California terkenal deengan iklim Mediterania yang hangat dan cuaca musiman muson, karenanya aku memilihUniversitas California,Los Angeles, Westwood, tempat aku menempuh pasca sarjana.Pagi hari aku mencoba mengenal lingkungan sekitar asrama. Asrama ini memiliki ruang tinggal sendiri. Jika aku mempunyai teman serta bisa mengontrol keuanganku aku berencana menyewa apartemen dengan satu kamar, aku berencana tidak ingin popular di antara mahasiswa pasca sarjana, takut identitasku bisa terlacak oleh daddy. Aku baca di media sosial, Westwood adalah salah satu daerah teraman di Los Angeles memudahkan aku bisa beraktivitas di luar jam kuliah karena merasa aman. Aku tinggal di Asosiasi Perumahan Koperasi Universitas, yang terletak dua blok dari kampus. Dari asrama aku keluar lingkungan asrama mencari restoran,café, toko atau supermarket jika suatu waktu aku membuthkan sesuatu aku tidak bingung dan pusing mencarinya. Seharian aku mengelilingi daerah sekitar kampus dan asrama. Beberapa mahasisw
Tidak ada jawaban , aku mengetuk dua kali. Sesuai tata karma aku tidak mengetuk menunggu sekian detik untuk mengetuk lagi. Dari belakang tubuhku seseorang mengulurkan tangan untuk menggapai gagang pintu. Aku kaget melihat tangan berbulu lebat menyentuh lenganku yang akan mengetuk pintu kembali. Aku menoleh ke belakang.Profesor Black mengurungku dari belakang, punggungku seakan bersentuhan dengan dadanya yang bidang. Aku terkejut membuatku terpaku ketika secara tiba-tiba professor sudah ada di belakangku kami saling menatap, mata biru bercampur hijau menatapku lekat-lekat, kami bagaikan akan berciuman,“Aku dipanggil bapak rektor,”hangat napasnya menggerilya di daun telingaku,”Masuklah, jangan bingung nanti mereka kira kita akan berpacaran di depan pintu ruang kerjaku.”Pintu terbuka, aku masih belum bisa menguasai diriku karena professor Black masih ada di belakangku, aroma musk kembali berseliweran di hidungku, membuat jantungku berdegub kencang dan sesuatu yang aku tahu sangat ber
Profesor menatapku lekat,”Kita lakukan pemanasan di sin, kamu setuju?” bisiknya persis di gendang telingku membuatku menggelinjang. “Hum.”Kataku manja. Profesor tersenyum , senyum yang sangat kusukai,” Prof, kamu sopan banget,” “Tadi kita sepakat, tidak ada pelecehan, tidak ada kekerasan…” Bibir s*ksi profesor melumat bibirku, ada kehangatan dalam menciumku, kami saling mencium , saling melumat dan saling tukar menukar saliva.Aku sudah beberapa kali merasakan ciuman daddy, tapi dengan profesor baru pertama kalinya. Tangan kokoh profesor memeluk erat pinggangku, membuat tubuhku terdorong ke atas membuat bibir kami bertautan lebih erat. Akupun melingkari leher kokoh profesor, tanpa malu-malu aku menyelipkan lidahku di sela ciuman liar kami. Tangan profesor berpindah, kedua tangan kokoh itu memegang sisi pinggang rampingku, perlahan naik , naik dan naik terus, membuat gairah mulai merayap , akupun mengerang nikmat. “Ahh..” Tangan kokoh membuka blusku, membuka pengait braku dan mele
Aku memandang lelaki yang tidur lelap di sampingku, tangannya tetap memelukku. Membuat aku tidak bisa beringsut dari tubuhnya. Perlahan-lahan aku memegang tangannya agar pelukannya lepas, malah sekarang dia membalikkan badannya membelit tubuhku. Aku menghela napas dalam-dalam, tiba-tiba matanya terbuka,”Jangan bangun, aku masih ingin memelukmu dan menyusu.” Aku menatapnya, kemudian seperti anak kecil, profesor mendaratkan wajahnya di antara kedua lekukan payudaraku,menjilat dan menggugam kata-kata yang tidak kumengerti. Setelah bibirnya menyesap putingku dan menghisapnya agar air susunya keluar. “Aku tidak pernah merasakan air susu ibu.” Bisiknya parau lalu meneruskan hisapannya. “Hum, ibumu tidak bisa keluar air susunya?” tanyaku membelai rambutnya. “Aku tidak mempunyai ibu.” Aku tertawa perlahan,”Lalu dari mana kau lahir?” Profesor memberhentikan hisapannya, menatapku lekat-lekat, “Aku dibuang di panti asuhan.” “Oh!” seruku. Profesor membaringkan badannya di sampingku, sambi
