Share

BAB 2

Author: Favreaa
last update Huling Na-update: 2025-01-01 19:07:40

Dengan penuh semangat dan senyum yang selalu merekah di bibir, Yaya masuk ke kafe yang telah dijanjikan Rian, untuk mereka bertemu. Dari jauh dia sudah melihat kehadiran kekasihnya itu.

Yaya mempercepat langkahnya. Dia sudah tak sabar ingin bertemu dengan pria itu. Sampai dihadapan Rian, dia langsung duduk di samping sang kekasih.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Rian, begitu Yaya sudah duduk dengan sempurna di kursi.

"Aku baru sampai, bukannya tanya kabar, atau tanya yang lain. Kenapa langsung tanya pesananku. Seperti tergesa-gesa saja," jawab Yaya.

Rian tersenyum simpul mendengar jawaban gadis itu. Dia mengusap kepalanya dengan lembut.

"Aku takut kamu sudah lapar. Makanya mau pesan makanan langsung," jawab Rian dengan lembut.

Yaya tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Pria itu selalu memberikan perhatian khusus untuknya. Dia juga selalu bertutur kata lembut, tak pernah sekalipun Rian membentaknya atau bersuara keras.

"Kalau begitu, aku pesan makanan dulu," balas Yaya.

Yaya lalu memanggil pelayan kafe, dan memesan makanan kesukaannya.

"Mas, sudah pesan makanan?" tanya Yaya.

Rian menjawab dengan menganggukan kepalanya. Dia lalu menarik napas dalam, dan membuangnya. Itu dilakukan berulang kali. Dalam diam Yaya melirik, heran melihat kekasihnya yang tampak sangat gugup.

"Mas, apa ada masalah?" tanya Yaya. Dia menatap sang kekasih dengan tatapan yang penuh cinta.

"Kita bicarakan setelah makan aja."

Rian melihat pelayan membawa pesanan makanan mereka sehingga menunda obrolan. Yaya melihat sikap pria itu agak berbeda, tapi dia tak mau mendesak agar bicara. Lebih baik tunggu setelah makan seperti yang Rian katakan.

Mereka makan dalam diam. Tak ada yang bersuara. Yaya yang memang lapar, menyantap makanan hingga habis tak tersisa, berbeda dengan Rian, pria itu tak menghabiskan makanannya.

Setelah selesai makan, Yaya yang melihat Rian masih belum menyentuh makanannya, akhirnya bertanya juga.

"Mas, sebenarnya ada masalah apa? Kenapa kamu seperti banyak pikiran?" tanya Yaya akhirnya.

Rian meletakan sendok makan ke piring. Dia merubah posisi duduknya menghadap ke kekasihnya. Meraih tangan Yaya dan menggenggamnya.

"Sayang, sebelumnya aku minta maaf jika apa yang akan aku katakan ini akan membuat kamu marah, terluka dan kecewa. Tapi satu yang perlu kamu ingat, jika aku masih tetap mencintaimu hingga saat ini," ucap Rian.

Yaya terkejut mendengar ucapan Rian. Dia makin penasaran dengan apa yang terjadi.

"Mas, jangan buat aku cemas begini. Sebenarnya apa yang terjadi? Dari kemarin kamu selalu meminta maaf," balas Yaya.

Rian menarik napas dalam, lalu membuangnya secara perlahan. Dia melakukan itu berulang kali. Sehingga Yaya yang melihat jadi makin kuatir dan tak sabar ingin mendengar apa yang terjadi.

"Mas, jangan diam saja. Katakan apa yang sebenernya terjadi? Apa yang ingin kamu sampaikan? Bukan berita buruk'kan?" tanya Yaya lagi.

"Sayang, maafkan aku ...."

"Jangan meminta maaf terus, Mas. Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan!" seru Yaya mulai tak sabar.

