“Wajahmu tampak bahagia, ada sesuatu yang terjadi?” Albert, kakeknya berpapasan dengan Wyatt di depan. Ia tampaknya akan pergi mengunjungi teman sebab setelannya jelas bukan seperti bos pemilik retail yang berkunjung untuk memeriksa keuangan.
“Yah, ada hal baik! Dan aku mau mandi sekarang!” Wyatt menjawab dengan riang. Hingga kakeknya terkejut. Sudah lama sekali mungkin Wyatt tidak berekspresi seriang itu. Tapi, ia tak akan menjelaskan.
“Wyatt, kamu tidak melakukan hal aneh, kan?” tuduh pria tua yang sudah membesarkan Wyatt dengan sangat baik.
Wyatt mendadak menjadi cemberut mendengarnya. Memang apa yang salah dengan balas dendam?
“Tidak! Ini hanya hal baik yang dimengerti olehku saja. Seperti halnya hujan di sore hari yang cerah!” Wyatt mencoba mengambarnya secara absrak dan kemudian mendapatkan tatapan penuh kebingungan dari kakeknya.
“Yah, terserah kamu saja. Yang jelas kamu tidak boleh melak
“Aku akan menjemputmu sekarang!” Dominic meletakan telepon kantornya setelah menerima panggilan dari Esme yang marah.Hari ini, lebih tepatnya kemarin malam Dominic telah membuat janji dengan tunangannya itu. Mereka akan memesan undangan karena waktu pernikahannya yang semakin dekat. Untungnya Esme tidak meminta waktu pernikahan yang lama. Jadi, mereka harus bergegas.Namun, Dominic benar-benar lupa dengan hal itu sehingga Esme marah besar pagi ini.Ia mendorong pintu kantornya dan menemukan Wyatt yang telah selesai memilah dokumen. Sebagian besar utusan para kepala bagian sedikit gemetar saat dokumen yang sudah disusun dengan susah payah malah kembali lagi pada mereka.“Tapi, kami sudah menyusunnya dengan sangat baik. Kata salah seorang utusan itu sama sekali tidak terima karena dokumen yang diserahkan untuk kedua atau ketiga kalinya dikembalikan.Tetapi, Wyatt sama sekali tidak gentar. Ia menaikan dagunya, memandang dengan angkuh wanita yang memiliki status sebagai senior di kantorn
Esme mengambil napas dalam dan membuangnya perlahan. Menghadapi Dominic yang memiliki kebiasaan melupakan apapun kecuali bisnisnya sangat melelahkan. Ia telah mengingatkan belasan kali saat mereka berada di toko pakaian pengantin untuk penyesuaian kemarin.Pria itu berkata dan bahkan bersumpah kalau akan mengingat semuanya. Bahwa hari ini mereka akan melihat undangan yang telah dicetak untuk contoh supaya bisa menentukan yang mana undangan ekslusif yang akan dikirimkan untuk para kolega dan yang mana untuk teman-teman serta keluarga. Tetapi, Dominic tidak datang bahkan setelah dua jam berlari dari waktu yang dijanjikan.Ia menelepon dan mendapatkan jawaban “Lupa”.“Jadi, apa kata Dominic?” Mama Esme duduk di ruang tengah dengan teh dan remote TV. Ada sebuah telenovela yang ditayangkan pada pukul 11 pagi. Sebelum waktu itu mamanya akan menguasai ruang tengah dan tetap di sana sampai acara siang hari itu selesai.“Katanya dia a
“Bukankah kamu memilih gaun yang terlalu sederhana?” tanya Dominic saat mereka berada di atas mobil yang ada dikemudikan oleh Wyatt.Esme tidak menjawab. Ia bahkan tidak menaruh perhatian kepada Dominic yang ada di sampingnya. Ia masih marah untuk beberapa komentar yang menyalahkan dari calon suaminya itu. Padahal pria itu sudah berjanji untuk membiarkan Esme memilih apapun yang diinginkan.“Gaun itu sangat cantik Pak. Kalau lebih ramai dari itu, mereka tidak akan melihat pengantin Anda, tetapi perhiasan yang dipasang di sana!” Dari depan Wyatt dengan berani memberi komentar.Esme menahan senyumnya karena bangga ada seseorang yang membelanya. Posisi yang biasanya diisi oleh Azzar kini terasa sangat cocok digantikan pria itu. Terlebih Wyatt tidak berbicara dengan hati-hati. Mereka layaknya tiga sahabat yang bertengkar.“Kamu punya maksud lain, kan!” Dominic menuduh Wyatt lekas.Pria yang tengah memegang kemudi itu tertawa keras sekali mendengarnya. “Anda itu punya kebiasaan aneh, diban
