Tidak ada jawaban , aku mengetuk dua kali. Sesuai tata karma aku tidak mengetuk menunggu sekian detik untuk mengetuk lagi. Dari belakang tubuhku seseorang mengulurkan tangan untuk menggapai gagang pintu. Aku kaget melihat tangan berbulu lebat menyentuh lenganku yang akan mengetuk pintu kembali. Aku menoleh ke belakang.Profesor Black mengurungku dari belakang, punggungku seakan bersentuhan dengan dadanya yang bidang. Aku terkejut membuatku terpaku ketika secara tiba-tiba professor sudah ada di belakangku kami saling menatap, mata biru bercampur hijau menatapku lekat-lekat, kami bagaikan akan berciuman,“Aku dipanggil bapak rektor,”hangat napasnya menggerilya di daun telingaku,”Masuklah, jangan bingung nanti mereka kira kita akan berpacaran di depan pintu ruang kerjaku.”Pintu terbuka, aku masih belum bisa menguasai diriku karena professor Black masih ada di belakangku, aroma musk kembali berseliweran di hidungku, membuat jantungku berdegub kencang dan sesuatu yang aku tahu sangat ber
Profesor menatapku lekat,”Kita lakukan pemanasan di sin, kamu setuju?” bisiknya persis di gendang telingku membuatku menggelinjang. “Hum.”Kataku manja. Profesor tersenyum , senyum yang sangat kusukai,” Prof, kamu sopan banget,” “Tadi kita sepakat, tidak ada pelecehan, tidak ada kekerasan…” Bibir s*ksi profesor melumat bibirku, ada kehangatan dalam menciumku, kami saling mencium , saling melumat dan saling tukar menukar saliva.Aku sudah beberapa kali merasakan ciuman daddy, tapi dengan profesor baru pertama kalinya. Tangan kokoh profesor memeluk erat pinggangku, membuat tubuhku terdorong ke atas membuat bibir kami bertautan lebih erat. Akupun melingkari leher kokoh profesor, tanpa malu-malu aku menyelipkan lidahku di sela ciuman liar kami. Tangan profesor berpindah, kedua tangan kokoh itu memegang sisi pinggang rampingku, perlahan naik , naik dan naik terus, membuat gairah mulai merayap , akupun mengerang nikmat. “Ahh..” Tangan kokoh membuka blusku, membuka pengait braku dan mele
Aku memandang lelaki yang tidur lelap di sampingku, tangannya tetap memelukku. Membuat aku tidak bisa beringsut dari tubuhnya. Perlahan-lahan aku memegang tangannya agar pelukannya lepas, malah sekarang dia membalikkan badannya membelit tubuhku. Aku menghela napas dalam-dalam, tiba-tiba matanya terbuka,”Jangan bangun, aku masih ingin memelukmu dan menyusu.” Aku menatapnya, kemudian seperti anak kecil, profesor mendaratkan wajahnya di antara kedua lekukan payudaraku,menjilat dan menggugam kata-kata yang tidak kumengerti. Setelah bibirnya menyesap putingku dan menghisapnya agar air susunya keluar. “Aku tidak pernah merasakan air susu ibu.” Bisiknya parau lalu meneruskan hisapannya. “Hum, ibumu tidak bisa keluar air susunya?” tanyaku membelai rambutnya. “Aku tidak mempunyai ibu.” Aku tertawa perlahan,”Lalu dari mana kau lahir?” Profesor memberhentikan hisapannya, menatapku lekat-lekat, “Aku dibuang di panti asuhan.” “Oh!” seruku. Profesor membaringkan badannya di sampingku, sambi