Rian menatap wajah Yaya dengan intens. Ada rasa bersalah yang besar melihat tatapan sendu gadis itu. Belum mengatakan hal sebenarnya saja, dia sudah sangat kuatir dan takut. Apa lagi jika mendengar apa yang akan Rian sampaikan.

"Yaya, aku tak bisa menikah denganmu. Aku ingin membatalkan pernikahan kita" ucap Rian dengan pelan.

Suara Rian yang pelan, tapi sanggup membuat Yaya terkejut dan syok. Dia langsung melepaskan genggaman tangan mereka. Tersenyum miris.

"Aku tak suka candaan kamu, Mas!" ujar Yaya.

"Aku tidak sedang becanda, Yaya. Aku ingin membatalkan pernikahan kita," balas Rian.

Ucapan Rian kali ini membuat Yaya benar-benar terkejut. Dunianya seperti mau runtuh dan hancur. Pernikahan yang telah mereka rencanakan akan batal. Persiapan yang sudah hampir selesai harus dihentikan.

"Kanapa harus dibatalkan, Mas? Katakan padaku alasannya!" seru Yaya dengan suara terbata.

Yaya merasa dadanya sesak. Tapi dia berusaha tetap tegar. Dia juga berusaha menahan air mata agar tak jatuh membasahi pipinya. Dia harus tahu alasan dari pembatalan pernikahan mereka.

"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita."

"Aku sudah dengar itu, Mas. Yang ingin aku tau apa alasan kamu membatalkan semua ini!"

"Karena kita sudah tak sejalan lagi. Aku sudah tak bisa menggenggam tanganmu lagi. Aku harus pergi dari kehidupan kamu, Yaya."

Yaya tertawa sumbang mendengar jawaban dari Rian. Padahal di awal obrolan tadi, dia mengatakan jika masih cinta. Tapi saat ini berkata hal yang berbeda, jika dia tak sejalan lagi.

"Apa karena ada wanita lain?" tanya Yaya langsung. Dia menebak itulah alasan kuat Rian harus membatalkan pernikahan mereka.

Padahal selama ini, Yaya begitu percaya dengan pria itu. Dia merasa gadis paling beruntung karena mendapatkan kekasih yang sangat perhatian dan baik. Ternyata di balik semua sikap manisnya, dia menyimpan bara api yang siap membakar dirinya.

"Aku salah. Aku khilaf, Yaya. Tapi percayalah aku masih mencintaimu. Aku menyesal karena tergoda dengan wanita lain," ucap Rian.

Kembali terdengar tawa Yaya. Dia sudah bisa menebak jika itulah alasan utama mereka berpisah.

"Omong kosong macam apa ini? Jika memang Mas mencintaiku, tak akan ada wanita lain. Jangan katakan semua karena kesilapan. Perselingkuhan itu terjadi karena memang ada keinginan!"

"Maafkan aku, Yaya."

Rian mencoba meraih kembali tangan Yaya. Namun, gadis itu langsung menepisnya. Seperti sangat jijik. Dia tak ingin di sentuh pria itu.

Yaya menarik napas dalam. Dia memukul dada nya yang terasa sesak. Sudah dia coba menahan air mata, tapi tak bisa juga di bendung. Akhirnya tangisan itu tumpah juga.

"Apa salahku, Mas? Kanapa kau tega melakukan ini padaku?" tanya Yaya dengan terbata di sela Isak tangisnya.

"Kamu tak salah, aku yang salah. Aku yang tak bersyukur memiliki kekasih sebaik kamu. Jika saja waktu dapat di putar kembali, aku tak ingin melakukan kesalahan itu. Aku hanya ingin menikah denganmu, tapi aku sadar... aku tak pantas untukmu. Kamu berhak mendapatkan pria yang jauh lebih baik dariku," ucap Rian.

