“Bukankah menjadi alasan orang lain bertengkar itu terasa sangat menyenangkan?” Wyatt yang ada di samping Azzar bertanya.
Ia lekas menoleh untuk memastikan kalau Wyatt, pria yang menjadi sekretaris Dominic itu memang bertanya padanya. Bukan pada sekretaris yang ada di sisi lain atau juga pada karyawan yang baru saja melewati mereka. Kepastian itu didapatkan oleh Azzar ketika kepala Wyatt menoleh kepadanya.
“Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!” Azzar menjawab, menyeringai memperingatkan Wyatt.
Tetapi, pria itu telah kehilangan rasa takut. Ia bahkan tidak peduli dengan sekretaris lain yang memandangnya memperingatkan. Atau bisa saat ia akan dikeluarkan saat Dominic mendengar perkataannya barusan.
“Tidak mungkin kamu tidak tahu! Alasan Nona Esme kemari adalah karena itu. Jadi, apa lagi yang sudah kamu katakan pada Nona Esme?” tanya Wyatt menyeringai senang.
“Kamu menuduhku mengadu domba mereka?” Ia
Esme menceritakan apa yang terjadi. Semuanya dan yang bisa dilakukan Yulia hanya menghela napas saja. “Kamu tidak bisa memiliki semua hal Esme, bahkan jika kamu memiliki kekuatan untuk melakukannya!” Yulia menyentuh punggung tangan Esme perlahan dan kemudian mengelus. “Kamu bilang kalau kamu mencintai Dominic, bukan? Kalau begitu bunuh perasaan yang tubuh pada orang lain. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa kamu lakukan supaya kamu bertahan dengan hubungan kalian!” Esme tampak sangat terkejut mendengar perkataan Yulia. Ia kemudian mengosokan kedua tangannya sendiri untuk merasa sedikit lebih nyaman. Setelah itu ia menatap Yulia. “Aku hanya merasa bersalah!” katanya pelan. “Aku tidak melihat itu sebagai rasa bersalah. Bagiku itu keegoisan. Kamu ingin semua orang selalu berada di tempatnya, padahal tahu betul kalau hal semacam itu tidak mungkin terjadi!” “Kamu menilaiku dengan buruk!” Esme mendadak marah mendengar tuduhan yang dilontarkan padanya.
“Kamu ingin apa?” tanya Dominic pada Azzar yang menemuinya saat akan tidur. Pria itu yang memang telah dilarang untuk mendekat ke arah ruang kerja sejak diskors setelah menuruti keinginan Esme.“Apa saya bisa berangkat lebih cepat ke Bali?” tanya Azzar.Dominic memandangnya cukup lama. “Kenapa? Apa ada sesuatu yang membuatmu harus pergi lebih cepat. Tiga hari lagi itu tidak lama. Kamu bisa hilir mudik dan tiga hari sudah selesai!”“Tidak! Saya hanya berpikir sebaiknya berangkat lebih cepat supaya bisa mempelajari pekerjaan yang sebelumnya bukan milik saya!” jawab Azzar lekas.Tidak mungkin ia bisa menjelaskan kepada Dominic bahwa alasan dirinya ingin berangkat lebih cepat adalah Esme. Ia entah kenapa akan merasa kehilangan jika melihat wanita itu semakin lama. Ia mungkin saja tidak akan sanggup melihat Esme menikah nanti.“Kamu sudah lebih baik dalam berbohong!” Dominic melewatinya begitu
Tidak masalah bagaimana perasaan Azzar pada tunangannya. Dominic lebih peduli dengan apa yang dirasakan oleh Esme kepada Azzar dan di mana posisi Dominic saat ini. Dan ia sudah mendengar apa yang ingin didengar. Jadi, ia tak bisa membuat Esme menangis.Lupakan sarapan sehat dan enak yang telah dipesannya pada koki yang bekerja di restoran hotel miliknya. Kini ia melaju dengan cepat di jalan tol menuju bandara. Esme menatap cemas ke depan. Begitu juga dengan Dominic yang menghitung waktu dan jarak yang ditempuh dengan kecepatan yang ditampilkan dashboard. Mereka sudah melewati tanda masuk bandara, maka Dominic menurunkan kecepatan dan mencari parkiran sementara dirinya memutarkan mobil masuk ke dalam blok-blok batas parkir.“Cepatlah!” serunya pada Esme yang masih berdiri menunggu. Lalu mereka berdua langsung berlari kecil ke dalam bandara.Seorang satpam membantu menarikan pintu kaca. Tetapi bandara tampak cukup ramai hari ini dan mereka tidak tahu d
Wah, dia melarikan diribahkan sebelum berperang. Benar-benar sikap pengecut yang amat sangat berani. Ketika ia sampi di kantor pagi ini Wyatt mendengar kabar itu dari semua orang.“Wajahmu sama sekali tidak bersemangat, Wyatt? Ada masalah?” tanya teman yang duduk di kubikel di sampingnya.“Hanya ada masalah sedikit di rumah, bukan sesuatu yang besar!” Wyatt berbohong. Yah, bagaimana pun ia memang harus menyingkirkan Azzar yang memiliki pemikiran paling logis di antara banyak orang. Ia seolah tahu apa yang akan dilakukan oleh Wyatt belakangan ini. Tetapi, pekara Esme yang tiba-tiba telah membuat semuanya menjadi baik. Azzar mendadak kehilangan ketenangannya.“Oh, kamu sudah menikah, ya? Apa istrimu hamil?” tanya teman Wyatt.Bahkan ia tidak menyentuh Yulia sedikit pun. “Kami memutuskan belum akan memiliki anak untuk saat ini. Kami masih mau menikmati masa bulan madu!”Teman di sebelahnya tertawa dengan senang. Tangan pria itu terulur dan menepuk-nepuk bahu Wyatt dengan bangga. “Ah, aku
