuh penekanan.Mendengar ucapan Yaya, tentu saja Ellen tak terima. Dia dikatakan sampah, baginya ini satu penghinaan. Dia menatap kakaknya itu dengan tajam."Orang yang kau katakan sampah ini sedang mengandung anak dari tunanganmu. Kau yang pantas dikatakan sampah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status