Hampir tidak ada yang ditakuti oleh Dominic. Ia bisa mengatasi kesedihan dan ketakutannya saat kedua orang tuanya meninggal akibat diracuni. Ia bahkan tidak gentar saat menunjuk pelaku pembunuhan dan memang benar orang tersebut adalah pelakunya.
Tetapi, ia takut melihat Wyatt yang tersenyum seolah tidak ada hal apapun yang bisa membuatnya gentar. Bahkan Wyatt selalu bisa menjawab semua pertanyaan dengan sarkasme yang penuh dengan kutukan. Kepala Dominic langsung memberi peringatan keras perihal Wyatt.
Pria ini gila!
“Aku memiliki saran untukmu, Wyatt! Aku harap kamu tidak terjerumus pada perasaan yang bahkan tidak bisa kamu pastikan!” Jika Wyatt gila makan Dominic hanya perlu membuatnya waras saja. Ia telah menjadi waras untuk segala hal.
Wyatt tersenyum lagi mendengarnya, mengangguk tanpa mengatakan reaksi dari nasehat yang diberikan Dominic. Malahan pria itu pamit pergi kembali ke kursi yang sejak tadi ditinggalkan. “Say
“Aku khawatir sekali padamu, Azzar! Apa aku sudah membuatmu mendapatkan masalah?” Begitu melihat Azzar setelah tiga hari, Esme langsung berlari ke halaman, meninggalkan semua benda yang ingin dibawa. Ia memperhatikan dengan saksama tubuh Azzar yang mendadak menjadi kurus. “Apa kamu sakit?”Azzar, asisten pribadi Dominic itu mengeleng pelan dan tersenyum. Ia membukakan pintu mobil dan menunggu sampai nona cantik yang dilayani masuk ke dalam dan kembali ke bangku sopir.“Kalau tidak sakit kenapa kamu tidak datang?”Seharusnya Esme tidak perlu menanyakan itu karena Azzar tahu kalau nona yang sedang dilayani sudah menduga apa yang terjadi. Ia membuat kesalahan dan tengah membayarnya dengan hukuman.“Saya sedang menyiapkan keberangkatan ke Bali, Nona!” Cepat atau lambat Esme akan mengetahui soal pekerjaannya yang akan berganti. Ia bisa melihat gadis di belakang sana terpana cukup lama.“Apa maksudnya dengan ke Bali?”“Ada proyek di Bali yang belum memiliki pengawas. Tuan Dominic berkata ka
“Bukankah menjadi alasan orang lain bertengkar itu terasa sangat menyenangkan?” Wyatt yang ada di samping Azzar bertanya.Ia lekas menoleh untuk memastikan kalau Wyatt, pria yang menjadi sekretaris Dominic itu memang bertanya padanya. Bukan pada sekretaris yang ada di sisi lain atau juga pada karyawan yang baru saja melewati mereka. Kepastian itu didapatkan oleh Azzar ketika kepala Wyatt menoleh kepadanya.“Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!” Azzar menjawab, menyeringai memperingatkan Wyatt.Tetapi, pria itu telah kehilangan rasa takut. Ia bahkan tidak peduli dengan sekretaris lain yang memandangnya memperingatkan. Atau bisa saat ia akan dikeluarkan saat Dominic mendengar perkataannya barusan.“Tidak mungkin kamu tidak tahu! Alasan Nona Esme kemari adalah karena itu. Jadi, apa lagi yang sudah kamu katakan pada Nona Esme?” tanya Wyatt menyeringai senang.“Kamu menuduhku mengadu domba mereka?” Ia
Esme menceritakan apa yang terjadi. Semuanya dan yang bisa dilakukan Yulia hanya menghela napas saja. “Kamu tidak bisa memiliki semua hal Esme, bahkan jika kamu memiliki kekuatan untuk melakukannya!” Yulia menyentuh punggung tangan Esme perlahan dan kemudian mengelus. “Kamu bilang kalau kamu mencintai Dominic, bukan? Kalau begitu bunuh perasaan yang tubuh pada orang lain. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa kamu lakukan supaya kamu bertahan dengan hubungan kalian!” Esme tampak sangat terkejut mendengar perkataan Yulia. Ia kemudian mengosokan kedua tangannya sendiri untuk merasa sedikit lebih nyaman. Setelah itu ia menatap Yulia. “Aku hanya merasa bersalah!” katanya pelan. “Aku tidak melihat itu sebagai rasa bersalah. Bagiku itu keegoisan. Kamu ingin semua orang selalu berada di tempatnya, padahal tahu betul kalau hal semacam itu tidak mungkin terjadi!” “Kamu menilaiku dengan buruk!” Esme mendadak marah mendengar tuduhan yang dilontarkan padanya.
