“Kamu lelah?” tanya profesor menatapku yang terbaring dalam sikap yang tidak menampakkan kesopanan. Kakiku terentang di atas pahanya, tanganku mendarat di atas kepalanya dan sebagian tubuhku menempel di dada dan perutnya. “Sangat.” Jawabku. “Kamu puas?” tanya prfesor membelai payudaraku. “Sangat.” “Kamu squ*rt,” ujar profesor , jemarinya yang panjang memelintir putingku. “Apa itu squ*rt?” tanyaku sambil mendongak kepalaku menatapnya. “Hum, itu seperti orgasm.Pemanasanku membuatmu orgasm. Karena kenikmatan yang kubuat waktu pemanasan. Kamu orgasm lagi setelah aku memasukimu.” “He.Eh.. sempat membuatku syok sehingga seluruh tubuhku bergetar, kakiku capek karena terus kugesek-gesek di sprei.” Profesor Black menatapku, memelukku lalu mengangkat tubuhku, kami menuju ke kamar mandi.Profesor menyalakan shower, aku memejamkan mataku ketika air hangat membasahi wajah dan seluruh tubuhku. Aku merasakan tangan profesor menyabuni wajahku dengan gel pembersih muka, menyamponi rambutku ke
Profesor baru saja menyelesaikan kuliahnya di kelasku, hari Jum’at malam Sabtu , hari yang ditunggu mahasiswa karena akan menikmati weekend. Aku membuka ponselku, siapa tahu ada pesan profesor mengajakku makan malam atau menyuruhku pulang cepat ke apartemen. Tidak ada, aku memutuskan ke perpustaan mengambil beberapa buku untuk kubaca selama week end. Aku menyusuri lorong kelas menuju ke perpustakaan sambil membuka ponselku sekali lagi, siapa tahu profesor menelpon atau mengirim pesan. Dia akan marah jika aku terlambat mengangkat poselku atau membalas pesannya. Sedang berjalan aku mendengar suara seorang mahasiswi,”The foreign student is heading here.” Aku tidak menggubrisnya karena aku tidak menyangka bahwa aku yang dimaksudkan. “Seems arrogant.” Terdengar suara mahasiswi lain. “Maybe she’s not fluent in English language. She always opened dictionary.” Aku melewati mereka, tersenyum kepada mereka lalu meneruskan perjalananku ke perpustakaan. Aku merasakan ada seseorang berjalan
Cincin merupakan simbol ikatan dua orang yang mengikat janji, entah bertunangan atau menikah. Cincin yang tersemat cantik di jari manisku dari emas putih polos terlihat tidak mencolok itu bukan ikatan janji antara diriku denganprofesor, tapi tanda ikatan bahwa aku terikat padanya, aku miliknya dan hanya setia pada profesor Thomas Black, Ph.D. “Mengapa cincin ini hanya untukku?” tanyaku. “Untuk mengikatmu. Kau katakan sudah menikah, harus ada tanda agar si Filipino, Prof. Owen dan pria-pria lain tidak lagi mengganggumu.” “Jadi hanya aku yang terikat dengan profesor? Profesor bisa lepas bebas ?” tanyaku menahan emosi. “Kalau cincin kita sama, mereka pikir kami bertunangan. Aku tidak ingin ada rumor yang beredar di kampus bahwa kita punya hubungan khusus.” “Apakah masalah jika kita punya hubungan khusus?” tanyaku. “Hum, tidak masalah hanya aku tidak mau.” “Baiklah! Kamu takut reputasimu di depan kolegamu dan teras depan universitas bisa mengganggu karirmu. “kataku langsung menutup
Selesai kuliah malam profesor Math Larney,Ph.D aku menuju ke ruang kerja profesor ingin meminta pendapat profesor buku referensi apa yang tepat untuk menyusun tesisku. Aku sudah mengadakan penelitian di perusahaan yang ditunjuk pihak kampus. Profesor Thomas Black, Ph.D adalah dosen pembimbingku. Pemilihan topik, penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data sudah ditanganku. Untuk menyusun analisis data aku masih membutuhkan buku penunjang. Aku menyelusuri lorong yang agak gelap, semua ruang kerja sudah gelap yang masih menyala ruang kerja profesor Black. Aku melihat pintu terbuka sedikit, tidak tertutup rapt, tidak biasanya profesor membiarkan pintunya terbuka sedikitpun. Aku mengintip ke dalam siapa sedang bersama profesor, membuatku dengan mudah melihat ke dalam. Profesor sedang duduk di kursi kerajaannya seorang wanita cantik berlutut di depan profesor. “Hum, siapa wanita cantik itu?” batinku, mengapa dia membungkuk, apakah ada kesalahan yang dibuatnya? Batinku. Aku maju