"Jika waktu dapat berputar kembali, aku yang tak mau tetap bersamamu. Aku pasti akan meminta agar aku tak pernah kenal dengan pria pecundang seperti kamu! Aku menyesal pernah mengenal pengkhianat seperti kamu, Mas!" ucap Yaya.

Yaya lalu berdiri dari duduknya. Dia meraih dompet yang ada di dalam tas dan mengeluarkan uang untuk pembayaran makanan.

"Terima kasih atas luka yang kamu berikan ini. Aku pastikan tak'kan pernah lagi ada pria seperti kamu tinggal di hati ini. Yang ingin aku gali adalah rasa tanggung jawabmu. Mungkin janji yang kau ucapkan memang tak di-asuransi. Mungkin juga gombalan yang setiap kali aku terima tak benar-benar dari hati. Semoga tak ada penyesalan nantinya. Selamat atas pengkhianatan mu, aku bersyukur karena kamu mau jujur mengatakan semuanya sebelum kita melangkah ke jenjang pernikahan!" ucap Yaya.

Yaya lalu pergi dari tempat itu dengan tergesa. Tak ingin melihat wajah pria itu lagi. Rian juga berdiri. Dia merasa belum selesai mengatakan semuanya. Dia harus mengajar Yaya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • BATAL NIKAH   BAB 3

    Rian mengejar Yaya yang telah keluar dari kafe. Ditahannya tangan gadis itu agar tak berjalan lebih jauh lagi."Tunggu, Yaya. Kita belum selesai bicara," ucap Rian.Yaya mencoba menepis tangan Rian, tapi kekuatannya tak sebanding dengan pria itu.Sehingga dia akhirnya mengalah.Rian mengajak Yaya duduk di bawah sebuah pohon yang berada di parkiran. Namun, gadis itu tak mau. Dia memilih tetap berdiri.Akhirnya Rian mengalah."Yaya, jika aku boleh memilih, pasti aku akan memilih menikah denganmu. Aku masih sangat mencintaimu. Aku khilaf. Sekali lagi maafkan aku" ucap Rian. "Apa kamu pikir dengan kata maaf semua akan kembali. Semua sudah terjadi, tak ada yang bisa merubahnya!" seru Yaya dengan suara sedikit meninggi.Rian menarik napas dalam. Tak tahu harus mengatakan apa lagi. Semua stok kata seolah habis. Dia tahu, semua kata-kata yang keluar dari bibirnya tak akan bisa membuat Yaya percaya lagi. Namun, dia masih berharap jika gadis itu bisa menerima keputusannya menikahi Ellen."Yaya

    Huling Na-update : 2025-01-01
  • BATAL NIKAH   BAB 4

    "Aku wanita itu ...," jawab Ellen.Kedua mata Yaya langsung melotot mendengar jawaban dari adiknya itu. Dia tertawa sumbang. Berpikir ini hanya candaan Ellen, sang adik tiri."Aku tidak sedang becanda, El. Aku lagi tak ada waktu untuk melayani omong kosong kamu!" seru Yaya.Yaya lalu berdiri dari duduknya. Tubuhnya saat ini terasa sangat lelah. Mungkin bukan raganya saja, tapi juga hatinya. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi.Hubungan yang dia jalin selama tiga tahun ini harus kandas. Impian berumah tangga dengan sang kekasih sirna. Yaya berjalan perlahan menuju kamarnya. Baru beberapa langkah, kakinya terhenti karena mendengar ucapan adiknya, Ellen."Aku tidak sedang bercanda. Ini buktinya," ucap Ellen.Ellen mendekati kakaknya. Dia lalu memperlihatkan foto kemesraan dirinya dan Rian. Dia juga menunjukan foto saat keduanya di dalam kamar hotel.Darah di kepala Yaya terasa mendidih.Jantungnya berdetak lebih cepat. Dadanya sesak menahan amarah. Tanpa di duga Yaya meraih gawai E