“Kamu lelah?” tanya profesor menatapku yang terbaring dalam sikap yang tidak menampakkan kesopanan. Kakiku terentang di atas pahanya, tanganku mendarat di atas kepalanya dan sebagian tubuhku menempel di dada dan perutnya. “Sangat.” Jawabku. “Kamu puas?” tanya prfesor membelai payudaraku. “Sangat.” “Kamu squ*rt,” ujar profesor , jemarinya yang panjang memelintir putingku. “Apa itu squ*rt?” tanyaku sambil mendongak kepalaku menatapnya. “Hum, itu seperti orgasm.Pemanasanku membuatmu orgasm. Karena kenikmatan yang kubuat waktu pemanasan. Kamu orgasm lagi setelah aku memasukimu.” “He.Eh.. sempat membuatku syok sehingga seluruh tubuhku bergetar, kakiku capek karena terus kugesek-gesek di sprei.” Profesor Black menatapku, memelukku lalu mengangkat tubuhku, kami menuju ke kamar mandi.Profesor menyalakan shower, aku memejamkan mataku ketika air hangat membasahi wajah dan seluruh tubuhku. Aku merasakan tangan profesor menyabuni wajahku dengan gel pembersih muka, menyamponi rambutku ke
Profesor baru saja menyelesaikan kuliahnya di kelasku, hari Jum’at malam Sabtu , hari yang ditunggu mahasiswa karena akan menikmati weekend. Aku membuka ponselku, siapa tahu ada pesan profesor mengajakku makan malam atau menyuruhku pulang cepat ke apartemen. Tidak ada, aku memutuskan ke perpustaan mengambil beberapa buku untuk kubaca selama week end. Aku menyusuri lorong kelas menuju ke perpustakaan sambil membuka ponselku sekali lagi, siapa tahu profesor menelpon atau mengirim pesan. Dia akan marah jika aku terlambat mengangkat poselku atau membalas pesannya. Sedang berjalan aku mendengar suara seorang mahasiswi,”The foreign student is heading here.” Aku tidak menggubrisnya karena aku tidak menyangka bahwa aku yang dimaksudkan. “Seems arrogant.” Terdengar suara mahasiswi lain. “Maybe she’s not fluent in English language. She always opened dictionary.” Aku melewati mereka, tersenyum kepada mereka lalu meneruskan perjalananku ke perpustakaan. Aku merasakan ada seseorang berjalan
Cincin merupakan simbol ikatan dua orang yang mengikat janji, entah bertunangan atau menikah. Cincin yang tersemat cantik di jari manisku dari emas putih polos terlihat tidak mencolok itu bukan ikatan janji antara diriku denganprofesor, tapi tanda ikatan bahwa aku terikat padanya, aku miliknya dan hanya setia pada profesor Thomas Black, Ph.D. “Mengapa cincin ini hanya untukku?” tanyaku. “Untuk mengikatmu. Kau katakan sudah menikah, harus ada tanda agar si Filipino, Prof. Owen dan pria-pria lain tidak lagi mengganggumu.” “Jadi hanya aku yang terikat dengan profesor? Profesor bisa lepas bebas ?” tanyaku menahan emosi. “Kalau cincin kita sama, mereka pikir kami bertunangan. Aku tidak ingin ada rumor yang beredar di kampus bahwa kita punya hubungan khusus.” “Apakah masalah jika kita punya hubungan khusus?” tanyaku. “Hum, tidak masalah hanya aku tidak mau.” “Baiklah! Kamu takut reputasimu di depan kolegamu dan teras depan universitas bisa mengganggu karirmu. “kataku langsung menutup
Selesai kuliah malam profesor Math Larney,Ph.D aku menuju ke ruang kerja profesor ingin meminta pendapat profesor buku referensi apa yang tepat untuk menyusun tesisku. Aku sudah mengadakan penelitian di perusahaan yang ditunjuk pihak kampus. Profesor Thomas Black, Ph.D adalah dosen pembimbingku. Pemilihan topik, penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data sudah ditanganku. Untuk menyusun analisis data aku masih membutuhkan buku penunjang. Aku menyelusuri lorong yang agak gelap, semua ruang kerja sudah gelap yang masih menyala ruang kerja profesor Black. Aku melihat pintu terbuka sedikit, tidak tertutup rapt, tidak biasanya profesor membiarkan pintunya terbuka sedikitpun. Aku mengintip ke dalam siapa sedang bersama profesor, membuatku dengan mudah melihat ke dalam. Profesor sedang duduk di kursi kerajaannya seorang wanita cantik berlutut di depan profesor. “Hum, siapa wanita cantik itu?” batinku, mengapa dia membungkuk, apakah ada kesalahan yang dibuatnya? Batinku. Aku maju