“Kamu lelah?” tanya profesor menatapku yang terbaring dalam sikap yang tidak menampakkan kesopanan. Kakiku terentang di atas pahanya, tanganku mendarat di atas kepalanya dan sebagian tubuhku menempel di dada dan perutnya. “Sangat.” Jawabku. “Kamu puas?” tanya prfesor membelai payudaraku. “Sangat.” “Kamu squ*rt,” ujar profesor , jemarinya yang panjang memelintir putingku. “Apa itu squ*rt?” tanyaku sambil mendongak kepalaku menatapnya. “Hum, itu seperti orgasm.Pemanasanku membuatmu orgasm. Karena kenikmatan yang kubuat waktu pemanasan. Kamu orgasm lagi setelah aku memasukimu.” “He.Eh.. sempat membuatku syok sehingga seluruh tubuhku bergetar, kakiku capek karena terus kugesek-gesek di sprei.” Profesor Black menatapku, memelukku lalu mengangkat tubuhku, kami menuju ke kamar mandi.Profesor menyalakan shower, aku memejamkan mataku ketika air hangat membasahi wajah dan seluruh tubuhku. Aku merasakan tangan profesor menyabuni wajahku dengan gel pembersih muka, menyamponi rambutku ke
Profesor baru saja menyelesaikan kuliahnya di kelasku, hari Jum’at malam Sabtu , hari yang ditunggu mahasiswa karena akan menikmati weekend. Aku membuka ponselku, siapa tahu ada pesan profesor mengajakku makan malam atau menyuruhku pulang cepat ke apartemen. Tidak ada, aku memutuskan ke perpustaan mengambil beberapa buku untuk kubaca selama week end. Aku menyusuri lorong kelas menuju ke perpustakaan sambil membuka ponselku sekali lagi, siapa tahu profesor menelpon atau mengirim pesan. Dia akan marah jika aku terlambat mengangkat poselku atau membalas pesannya. Sedang berjalan aku mendengar suara seorang mahasiswi,”The foreign student is heading here.” Aku tidak menggubrisnya karena aku tidak menyangka bahwa aku yang dimaksudkan. “Seems arrogant.” Terdengar suara mahasiswi lain. “Maybe she’s not fluent in English language. She always opened dictionary.” Aku melewati mereka, tersenyum kepada mereka lalu meneruskan perjalananku ke perpustakaan. Aku merasakan ada seseorang berjalan
Cincin merupakan simbol ikatan dua orang yang mengikat janji, entah bertunangan atau menikah. Cincin yang tersemat cantik di jari manisku dari emas putih polos terlihat tidak mencolok itu bukan ikatan janji antara diriku denganprofesor, tapi tanda ikatan bahwa aku terikat padanya, aku miliknya dan hanya setia pada profesor Thomas Black, Ph.D. “Mengapa cincin ini hanya untukku?” tanyaku. “Untuk mengikatmu. Kau katakan sudah menikah, harus ada tanda agar si Filipino, Prof. Owen dan pria-pria lain tidak lagi mengganggumu.” “Jadi hanya aku yang terikat dengan profesor? Profesor bisa lepas bebas ?” tanyaku menahan emosi. “Kalau cincin kita sama, mereka pikir kami bertunangan. Aku tidak ingin ada rumor yang beredar di kampus bahwa kita punya hubungan khusus.” “Apakah masalah jika kita punya hubungan khusus?” tanyaku. “Hum, tidak masalah hanya aku tidak mau.” “Baiklah! Kamu takut reputasimu di depan kolegamu dan teras depan universitas bisa mengganggu karirmu. “kataku langsung menutup
Selesai kuliah malam profesor Math Larney,Ph.D aku menuju ke ruang kerja profesor ingin meminta pendapat profesor buku referensi apa yang tepat untuk menyusun tesisku. Aku sudah mengadakan penelitian di perusahaan yang ditunjuk pihak kampus. Profesor Thomas Black, Ph.D adalah dosen pembimbingku. Pemilihan topik, penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data sudah ditanganku. Untuk menyusun analisis data aku masih membutuhkan buku penunjang. Aku menyelusuri lorong yang agak gelap, semua ruang kerja sudah gelap yang masih menyala ruang kerja profesor Black. Aku melihat pintu terbuka sedikit, tidak tertutup rapt, tidak biasanya profesor membiarkan pintunya terbuka sedikitpun. Aku mengintip ke dalam siapa sedang bersama profesor, membuatku dengan mudah melihat ke dalam. Profesor sedang duduk di kursi kerajaannya seorang wanita cantik berlutut di depan profesor. “Hum, siapa wanita cantik itu?” batinku, mengapa dia membungkuk, apakah ada kesalahan yang dibuatnya? Batinku. Aku maju