    Huling Na-update : 2025-01-01
  • BATAL NIKAH   BAB 5

    Yaya menghapus air matanya. Dia kembali tertawa. Menertawai kebodohannya selama ini. Ayah maju dan mendekati putrinya. Memegang kedua bahu sang putri."Yaya, mungkin ini berat bagimu, Nak. Tapi lebih baik gagal sekarang dari pada nanti saat kamu telah berkeluarga. Cinta itu tak bisa dipaksakan. Kamu harus ikhlas melepaskan Rian untuk Ellen. Mungkin dia bukan jodohmu," ucap Ayah mencoba menghibur.Kembali Yaya tertawa mendengar ucapan ayahnya. Apakah hanya ini yang bisa ayahnya lakukan."Jangan takut, Yah. Aku telah ikhlas melepaskan Rian untuk Ellen. Aku juga bersyukur karena Tuhan membukakan mataku sebelum kami menikah. Bagiku Rian tak pantas mendapatkan cintaku yang tulus. Sampah cocoknya dengan sampah!" ucap Yaya dengan penuh penekanan.Mendengar ucapan Yaya, tentu saja Ellen tak terima. Dia dikatakan sampah, baginya ini satu penghinaan. Dia menatap kakaknya itu dengan tajam."Orang yang kau katakan sampah ini sedang mengandung anak dari tunanganmu. Kau yang pantas dikatakan sampah

    Huling Na-update : 2025-01-01
  • BATAL NIKAH   BAB 6

    "Yaya ...," ucap Erik. Dia tampak terkejut melihat kehadiran gadis itu. Biasanya Yaya pulang kerja jam lima sore, tadi dia minta izin karena merasa kepalanya begitu sakit.Rian berdiri dari duduknya, tapi tangannya di tarik Ellen, sehingga dia kembali duduk. Wajahnya cemberut melihat sang pria yang langsung berdiri.Bukan saja Ellen yang terlihat tidak senang atas kehadiran Yaya yang tiba-tiba, tapi juga sang ibu. Ayahnya hanya memandangi dengan tatapan datar tanpa ekspresi."Kenapa Kakak pulang cepat? Sengaja ingin menguping obrolan kami?" tanya Ellen dengan suara ketus. "Aku tak ada waktu hanya sekedar untuk menguping obrolan tak penting!" seru Yaya dengan suara sedikit ketus."Sombong sekali kau, apa kau pikir dirimu sudah hebat karena telah bekerja?" tanya Ibu tirinya Yaya dengan sinis. Rian menarik napas dalam. Dia terlihat gugup. Mungkin tak pernah menginginkan berada dalam posisi saat ini."Yaya, aku minta izin untuk memakai semua persiapan pernikahan kita kemarin untuk perni

    Huling Na-update : 2025-01-02
  • BATAL NIKAH   BAB 7

    Rian dan Ellen turun dari motor dan keduanya berjalan menuju ke tempat sebuah ruko tempat penyewaan tenda dan pelaminan yang pria itu pesan bersama Yaya sebulan yang lalu.Langkah Rian tampak ragu, di jalan tadi dia sempat berhenti dan berdebat dengan Ellen. Pria itu menyarankan agar pernikahan mereka secara sederhana saja, hanya mengundang kerabat terdekat. Namun, Ellen tak setuju. Dia ingin pesta seperti yang kakaknya rencanakan.Mereka masuk ke Ruko itu dan mengatakan ingin bertemu dengan pemiliknya. Pekerja meminta mereka masuk ke salah satu ruangan. Kebetulan pemiliknya ada di tempat.Setelah masuk, keduanya dipersilahkan duduk. Rian yang pernah bertemu dengan wanita itu tersenyum kikuk."Mas Rian, Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita yang bernama Laura itu. Raut wajahnya tampak sedikit terkejut."Begini, Mbak. Saya ingin memajukan pesta pernikahannya. Seminggu lagi, apakah bisa?" tanya Rian dengan ragu."Saya lihat jadwal dulu. Apa di tanggal itu penuh pemakaian tenda ata