Karena saya sangat membenci Anda, Dominic. Wyatt benar-benar tidak bisa mengatakan hal yang seperti itu dengan lantang pada Dominic saat di dalam mobil. Ia juga tidak bisa mengatakannya bahkan saat mereka sampai ke kantor. Sebab jika Dominic tahu bagaimana Wyatt memandangnya, pasti akan terjadi kegemparan.“Tuan!”Wyatt kaget karena tiba-tiba saja pembantu rumah tangga muncul saat membuka pintu. Ada bekas air mata di wajah wanita itu. Ia kemudian mundur selangkah, membiarkan pintu terbuka dan memandang keheranan.“Ada apa? Kamu membuatku kaget, Bibi!” katanya. Itu seperti ia mengatakan dengan jelas kalau wanita itu itu tidak boleh melakukan hal seperti ini lagi.“Tuan Besar--!”Kening Wyatt berkerut. Karena pembantu rumah tangganya itu menyebut nama kakeknya, ia jadi sadar kalau suara Albert memang tidak terdengar di dalam rumah. Jam seperti ini pria tua itu pasti sedang mengobrol dengan Yu
“Apa yang sedang Kakek lakukan di sini. Mana ada orang yang merajuk berada di rumah sakit dalam keadaan telanjang! Ayo bangun dan kembali ke rumah! Aku akan melakukan semua perkataan kakek, sungguh!” Wyatt menyentuh ujung ibu jari kaki kakeknya.Di telapak tangannya bahkan seluruh tubuh sang kakek terasa dingin. Mereka saat ini berada di kamar mayat. Yulia berkali-kali mengusap air matanya dengan sapu tangan dan sesekali terisak karena tidak tahan dengan semua kesedihan yang menerpa.“Wyatt, tolong berhentilah!” Suara Yulia parau saat ia meminta pada Wyatt. Wyatt berhenti, tetapi ia mengelayuti bahu Yulia dengan tiba-tiba. “Kamu--Kakek sangat sayang padamu, katakan padanya untuk berhenti bercanda. Ini sama sekali tidak lucu. Kumohon! Katakan kalau ia harus berhenti bercanda!” seru Wyatt.Tubuh Yulia digunang-guncangnya. Air matanya turun setiap kali bicara. Konsidinya tidak lagi tampak dan ia sama sekali tidak peduli. Ia hanya ingin kakeknya bangun, memarahinya berkata kalau akan men
“Kamu bisa pergi dengan Wyatt dulu, kan?” Dominic berkata di telepon.Sekali lagi pria itu melakukan sesuatu yang tidak disukai Esme. Yaitu mengingkari janji yang sudah dibuat sendiri. Ingin sekali ia membanting telepon hingga tertutup, mencabut kabel telepon supaya Dominic tidak bisa menghubunginya kembali.“Sudahlah! Percuma aku bicara sama kamu. Selalu saja begini, janji kemudian diingkari. Astaga, nanti kalau aku akan melahirkan mungkin kamu bakal menyuruh Dominic atau pegawaimu yang lain untuk menemaniku di rumah sakit, kan?” Esme mendadak menjadi cerewet tiba-tiba.Kedua orang tuanya yang ada di ruangan yang sama dengannya menjadi tertarik. Mereka menoleh serempak, menyipitkan mata, memberikan peringatan supaya Esme tidak meninggikan nada bicaranya lagi.“Dia sudah mengingkari janjinya tiga kali. Bagaimana bisa aku percaya padanya bakal jadi suami yang baik saat ini!” seru Esme tidak terima.Papanya mengeleng pelan. Demikian juga dengan mamanya yang tampak membuang napas pelan.