Kilat mata profesor menyiratkan sesuatu yang tidak dapat kuprediksi membuatku waswas. Tanda sadar aku melangkah mundur. “Aku tidak mengancam,” kataku menunjukkan koper dan beberapa tas berisi buku-buku . “Sudah kau pikirkan untuk keluar dari apartemenku?” tanyanya. “Hum, aku tidak berhak masuk kembali.” Kataku lugas. Profesor memandangku dengan tatapan datar dan dingin,” Berarti hubungan kita berakhir?” tanyanya. “Hubungan sebagai dosen dan mahasiswi tetap berlanjut, profesor tetap dosen pembimbingku tapi hubungan saling meledakkan putus.” Kataku. “Bagaimana kalau aku tidak mau menjadi dosen pembimbingmu?” ancamnya. “Nice threat! “ jawabku. Profesor terkejut mendengar ucapanku, dengan senyum miringnya dia menatapku ,”Kutebak kau pasti bingung memikirkan siapa yang kau rayu untuk menjadi dosen pembimbingmu?” “Mengapa aku harus bingung? Profesor Owen bersedia menjadi dosen pembimbingku. Dia pernah menawarkannya tapi aku belum memberi jawabannya. Nanti aku menelponnya dan menga
“Oom Herku bangunlah, Tuhan masih menjaga anakku, Adhie sudah selamat,”Ujarku.Adhie sudah berhenti menangis, menatap Oom Herku, “Adhie yang salah Oom, Adhie maksa Oom Darman jalan kaki ke gerai ayam goreng,”Ucap Adhie , melepaskan pelukannya berlari ke Oom Herkules, mengajaknya berdiri Ada rasa aku diabaikan ketika Adhie langsung memeluk Oom Herku, aku berusaha tahu diri. Sejak kecil Adhie sudah dalam asuhan Oom Herku, bukan aku. Dissat dia membutuhkan kekuatan dua orang yang dicarinya, daddy dan Oom Herkles. ”Kok Adhie bisa diculik, diculik di sekolah?” tanya Oom Herkules dengan lembut. “Oom Darman dan aku diculik ketika kami akan ke restoran ayam goreng sambil menunggu Oom Herkules jemput kami. Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan kami, beberapa orang turun menyergap Oom Darman yang langsung pingsan. Ada satu orang lagi ingin menyergap Adhie tapi Adhie tendang selangkangannya seperti yang daddy ajar, lalu lari sekencang-kencangnya sambil berteriak ,penculik!penculik! Akhirny
Sidang ibu Dewitasari sudah berlangsung demikian juga sidang ujaran kebencian dan pencemaran nama baik masih berlangsung, aku hadir sebagai korban. Kedua sidang menjadi viral di media sosial dan media elektronik karena menyangkut dua nama perusahaan yang terkenal , nama keluarga Hadipranoto yang terkenal sebagai pengusaha sukses yang mampu membuat dua perusahaan diakui keberadaannya.Sidang penghinaan dan pencemaran nama baik terungkap bahwa postingan ibu Kasmawati menyebut jika korban merupakan wanita yang tidak terhormat dan perebut suami orang. Dakwaan jaksa dibantah ibu Kasmawati,” Bukan saya yang mengatakan, saya korban, handphone saya yang dipakai oleh Sari.”Sempat terjadi kericuhan dalam sidang karena dua terdakwa saling menyalahkan. Akhirnya sidang ditunda selama seminggu.Demikian juga sidang ibu Dewitasari, fakta persidangan diketahui bahwa korban, sekuriti PT.Mecu Banun Persada mengalami luka tusukan karena melindungi isteri pemilik PT.Mercu Bangun Persada sehingga pungg