“Kamu ingin apa?” tanya Dominic pada Azzar yang menemuinya saat akan tidur. Pria itu yang memang telah dilarang untuk mendekat ke arah ruang kerja sejak diskors setelah menuruti keinginan Esme.“Apa saya bisa berangkat lebih cepat ke Bali?” tanya Azzar.Dominic memandangnya cukup lama. “Kenapa? Apa ada sesuatu yang membuatmu harus pergi lebih cepat. Tiga hari lagi itu tidak lama. Kamu bisa hilir mudik dan tiga hari sudah selesai!”“Tidak! Saya hanya berpikir sebaiknya berangkat lebih cepat supaya bisa mempelajari pekerjaan yang sebelumnya bukan milik saya!” jawab Azzar lekas.Tidak mungkin ia bisa menjelaskan kepada Dominic bahwa alasan dirinya ingin berangkat lebih cepat adalah Esme. Ia entah kenapa akan merasa kehilangan jika melihat wanita itu semakin lama. Ia mungkin saja tidak akan sanggup melihat Esme menikah nanti.“Kamu sudah lebih baik dalam berbohong!” Dominic melewatinya begitu
Tidak masalah bagaimana perasaan Azzar pada tunangannya. Dominic lebih peduli dengan apa yang dirasakan oleh Esme kepada Azzar dan di mana posisi Dominic saat ini. Dan ia sudah mendengar apa yang ingin didengar. Jadi, ia tak bisa membuat Esme menangis.Lupakan sarapan sehat dan enak yang telah dipesannya pada koki yang bekerja di restoran hotel miliknya. Kini ia melaju dengan cepat di jalan tol menuju bandara. Esme menatap cemas ke depan. Begitu juga dengan Dominic yang menghitung waktu dan jarak yang ditempuh dengan kecepatan yang ditampilkan dashboard. Mereka sudah melewati tanda masuk bandara, maka Dominic menurunkan kecepatan dan mencari parkiran sementara dirinya memutarkan mobil masuk ke dalam blok-blok batas parkir.“Cepatlah!” serunya pada Esme yang masih berdiri menunggu. Lalu mereka berdua langsung berlari kecil ke dalam bandara.Seorang satpam membantu menarikan pintu kaca. Tetapi bandara tampak cukup ramai hari ini dan mereka tidak tahu d
Wah, dia melarikan diribahkan sebelum berperang. Benar-benar sikap pengecut yang amat sangat berani. Ketika ia sampi di kantor pagi ini Wyatt mendengar kabar itu dari semua orang.“Wajahmu sama sekali tidak bersemangat, Wyatt? Ada masalah?” tanya teman yang duduk di kubikel di sampingnya.“Hanya ada masalah sedikit di rumah, bukan sesuatu yang besar!” Wyatt berbohong. Yah, bagaimana pun ia memang harus menyingkirkan Azzar yang memiliki pemikiran paling logis di antara banyak orang. Ia seolah tahu apa yang akan dilakukan oleh Wyatt belakangan ini. Tetapi, pekara Esme yang tiba-tiba telah membuat semuanya menjadi baik. Azzar mendadak kehilangan ketenangannya.“Oh, kamu sudah menikah, ya? Apa istrimu hamil?” tanya teman Wyatt.Bahkan ia tidak menyentuh Yulia sedikit pun. “Kami memutuskan belum akan memiliki anak untuk saat ini. Kami masih mau menikmati masa bulan madu!”Teman di sebelahnya tertawa dengan senang. Tangan pria itu terulur dan menepuk-nepuk bahu Wyatt dengan bangga. “Ah, aku
“Wajahmu tampak bahagia, ada sesuatu yang terjadi?” Albert, kakeknya berpapasan dengan Wyatt di depan. Ia tampaknya akan pergi mengunjungi teman sebab setelannya jelas bukan seperti bos pemilik retail yang berkunjung untuk memeriksa keuangan.“Yah, ada hal baik! Dan aku mau mandi sekarang!” Wyatt menjawab dengan riang. Hingga kakeknya terkejut. Sudah lama sekali mungkin Wyatt tidak berekspresi seriang itu. Tapi, ia tak akan menjelaskan.“Wyatt, kamu tidak melakukan hal aneh, kan?” tuduh pria tua yang sudah membesarkan Wyatt dengan sangat baik.Wyatt mendadak menjadi cemberut mendengarnya. Memang apa yang salah dengan balas dendam?“Tidak! Ini hanya hal baik yang dimengerti olehku saja. Seperti halnya hujan di sore hari yang cerah!” Wyatt mencoba mengambarnya secara absrak dan kemudian mendapatkan tatapan penuh kebingungan dari kakeknya.“Yah, terserah kamu saja. Yang jelas kamu tidak boleh melak