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • BATAL NIKAH   BAB 8

    Setelah berdiskusi, akhirnya Ellen terpaksa menerima kalau pelaminan yang akan dia sewa dan pakai buat pernikahan nanti berbeda dengan pilihan Yaya. Rian hanya mampu membayar yang sederhana. Itu juga separuhnya uang dari ayah Yaya. Sepanjang perjalanan pulang, Ellen tak mengeluarkan sepatah kata pun. Sepertinya masih kesal dengan pilihan pelaminan untuk pesta pernikahan mereka. Ketika Rian mengajaknya makan bakso, dia juga tak mau. Ellen ingin segera pulang dan bertemu Yaya. Sampai di halaman rumah mereka, wanita itu langsung turun dari motor. Saat akan berjalan, tangannya di tahan sang pria."Sayang, jangan kamu marahi Yaya. Itu hak dia. Uangnya. Jangan buat aku malu. Jika nanti uangku sudah terkumpul, kita bisa mengadakan pesta kedua kali, atau saat anak kita lahir" ucap Rian.Ellen menyentak tangannya agar cekalan di tangannya terlepas. Dia memandangi wajah Rian dengan tatapan tajam."Kenapa kamu masih terus memikirkan Kak Yaya? Apa kamu masih sangat mencintainya?" tanya Ellen de

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • BATAL NIKAH   BAB 9

    Ellen dan ibunya telah masuk ke kamar masing-masing. Sedangkan ayah masih duduk termenung di sofa ruang keluarga. Masih teringat ucapan putrinya tadi. Dulu dia begitu menyayangi sang putri. Namun, sejak kepergian sang istri dia jadi membenci Yaya.Apa lagi setelah dia menikah lagi dengan mantan kekasihnya dulu, Maura. Mereka dulu pernah berpacaran."Maafkan Ayah, melihatmu seperti aku melihat ibumu hidup kembali, Yaya. Itulah alasannya ayah selalu menghindari kamu. Sedih dan benci bercampur jadi satu. Ibumu meninggal karena ingin menjemputmu ke sekolah. Sehingga dalam pikiran ini, kau lah penyebab kematian ibumu," gumam Ayah dalam hatinya.Ayah Yaya menghisap rokoknya kembali.Saat dia sedang termenung, dia melihat Yaya keluar dari kamarnya dengan menyeret tas koper. Pandangannya tajam, menatap sang putri tanpa kedip.Saat Yaya makin dekat dengannya, pria itu berdiri. Kali ini Yaya yang menatap tajam pada sang ayah."Mau kemana kamu? Ini sudah malam!" ucap Ayah dengan suara sedikit le

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • BATAL NIKAH   BAB 10

    "Ibu, apa kabar? Tak baik marah-marah. Bukankah ini hari bahagia putri Ibu!" ucap Yaya sambil tersenyum.Ibu Maura mengepalkan jari tangannya mendengar ucapan anak tirinya itu. Ya selalu saja mengucapkan kata-kata yang membuatnya emosi."Pergilah kau dari rumah ini! Bukankah kau sendiri yang minggat, kenapa kembali di saat Ellen menikah. Jika tidak berkeinginan mengganggu pernikahan Ellen, buat apa kau datang lagi?" Ibu masih mengajukan pertanyaan yang sama."Bu, aku datang hanya ingin mengambil motorku. Di mana Ibu letakan. Aku ingin membawanya. Setelah itu aku akan pergi," jawab Yaya."Motormu sudah tak ada," balas Ibu Maura.Mata Yaya melotot mendengar jawaban dari ibu tirinya. Apa lagi yang mereka lakukan pada motor miliknya. Mana STNK motor ada di bawah jok."Maksud Ibu apa? Aku tak paham!" seru Yaya.Walau dia sudah bisa menebak apa yang telah mereka lakukan pada motornya, tetap saja dia ingin mendengar langsung dari bibir ibu tirinya itu. Gaya yakin semua yang dilakukan atas ke