Kedatangan mama membuat suasana rumah menjadi hangat.Mama yang lembut dan penyayang membuat Adhie betah tinggal di rumah. Bukan memanjakan, tapi mama sangat telaten mendengar cerita Adhie tentang aktivitasnya di sekolah, di karate dan les piano. Akupun menggunakan kesem patan membicarakan tawaran pak Koswara.“Apakah Jeje menerimanya?” tanya mama.“Sebenarnya…”“Bukan itu jawaban yang mama kehendaki. Ya atau tidak. Setelah itu jelaskan mengapa memilih Ya dan mengapa memilih Tidak.”Kata mama tegas sambil menatap mataku lekat-lekat ,ciri khas mama jika ingin mengetahui apa isi hatiku. Kadang-kadang mama seperti cenayang , belum kuutarakan mama sudah mengetahui isi hatiku.“Hmm, iya. Tawaran yang menarik, sulit untuk Jeje tolak. Ada kesempatan bagi Jeje mengembangkan ilmu yang Jeje peroleh selama kuliah.”“Lalu masalahnya?”“Anak-anak.” Jawabku.“Suamimu?”“Dia malah menyarankan.”“Take it!” Ujar mama.Mama melihat ada yang ingin kusampaikan, tapi berat untuk menyatakannya.“Mama mengata
Menjadi isteri dan ibu bukanlah impianku. Impianku adalah mendapat gelar doktor kemudian menjadi dosen di universitas terkenal.Ketika aku kembali dalam pelukan daddy sugar yang kemudian menjadi suamiku, impianku ternyata tidak terwujud. Gelar doktor hanya menjadi kebanggaan keluargaku karena dengan gelar itu aku terkenal sebagai doktor di kompleks tempat keluargaku tinggal, ditambah lagi aku menikah dengan orang kaya semakin menaikkan derajat mama di kompleks perumahan.Itulah yang menjadi sebab mamanya Sari dan mamanya Wishnu merasa tersaingi oleh gelar doktor yang ditambahkan di belakang namaku dan kemewahan yang diperoleh mama bukan dariku tapi dari suamiku. Dia memanjakan mama dengan membeli rumah minimalis super mewah lengkap dengan perabotannya. Kartu debit yang diberikan kepada mama membuat mama bisa beli apa yang menjadi keinginannya.Akupun tidak luput dari kemanjaan yang diberikan oleh suamiku. Aku tidak suka membeli baju, tas, sepatu dan sandal ber merek. bagiku itu bukan in
Suamiku sungguh pandai memuaskan diriku. Kami melakukannya di sofa tunggal dengan pose yang disukai suamiku. Setelah melepaskan hasrat dan gairah kami, suamiku menggendongku kemudian membaringkanku di ranjang , akupun tertidur pulas.Suara dengkur membangunkanku. Aku menatap wajah yang dekat dengan wajahku. Mata yang terpejam di atas alis yang tebal. Hidungnya yang mancung , bibir tebal yang mampu membuatku mendesah dan meminta lebih. Aku merasakan napasnya bercampur dengan napasku, “Aku mencintaimu Bulu Sriyanto,” bisikku .Aku mengusap dadanya, meletakkan kepalaku di dadanya, jantungnya berdetak perlahan kemudian berdetak kencang, apakah detak jantungku atau detak jantung suamiku yang berdetak kencang ?Aku menatap suamiku yang masih terlelap, kemudian mengarahkan tanganku ke perut roti sobek . Masih berotot karena suamiku rajin berolahraga, batinku bermonolog sendirian sambil terus meraba tubuh suamiku, mengagumi tubuh polos yang tertidur lelap.Setelah mengagumi suamiku akup
Percintaan kami berawal dari hubungan terlarang yang mengobarkan bara api yang sulit dipadamkan malah membuatku semakin terobsesi padanya. Kebohongan membuat bara api cinta terlarangku padam bagaikan disiram air , kamipun berpisah , tanpa saling komunikasi.Jauh dilubuk hati kami masih tersimpan cinta terlarang . Setelah berpisah bertahun-tahun ,hembusan angin sorga menyatukan cinta terlarang kami. Cinta kami sekarang bukan bara cinta terlarang telah berubah menjadi api cinta di dada kami. Aku sangat mencintai suamiku, demikian juga suamiku. Kami sulit dipisahkan apalagi kalau kami sedang melakukan hubungan romantis maupun hubungan non romantis. Di ranjang, di kantor bahkan dimanapun kami berada kami akan menyatukan tangan kami sebagai tanda bahwa kami adalah satu.Keromantisan kami ditanggapi aneka macam tanggapan, ada yang iri, ada yang merasa kami sangat over acting bahkan ada yang mengatakan sebagai pencitraan pasangan bahagia. Kami tidak pusing yang kami tahu kami saling menci