“Wajahmu tampak bahagia, ada sesuatu yang terjadi?” Albert, kakeknya berpapasan dengan Wyatt di depan. Ia tampaknya akan pergi mengunjungi teman sebab setelannya jelas bukan seperti bos pemilik retail yang berkunjung untuk memeriksa keuangan.“Yah, ada hal baik! Dan aku mau mandi sekarang!” Wyatt menjawab dengan riang. Hingga kakeknya terkejut. Sudah lama sekali mungkin Wyatt tidak berekspresi seriang itu. Tapi, ia tak akan menjelaskan.“Wyatt, kamu tidak melakukan hal aneh, kan?” tuduh pria tua yang sudah membesarkan Wyatt dengan sangat baik.Wyatt mendadak menjadi cemberut mendengarnya. Memang apa yang salah dengan balas dendam?“Tidak! Ini hanya hal baik yang dimengerti olehku saja. Seperti halnya hujan di sore hari yang cerah!” Wyatt mencoba mengambarnya secara absrak dan kemudian mendapatkan tatapan penuh kebingungan dari kakeknya.“Yah, terserah kamu saja. Yang jelas kamu tidak boleh melak
“Aku akan menjemputmu sekarang!” Dominic meletakan telepon kantornya setelah menerima panggilan dari Esme yang marah.Hari ini, lebih tepatnya kemarin malam Dominic telah membuat janji dengan tunangannya itu. Mereka akan memesan undangan karena waktu pernikahannya yang semakin dekat. Untungnya Esme tidak meminta waktu pernikahan yang lama. Jadi, mereka harus bergegas.Namun, Dominic benar-benar lupa dengan hal itu sehingga Esme marah besar pagi ini.Ia mendorong pintu kantornya dan menemukan Wyatt yang telah selesai memilah dokumen. Sebagian besar utusan para kepala bagian sedikit gemetar saat dokumen yang sudah disusun dengan susah payah malah kembali lagi pada mereka.“Tapi, kami sudah menyusunnya dengan sangat baik. Kata salah seorang utusan itu sama sekali tidak terima karena dokumen yang diserahkan untuk kedua atau ketiga kalinya dikembalikan.Tetapi, Wyatt sama sekali tidak gentar. Ia menaikan dagunya, memandang dengan angkuh wanita yang memiliki status sebagai senior di kantorn
Esme mengambil napas dalam dan membuangnya perlahan. Menghadapi Dominic yang memiliki kebiasaan melupakan apapun kecuali bisnisnya sangat melelahkan. Ia telah mengingatkan belasan kali saat mereka berada di toko pakaian pengantin untuk penyesuaian kemarin.Pria itu berkata dan bahkan bersumpah kalau akan mengingat semuanya. Bahwa hari ini mereka akan melihat undangan yang telah dicetak untuk contoh supaya bisa menentukan yang mana undangan ekslusif yang akan dikirimkan untuk para kolega dan yang mana untuk teman-teman serta keluarga. Tetapi, Dominic tidak datang bahkan setelah dua jam berlari dari waktu yang dijanjikan.Ia menelepon dan mendapatkan jawaban “Lupa”.“Jadi, apa kata Dominic?” Mama Esme duduk di ruang tengah dengan teh dan remote TV. Ada sebuah telenovela yang ditayangkan pada pukul 11 pagi. Sebelum waktu itu mamanya akan menguasai ruang tengah dan tetap di sana sampai acara siang hari itu selesai.“Katanya dia a
“Bukankah kamu memilih gaun yang terlalu sederhana?” tanya Dominic saat mereka berada di atas mobil yang ada dikemudikan oleh Wyatt.Esme tidak menjawab. Ia bahkan tidak menaruh perhatian kepada Dominic yang ada di sampingnya. Ia masih marah untuk beberapa komentar yang menyalahkan dari calon suaminya itu. Padahal pria itu sudah berjanji untuk membiarkan Esme memilih apapun yang diinginkan.“Gaun itu sangat cantik Pak. Kalau lebih ramai dari itu, mereka tidak akan melihat pengantin Anda, tetapi perhiasan yang dipasang di sana!” Dari depan Wyatt dengan berani memberi komentar.Esme menahan senyumnya karena bangga ada seseorang yang membelanya. Posisi yang biasanya diisi oleh Azzar kini terasa sangat cocok digantikan pria itu. Terlebih Wyatt tidak berbicara dengan hati-hati. Mereka layaknya tiga sahabat yang bertengkar.“Kamu punya maksud lain, kan!” Dominic menuduh Wyatt lekas.Pria yang tengah memegang kemudi itu tertawa keras sekali mendengarnya. “Anda itu punya kebiasaan aneh, diban