    Huling Na-update : 2025-01-12

Pinakabagong kabanata

  • BATAL NIKAH   BAB 30

    Bima terdiam mendengar pertanyaan ibu Maura. Tak tahu harus menjawab apa. Jika berkata jujur, pasti nama Yaya yang akan jelek. Apa lagi dia sudah tahu bagaimana perilaku sang ibu tiri. Tadi Joe telah menyelidiki dengan bertanya pada beberapa tetangga mereka."Apa Nak Bima dan Yaya telah menikah?" Kembali ibu Maura mengajukan pertanyaan.Yaya yang baru datang dengan Arabella setelah mengantar makanan untuk tetangganya yang telah baik dan memberikan kabar, langsung tersenyum sinis mendengar pertanyaan ibu tirinya itu."Kenapa Ibu ingin tau, apakah itu ada pengaruhnya buat kehidupan Ibu? Menikah atau pun belum, aku tak pernah minta tolong dengan Ibu, jadi berhenti ingin tau tentang kehidupanku!" seru Yaya.Ibu Maura cukup terkejut mendengar ucapan Yaya. Dia pikir gadis itu akan diam saja seperti di rumah sakit. Dia ingin menarik perhatian Bima setelah melihat mobil dan royalnya pria itu. Buat ustad sekelas kampung saja dia memberikan uang jutaan."Jangan berkata begitu, Yaya. Walau aku i

  • BATAL NIKAH   BAB 29

    Jenazah ayah terbaring di tengah ruang tamu. Yaya masih terus menangis. Arabella yang selalu berada di samping gadis itu selalu menghapus air matanya. Sambil sesekali mencium pipinya.Banyak tetangga memandangi gadis itu. Mungkin dalam hati mereka bertanya, siapa gadis cilik yang nempel dengannya. Sementara itu Bima dan Joe duduk di halaman rumah Yaya di bawah tenda sederhana.Dengan berjalan perlahan Ellen mendekati dua pria itu. Dia membawa baki berisi dua gelas teh hangat dan kue."Silakan minum, Mas. Pasti capek perjalanan menuju ke sini," ucap Ellen dengan centilnya.Bima tak menanggapi ucapan Ellen, justru membuang muka. Hanya Joe yang mencoba tersenyum."Terima kasih," ucap Joe."Apakah Mas tak ingin masuk?" tanya Ellen. Joe menjawab dengan gelengan kepala.Saat ini jenazah sedang di mandikan. Setelah tu kembali di bawa ke ruang tamu. Saat kain kafan akan ditutup, Yaya mendekati jenazah. Dia meninggalkan Arabella sebentar. Untung bocah itu mau di tinggal."Ayah, ini terakhir ka

  • BATAL NIKAH   BAB 28

    Yaya mengangkat wajahnya dan melihat Arabella berlari mendekati. Di belakang bocah itu ada Bima dan Joe. Gadis itu merentangkan tangannya agar sang bocah masuk dalam pelukannya. Saat ini dia memang butuh pelukan walau hanya dari anak kecil. Tangis Yaya pecah saat Arabella telah berada dalam pelukannya. Membuat bocah itu ikut menangis. "Mami bohong. Mami mau tinggalin aku'kan?" tanya Arabella di sela tangisnya. "Mami ada perlu, Sayang," jawab Yaya di sela Isak tangisnya. Tadi siang, sepulang sekolah, gadis cilik itu meminta bertemu Yaya sesuai janji Oma dan papinya. Saat dibilang Yaya tak ada di perusahaan karena pulang kampung dia tantrum dan tak mau makan. Hingga malam tak juga menyentuh nasi. Akhirnya Bu Rangga, meminta sang putra mengantar cucunya bertemu Yaya. Pria itu terpaksa mencari tahu alamatnya dari file di perusahaan. Jam sepuluh malam mereka berangkat. Bu Rangga tak mengizinkan dia