Sebuah tenda besar berdiri di tengah halaman Wyatt. Di sana semua tetangga, kenalan, kolega, bahkan para pegawai yang bekerja di bagian retail miliki keluarga itu telah duduk. Halaman parkir telah penuh dengan kendaraan, makanya mobil milik Dominic parkir di luar, di tepi jalan dekat dengan pintu masuk ke rumah itu.“Maaf, Nyonya Yulia dan Tuan Wyatt ada di mana?” tanya Esme menghentikan seorang yang tampak seperti pekerja.Pria itu berhenti sebentar dan kemudian menoleh ke arah pintu masuk rumah yang terbuka lebar. “Tuan dan Nyonya ada di dalam!” Ia kemudian pergi dengan tergesa-gesa menuju tempat parkir. Esme melihat kalau orang itu mengambil motor dan mendorongnya keluar dari sana.“Ayo!” ajak Esme pada Dominic.Esme berjalan lebih dulu. Ia tahu kalau Dominic mengikutinya dari belakang. Ia melihat ada cukup banyak orang di dalam sana, duduk dan sesekali berbisik dengan orang di sebelahnya. Wyatt duduk di sebelah pria tua yang diselimuti dengan kain batik dan selendang di bagian waj
Wyatt mimpi buruk. Ia terbangun di tengah malam dalam keadaan berkeringat dan merasa kalau seseorang sedang memperhatikannya. Ia kemudian berguling dengan gelisah dengan mata setengah terpejam sepanjang sisa malam lainnya. Ketika samar-samar di dengarnya azan di luar, ia bangun, memastikan kalau kakeknya tidak ada lagi di kamar dan duduk di lantai dekat pintu kamar.“Tuan, kenapa Anda duduk di sini?” tanya pembantu rumah tangga yang dikagetkannya saat melintas di depan kamar.Ia tidak menjawab. Ia juga tidak bermaksud berdiri dan kemudian memalingkan wajah dengan cepat. Seolah tahu kalau pria yang menjadi tuannya sekarang itu tak mau diganggu, wanita tua itu meninggalkan Wyatt segera.Alasan ia tak segera melakukan balas dendam selama ini adalah karena memikirkan kakeknya. Jika kakeknya sudah tidak ada lagi, tidak ada yang bisa menghalanginya. Ia bisa segera menghancurkan Dominic tanpa berpikir panjang.Karena itu dari pada berlarut-larut sedih, sebaiknya ia bersiap untuk bekerja. Ia
“Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese
“Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua
“Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas
“Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba
Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb
“Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be
William menangis tiba-tiba malam tadi. Padahal William adalah anak paling tenang yang diketahui oleh semua orang. Ia tidak menjerit saat jatuh sendiri dan suka bertualang di kebun mawar tempat Esme minum teh.“Mungkin karena Nyonya gelisah, makanya Tuan Muda jadi tidak tenang!” Pengasuh yang didatangkan dari rumah kedua orang tuanya berpendapat seperti itu.Pikiran Esme memang tidak tenang. Sejak sore tadi ia merasa sudah mengatakan sesuatu yang salah. Apalagi Wyatt yang seharusnya belum pulang, tiba-tiba saja minta izin untuk keperluan mendadak.Jika saja ada Yulia di rumah, maka esme pasti akan percaya. Namun, wanita yang mencintai Wyatt itu tidak ada di rumah asistennya itu sekarang. Mereka telah bercerai.“Mungkin kamu benar!” katanya pasrah. “Bagaimana aku menenangkan diri?” tanya Esme bingung.Biasanya ia akan menanyakan hal ini pada Wyatt. Asistennya itu selalu tahu apa-apa yang diinginkan Esme bahkan sebelum bicara. Seolah Wyatt membaca pikirannya yang tidak dipahami sendiri.
“Bagaimana aku bahagia kalau kamu tidak ada di sini?” bisik Wyatt pelan.Wyatt lekas tersadar kalau bukan hanya dirinya saja yang ada di ruangan ini saat ini. Begitu sadar ia langsung memeluk nampan dan tersenyum seolah tidak ada hal yang buruk yang pernah terjadi padanya.“Kamu bilang apa?”Wyatt tetap tersenyum dan tanpa mengatakan apa-apa ia pergi. Begitu ia melewati pintu ruangan tempat Esme duduk dan minum teh, Wyatt berlari sekuat tenaga. Dengan napas yang terengah-engah ia meletakan nampan yang tadi didekap. Para tukang masak yang tengah istirahat memandangnya dengan terheran-heran.“Ada masalah, Wyatt?”Dengan tubuh gemetar, Wyatt menutup mulutnya. Ia penasaran dengan seperti apa tampangnya sekarang. Pasti tidak bisa baik-baik saja.“Wyatt!” Tukang masak yang paling tua menghampiri dirinya. Disentuhnya bahu Wyatt perlahan. “Apa kamu benar baik-baik saja? Kamu tampak terguncang!”Wyatt menelan ludah. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Esme saat ini. Ia tidak akan bisa bersikap n
“Bagaimana kamu ada di sini?” tanya Dominic.Hampir seminggu ia tak mengunjungi rumah utama. Ia lebih nyaman berada di rumah yang dibelinya secara rahasia. Dan mengatasi masalah dari sana. Kepalanya terasa damai karena tidak perlu melihat Esme untuk sementara. Walau hatinya masih tetap panas setiap kali pergi ke kantor dan kemudian bertemu dengan Azzar. Rasanya ia ingin mendepak pria itu secepat kilat dari kehidupan, hanya saja belum mendapatkan alasan yang tepat.Lalu sore ini ia melihat seseorang duduk berjongkok di depan rumah pribadinya yang disembunyikan> Rumah yang terlarang untuk dimasuki Esme dan Azzar kini. Ia pikir mungkin itu adalah gelandangan yang tersesat, tetapi menyadari dengan cepat saat membuka jendela mobil kalau yang datang adalah si sekretaris yang dimanfaatkan untuk membuat Esme marah besar seminggu lalu.Dominic tidak turun dari mobil. Hanya jendela kaca mobilnya saja yang sengaja dibuka. Ia menatap si sekretaris dari atas sampai bawah, kelihatannya ia baru saja