“Aku akan menjemputmu sekarang!” Dominic meletakan telepon kantornya setelah menerima panggilan dari Esme yang marah.Hari ini, lebih tepatnya kemarin malam Dominic telah membuat janji dengan tunangannya itu. Mereka akan memesan undangan karena waktu pernikahannya yang semakin dekat. Untungnya Esme tidak meminta waktu pernikahan yang lama. Jadi, mereka harus bergegas.Namun, Dominic benar-benar lupa dengan hal itu sehingga Esme marah besar pagi ini.Ia mendorong pintu kantornya dan menemukan Wyatt yang telah selesai memilah dokumen. Sebagian besar utusan para kepala bagian sedikit gemetar saat dokumen yang sudah disusun dengan susah payah malah kembali lagi pada mereka.“Tapi, kami sudah menyusunnya dengan sangat baik. Kata salah seorang utusan itu sama sekali tidak terima karena dokumen yang diserahkan untuk kedua atau ketiga kalinya dikembalikan.Tetapi, Wyatt sama sekali tidak gentar. Ia menaikan dagunya, memandang dengan angkuh wanita yang memiliki status sebagai senior di kantorn
“Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese
“Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua
“Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas
“Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba
Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb
“Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be
William menangis tiba-tiba malam tadi. Padahal William adalah anak paling tenang yang diketahui oleh semua orang. Ia tidak menjerit saat jatuh sendiri dan suka bertualang di kebun mawar tempat Esme minum teh.“Mungkin karena Nyonya gelisah, makanya Tuan Muda jadi tidak tenang!” Pengasuh yang didatangkan dari rumah kedua orang tuanya berpendapat seperti itu.Pikiran Esme memang tidak tenang. Sejak sore tadi ia merasa sudah mengatakan sesuatu yang salah. Apalagi Wyatt yang seharusnya belum pulang, tiba-tiba saja minta izin untuk keperluan mendadak.Jika saja ada Yulia di rumah, maka esme pasti akan percaya. Namun, wanita yang mencintai Wyatt itu tidak ada di rumah asistennya itu sekarang. Mereka telah bercerai.“Mungkin kamu benar!” katanya pasrah. “Bagaimana aku menenangkan diri?” tanya Esme bingung.Biasanya ia akan menanyakan hal ini pada Wyatt. Asistennya itu selalu tahu apa-apa yang diinginkan Esme bahkan sebelum bicara. Seolah Wyatt membaca pikirannya yang tidak dipahami sendiri.
“Bagaimana aku bahagia kalau kamu tidak ada di sini?” bisik Wyatt pelan.Wyatt lekas tersadar kalau bukan hanya dirinya saja yang ada di ruangan ini saat ini. Begitu sadar ia langsung memeluk nampan dan tersenyum seolah tidak ada hal yang buruk yang pernah terjadi padanya.“Kamu bilang apa?”Wyatt tetap tersenyum dan tanpa mengatakan apa-apa ia pergi. Begitu ia melewati pintu ruangan tempat Esme duduk dan minum teh, Wyatt berlari sekuat tenaga. Dengan napas yang terengah-engah ia meletakan nampan yang tadi didekap. Para tukang masak yang tengah istirahat memandangnya dengan terheran-heran.“Ada masalah, Wyatt?”Dengan tubuh gemetar, Wyatt menutup mulutnya. Ia penasaran dengan seperti apa tampangnya sekarang. Pasti tidak bisa baik-baik saja.“Wyatt!” Tukang masak yang paling tua menghampiri dirinya. Disentuhnya bahu Wyatt perlahan. “Apa kamu benar baik-baik saja? Kamu tampak terguncang!”Wyatt menelan ludah. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Esme saat ini. Ia tidak akan bisa bersikap n
“Bagaimana kamu ada di sini?” tanya Dominic.Hampir seminggu ia tak mengunjungi rumah utama. Ia lebih nyaman berada di rumah yang dibelinya secara rahasia. Dan mengatasi masalah dari sana. Kepalanya terasa damai karena tidak perlu melihat Esme untuk sementara. Walau hatinya masih tetap panas setiap kali pergi ke kantor dan kemudian bertemu dengan Azzar. Rasanya ia ingin mendepak pria itu secepat kilat dari kehidupan, hanya saja belum mendapatkan alasan yang tepat.Lalu sore ini ia melihat seseorang duduk berjongkok di depan rumah pribadinya yang disembunyikan> Rumah yang terlarang untuk dimasuki Esme dan Azzar kini. Ia pikir mungkin itu adalah gelandangan yang tersesat, tetapi menyadari dengan cepat saat membuka jendela mobil kalau yang datang adalah si sekretaris yang dimanfaatkan untuk membuat Esme marah besar seminggu lalu.Dominic tidak turun dari mobil. Hanya jendela kaca mobilnya saja yang sengaja dibuka. Ia menatap si sekretaris dari atas sampai bawah, kelihatannya ia baru saja