  • BATAL NIKAH   BAB 27

    Yaya akhirnya mendapat izin masuk walau sebenarnya jam besuk telah selesai. Dia meletakan tas di bangku tunggu. Berjalan masuk dengan perlahan.Ketika dia masuk ke ruangan itu, dia hampir tidak bisa mengenali ayahnya. Wajahnya pucat dan lesu, terhubung dengan berbagai alat yang membuatnya tampak rapuh dan rentan. Tangis Yaya tak dapat lagi dia tahan. Air mata jatuh membasahi pipinya."Ayah, bangunlah. Aku tak sanggup melihat ayah begini. Walau ayah tak menyayangiku, itu lebih baik dari pada melihatmu begini," rengek Yaya sambil mengusap matanya yang berair.Tiba-tiba, ayahnya Yaya terlihat bergerak perlahan. Matanya yang terpejam sepertinya mencoba membuka sedikit demi sedikit. Yaya langsung mendekatinya."Ayah, maafkan aku," ucap Yaya terisak.Ayahnya Yaya tampak berusaha tersenyum. Tangannya terangkat perlahan seperti ingin bersalaman. Gadis itu meraihnya dan menggenggamnya. Dia lalu menciumnya."Maaf, karena aku baru bisa pulang," ujar Yaya dengan suara terbata karena menangis.Air

  • BATAL NIKAH   BAB 26

    Yaya akhirnya memutuskan pulang kampung. Bersyukur juga dia bisa menenangkan Arabella. Bocah itu tak merengek lagi minta ikut karena dijanjikan akan bertemu lagi besok dan seterusnya setelah pulang sekolah.Bima memberikan cuti seminggu. Kebetulan Yaya memang telah satu tahun bekerja di perusahaannya.Yaya termenung dalam bus yang membawanya pulang. Satu tahun sudah dia meninggalkan kampung halamannya. Hari raya saja dia tak pulang.Ketika hampir sampai di kampung, gadis itu menarik napas dalam untuk menenangkan gejolak dalam dadanya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia gugup, walau telah satu tahun berlalu luka itu belum sembuh dengan sempurna.Yaya memang memberikan nomornya pada salah satu tetangga. Tujuannya memang untuk bertanya tentang ayah. Walau sebesar apa pun kecewanya pada sang ayah, tapi tak bisa menutupi rasa cintanya.Sampai di terminal, Yaya langsung menuju rumah dengan menggunakan ojek. Dia hanya membawa tas kecil dengan

  • BATAL NIKAH   BAB 25

    Yaya menggandeng tangan bocah cilik itu menuju ke ruang kerja atasannya. Saat sampai di depan ruang itu, Yaya mengetuknya. Hingga terdengar suara sahutan barulah gadis itu masuk. Di dalam ruangan tampak Joe sedang sibuk dengan laptopnya.Gadis itu tersenyum dengan Joe dan Bima. Dia lalu mendekati meja kerja atasannya itu."Pak, Ara minta di antarkan ke ruang ini.""Ya, Yaya. Sekali lagi aku minta maaf karena telah merepotkan kamu," ucap Bima."Tak perlu minta maaf, Pak. Ara tak ada mengganggu saya," balas Yaya.Bima berdiri dari duduknya dan mendekati Arabella lalu menggendong. Yaya tersenyum melihat itu. Dipikirnya sang bocah pasti sudah mau di tinggalkan. Dia lalu pamit."Pak, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Yaya."Ya, Yaya." Bima hanya menjawab dengan singkat.Yaya lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar, tapi menjelang sampai diambang pintu terdengar teriakan Arabella. Dia menangis minta ikut. Gad