Aku terus bersujud memohon penampunan atas dosa-dosa masa lampau. Aku membuat perjanjian dengan Tuhan, Tuhan aku berjanji akan menjadi isteri yang baik bagi suamiku jika dia selamat. Menjadi ibu yang baik bagi anak-anak titipanMu kepada ku. Aku dan suamiku berjanji akan menolong orang yang tidak mampu dari rejeki yang Engkau berikan kepada kami. Tuhan, satu permintaanku, selamatkan suamiku. Jangan dulu ambil suamiku. Tuhan, please jangan ambil suamiku. Air mataku terus mengalir , aku tidak menghiraukan kubiarkan saja mengalir, sebagai konsekwensi pilihanku untuk tidak menjerit. Biarlah airmataku saja yang mengalir. Pintu kamar terbuka, mama yang melihatku bersujud di lantai membiarkanku menyelesaikan sembah sujudku ke hadapan Sang Penyelenggara Ilahi. Setelah melihatku tenang dan duduk, mama mendekatiku, membelai punggungku,”Bangunlah , kuatkan dirimu nak,”bisiknya di telingaku. Sekejab aku rasanya tidak mampu bernapas, jantungku berdebar kencang seolah ingin meloncat ke luar dari
Ketika aku sedang menyusui bayiku, ponselku berbunyi, “ Dari nak Sriyanto,”kata mama.Aku bingung menerima atau tidak menerima telepon suamiku, karena sedang menyusui bayiku. Aku mengalami kesulitan karena baru pertama kali aku memberi ASI , dulu Adhie aku tidak menyusuinya karena setelah aku melahirkannya kami dipaksa pisah.“Ma, tolong video call, aku ingin papanya melihat anak kita,”kataku sambil mendekap bayiku dengan menopang tubuhnya pada pangkuanku.Mama membantuku, memasang video call dengan tepat agar suamiku bisa melihat bayi kita. Aku merobah posisi dengan menyandarkan punggung pada sebuah bantal yang disandarkan di sofa Kemudian posisikan kepala bayi sejajar dengan dadaku, bayiku menemukan puting payudara lalu memasukkan bibir kecilnya ke putingku.“Ma, sedang menyusui?” tanya suamiku.“Iya, papa bisa melihat bayi kita?” tanyaku.“Bisa, mmm… rakus banget.” Kata suamiku.Aku menatap ke mama, minta ponselku. Rupanya mama tahu aku ingin bicara pribadi dengan suamiku. Meskipu
Aku terbangun merasakan mulas antara sakit perut biasa atau adanya kontraksi diikuti rasa ingin buang air kecil .Nyeri pada bagian perut, punggung, pangkal paha, dan kram. Dengan susah payah aku bangun ingin buang air kecil di kamar mandi. Sulit rasanya menggerakkan tubuhku , biasanya suami yang mengangkat tubuhku kemudian menggendongku jika akan ke kamar mandi.“Papa…” desisku“Bantu mama….” Kataku ingin rasanya menangis , orang yang kucintai tidak bisa menolongku karena jauh di sana.Butuh perjuangan untuk dapat duduk, aku merasakan celana dalamku basah. Dengan berpegangan pada tembok aku masuk ke kamar mandi, membuka celana . Betapa kagetnya aku melihat lendir kental berwarna agak merah keluar dari v***naku.“Apakah sudah saatnya aku melahirkan?” Bisikku.“Oh Tuhan.Tunda dulu , jangan sekarang, suamiku belum pulang,” bisikku menahan rasa nyeri yang amat sangat.Ketika kembali ke kamar tidur aku merasakan kontraksi lagi. Nyeri di punggung semakin membuatku ingin menjerit.“Tuhan,