Kilat mata profesor menyiratkan sesuatu yang tidak dapat kuprediksi membuatku waswas. Tanda sadar aku melangkah mundur. “Aku tidak mengancam,” kataku menunjukkan koper dan beberapa tas berisi buku-buku . “Sudah kau pikirkan untuk keluar dari apartemenku?” tanyanya. “Hum, aku tidak berhak masuk kembali.” Kataku lugas. Profesor memandangku dengan tatapan datar dan dingin,” Berarti hubungan kita berakhir?” tanyanya. “Hubungan sebagai dosen dan mahasiswi tetap berlanjut, profesor tetap dosen pembimbingku tapi hubungan saling meledakkan putus.” Kataku. “Bagaimana kalau aku tidak mau menjadi dosen pembimbingmu?” ancamnya. “Nice threat! “ jawabku. Profesor terkejut mendengar ucapanku, dengan senyum miringnya dia menatapku ,”Kutebak kau pasti bingung memikirkan siapa yang kau rayu untuk menjadi dosen pembimbingmu?” “Mengapa aku harus bingung? Profesor Owen bersedia menjadi dosen pembimbingku. Dia pernah menawarkannya tapi aku belum memberi jawabannya. Nanti aku menelponnya dan menga
Tinggal bersama profesor hampir dua tahun, rutinitasku kampus, perpustakaan, café atau resto, tentu bersama profesor kamar mandi, kamar tidur apartemen , pasti bersama profesor berakhir di springbed ukuran large . Entah malam, pagi atau siang aku dan profesor sibuk memenuhi kebutuhan primer kami yang kami salurkan dengan baik, indah dan menyenangkan. Sejak tidak tinggal bersama rutinitisku berubah, kampus, perpustakaan,swalayan di bawah asrama, mencari pengganjal perut kemudian tidur di tempat tidur single, menatap langit-langit kamar ukuran 4x3 meter, berimbas dengan khayalan pada sosok profesor, khayalan jemari profesor, bibir profesor dan miliknya yang extraordinary dan kurang ajarnya tampil setiap episode membuatku masuk dalam halusinasi. Selama hidup bersama profesor, kami mampu merajut keintiman secara phisik dan s*ksual membuat kami ketagihan. Aku rindu pelukan, belaian, pagutan yang membuat kami mendesah, mengerang dan memekik riang ketika puncak kenikmatan menyembul dar
Selama menjalin hubungan dengan profesor Black aku tahu bahwa hubungan kita hanya hubungan kebutuhan. Kami saling memperhatikan kebutuhan satu sama lain,kadang-kadang saling merindukan, bagiku merindukannya hanya tubuhnya bukan hatinya dan aku rasa demikian juga dengan profesor Black . Waktu dia memintaku tidak meninggalkannya dengan alasan bahwa dia mencintaiku, aku masih ragu dengan pernyataannya, bagiku profesor hanya memainkan perasaanku, dia tahu kelemahanku. Mendengar cerita si Filipino dan profesor Owen aku takut menemui profesor Black, takut aku jatuh kasihan dan kembali tinggal bersamanya. Tapi mengingat tesisku aku berusaha mengalahkan rasa takutku dengan tetap menemui profesor Black. Mungkin dia menjadi depressed bukan karenanku tapi karena Davina, mengapa tadi profesor Owen terlihat linglung meninggalkan ruang kelas setelah mendengar dariku tentang Davina? Apakah mereka di samping merebutkan kedudukan Dekan juga memperebutkan Davina? Maybe, jawabku dalam hati. Aku mengetu
Penguasaan dan pertanggungjawabanku atas penelitian tesisku.dihadapan tim penguji yang kebanyakanadalah profesor, termasuk profesor Thomas Black,Ph.D. sebagai pembimbingku. Aku wajib membuat tesis dalam bahasa Inggris,profesor Black sangat membantu aku menempatkan grammar dan bahasa ilmiah yang tepat. Aku akhirnya dinyatakan lulus tanpa perbaikan dan lulus dengan nilai yang membuat profesor Black puas. Ketika upacara pengumuman, profesor Black mendekatiku,” Aku tunggu di apartemen , “ bisikknya menyalamiku sambil tersenyum penuh arti. Aku memanggil taksi menuju ke apartemen profesor Black, aku ingin mengucapkan terima kasih atas kesetiaannya membimbingku sambil memikirkan hadiah apa yang akan kuberikan. Di walk in closetnya semua barang-barang mewah, aku tidak sanggup membelinya.Hum, mungkin aku mengajaknya makan malam di retoran? Batinku . Tak terasa aku sampai di apartemen profesor Blacl, aku menekan jariku dan pintu terbuka. Profesor sedang duduk di sofa rupanya dia menunggu