  • BATAL NIKAH   BAB 24

    "Ternyata bocah itu memang menyukaimu secara ugal-ugalan." ucap Laras sambil tersenyum.Yaya tersenyum ke arah Arabella. Bocah cilik itu langsung memeluk Yaya. Karyawan yang lain menatap ke arah gadis itu dengan heran, apa lagi melihat Bima dan mamanya yang berjalan di belakang sang bocah. Sudah pasti langsung terjawab pertanyaan mereka tentang siapa gadis cilik itu, tak lain dan tak bukan pasti keluarganya atasan mereka, walau tak tahu statusnya apa dengan sang bos.Akan tetapi tak seorangpun karyawan yang berani bergosip karena mata Bima yang menatap tajam ke arah mereka. Seperti ingin mengatakan, jika ada yang membicarakan tentang Yaya, maka berhadapan dengannya.Namun, bagi karyawan yang telah lebih dari lima tahun bekerja, tahu siapa bocah itu sehingga menatap Yaya dengan tatapan penuh tanya. Kenapa sang bocah memanggil mami?"Ara, Sayang. Apa kabar?" tanya Yaya dengan tersenyum."Mami, kenapa mami pergi kerja tak bangunkan aku dulu. Aku mau besok Mami tak pergi kerja sebelum aku

  • BATAL NIKAH   BAB 23

    Pagi harinya Arabella kembali berulah. Dia tak mau mandi dan makan. Hal itu membuat Rakha dan mamanya kewalahan. Begitu juga dengan Pak Rangga."Aku mau mami!" teriak Arabella di pagi buta. Dia mencari keberadaan Yaya di setiap sudut rumahnya. Ketika tak menemui keberadaan gadis itu, dia mengamuk dan berteriak."Itu bukan mami kamu, Ara!" ucap Bima dengan suara tak kalah kerasnya. Habis sudah kesabarannya."Mami kamu sudah pergi jauh, tak pernah ingat kamu!" seru Bima lagi.Ucapan Bima membuat Pak Rangga dan Bu Rangga marah. Dia menasehati putranya."Cukup Bima! Mana Ara mengerti dengan ucapanmu itu. Dia pasti akan menjadi sedih karena berpikir maminya tak ingat dia." ucap Mamanya Bima"Memang kenyataan jika maminya tak pernah menginginkan dia. Dan tak pernah ingat anaknya sekalipun. Tak ada keinginan untuk bertemu." balas Bima. "Bukan begitu caranya mengatakan pada anakmu. Dia begitu sejak di ledek temannya jika dia tak punya mami." ucap Pak Rangga.Pak Rangga lalu mencoba mendekati

  • BATAL NIKAH   BAB 22

    Yaya akhirnya berdiri dengan tetap menggendong Arabella. Bocah cilik itu tak mau sedikitpun melepaskan dirinya dari pelukannya.Yaya dan Laras di minta pindah ke meja keluarga. Awalnya mereka ragu, tapi Bu Rangga meyakinkan jika semua tak apa, apa lagi Arabella masih tak mau lepas dari Yaya.Saat sampai di meja keluarga, Yaya lalu mendudukkan Arabella di kursi. Bocah itu langsung memeluk lengan Yaya, takut lepas."Ara mau makan apa?" tanya Ibu Rangga begitu Yaya dan Laras duduk. Cucunya itu duduk dengan merapatkan tubuhnya ke gadis itu."Aku tadi sudah makan di suapin Mami." jawab Arabella.Bima menatap Yaya tanpa kedip mendengar ucapan bocah itu. Dia heran kenapa anaknya sampai memiliki pikiran jika itu maminya. Dan yang makin membuat dia heran karena sang bocah mau makan tanpa paksaan."Kamu makan sama Mami?" tanya Bima tak percaya. Arabella biasanya paling susah makan dan harus dengan rayuan maut barulah dia mau."Iya, Mami suapin dengan ikan," ucap Arabella dengan polosnya.Bu Ran

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status