Sebuah tenda besar berdiri di tengah halaman Wyatt. Di sana semua tetangga, kenalan, kolega, bahkan para pegawai yang bekerja di bagian retail miliki keluarga itu telah duduk. Halaman parkir telah penuh dengan kendaraan, makanya mobil milik Dominic parkir di luar, di tepi jalan dekat dengan pintu masuk ke rumah itu.“Maaf, Nyonya Yulia dan Tuan Wyatt ada di mana?” tanya Esme menghentikan seorang yang tampak seperti pekerja.Pria itu berhenti sebentar dan kemudian menoleh ke arah pintu masuk rumah yang terbuka lebar. “Tuan dan Nyonya ada di dalam!” Ia kemudian pergi dengan tergesa-gesa menuju tempat parkir. Esme melihat kalau orang itu mengambil motor dan mendorongnya keluar dari sana.“Ayo!” ajak Esme pada Dominic.Esme berjalan lebih dulu. Ia tahu kalau Dominic mengikutinya dari belakang. Ia melihat ada cukup banyak orang di dalam sana, duduk dan sesekali berbisik dengan orang di sebelahnya. Wyatt duduk di sebelah pria tua yang diselimuti dengan kain batik dan selendang di bagian waj
Wyatt mimpi buruk. Ia terbangun di tengah malam dalam keadaan berkeringat dan merasa kalau seseorang sedang memperhatikannya. Ia kemudian berguling dengan gelisah dengan mata setengah terpejam sepanjang sisa malam lainnya. Ketika samar-samar di dengarnya azan di luar, ia bangun, memastikan kalau kakeknya tidak ada lagi di kamar dan duduk di lantai dekat pintu kamar.“Tuan, kenapa Anda duduk di sini?” tanya pembantu rumah tangga yang dikagetkannya saat melintas di depan kamar.Ia tidak menjawab. Ia juga tidak bermaksud berdiri dan kemudian memalingkan wajah dengan cepat. Seolah tahu kalau pria yang menjadi tuannya sekarang itu tak mau diganggu, wanita tua itu meninggalkan Wyatt segera.Alasan ia tak segera melakukan balas dendam selama ini adalah karena memikirkan kakeknya. Jika kakeknya sudah tidak ada lagi, tidak ada yang bisa menghalanginya. Ia bisa segera menghancurkan Dominic tanpa berpikir panjang.Karena itu dari pada berlarut-larut sedih, sebaiknya ia bersiap untuk bekerja. Ia
“Jangan lihat aku! Aku sama sekali tidak melakukan apa-apa pada dia sampai datang ke kantor. Aku sampai kemari dan dia sudah duduk di kursinya!” Dominic dengan panik menerangkan kepada calon istrinya.Wanita itu tiba-tiba muncul padahal seharusnya masih ada di rumah. Ia lekas berkacak pinggang mengancam pada Dominic yang terlihat seperti memperlakukan karyawannya dengan sangat semena-mena. “Benarkah?” Esme jelas-jelas tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh tunangannya itu.Ia mengalihkan pandangan pada Wyatt yang terkesan tidak peduli dengan pembicaraan mereka. Kemudian pada sekretaris Dominic yang mengeleng segera saat mengetahui Esme meminta pengakuannya. Setelah memastikan kalau yang dikatakan Dominic adalah hal yang sebenarnya, Esme kembali memandang Wyatt.“Kamu bisa istirahat setidaknya tiga hari. Bukannya hari ini akan ada tahlilan yang diadakan untuk Kakek?”Wyatt memiringkan kepalanya, tampak tidak mengerti. Kemudian ia mengeleng pelan. “Tidak tahu!” jawabnya.Esme tamp
Sabarlah! Hati Yulia berbisik begitu melihat kelakuan suaminya. Tiba-tiba saja ia bisa memahami kenapa pria tua yang begitu menyayangi lelaki yang tengah tidur ini khawatir meninggalkan sendiri. Wyatt tidak akan bisa menghadapi semuanya sendiri.“Kamu uruslah sendiri!” kata Wyatt. Ia berbalik, menghadapkan punggungnya pada Yulia.“Kamu tidak bisa begini, Wyatt! Kakekmu baru sehari meninggal. Bagaimana bisa kamu berlaku semacam tidak terjadi apa-apa di rumah ini?” tetapi, Yulia sedang lelah saat ini. Ia yakin kalau tidak akan bersabar. Ia yakin kalau tidak akan sanggup melakukan hal yang dibisikan hatinya.“Apa kakekku akan bangkit dari kuburnya kalau aku tidak ikut pengajian ini?”Mata Yulia terbelalak mendengarnya. Bagaimana bisa Wyatt mengatakan hal yang mengerikan seperti itu. Tidak. Bagaimana bisa orang yang baru saja kehilangan berbicara hal menyakitkan seperti itu?“Apa kehilangan Kakek sama sekali tidak berarti apa-apa olehmu? Kamu menangis kemarin dan sekarang seolah tidak ter
“Bagaimana dengan bunga tambahan yang dipesan kemarin? Apa sudah datang dan dipasang?” teriak salah satu pekerja yang mengawasi pernikahan yang akan dilaksanakan pukul dua siang ini.“SUDAH!” teriak lebih keras pekerja lain.Pertanyaan lain menyusul soal katering yang belum juga datang sampai saat ini. Beberapa pekerja kemudian berlari masuk ke dalam rumah besar tempat Esme mengintip dari jendela kamarnya sendiri. Kepanikan yang terjadi di luar sana membuatnya tidak nyaman. Perasaan Esme menjadi tidak menentu sekarang.“Kamu akan bertanya lagi apakah semuanya baik-baik saja?”Padahal Esme baru saja berbalik ke belakang, menatap Yulia yang secara khusus diundang dan kemudian di tempatkan di kamarnya. Wanita yang sudah menikah hampir enam bulan itu tetap duduk di dalam kamar saat Eme dirias.“Bagaimana caramu menebak apa yang mau aku tanyakan?” Esme bergerak kepayahan karena gaun pengantin yang dipakai. Pakaian itu tak disangkanya menjadi cukup berat setelah ditambahi di sana sini denga
“Bukankah Esme terlihat sangat cantik?” tanya Yulia saat ia telah duduk di samping Wyatt setelah Esme dan mamanya berjalan menuju ke meja tempat Dominic dan ayah Esme menunggu.“Tentu saja, mereka mengucurkan banyak uang untuk membuatnya tampil seperti itu.” Wyatt benar-benar tidak tertarik tampak seperti apa Esme sekarang. Atau bagaimana proses pernikahan itu berjalan. Ia hanya ingin mengucapkan selamat dan pulang. Tidak mau beramah tamah pada orang-orang yang bahkan tidak menggulurkan tangan untuk Anna.Didengarnya Yulia bernapas kasar. Marah atas sesuatu yang tidak disadari dilakukan oleh Wyatt. Ia hanya memiringkan kepala, menatap Yulia yang balas mempelototinya. “Tidak bisakah kamu bersikap selayaknya teman?” tanya Yulia pada Wyatt.“Teman? Kamu bercanda, kan? Aku harus memperlakukan kedua orang itu seperti teman?” Ia terbelalak. Seolah mendengar Yulia berkata kalau langit akan runtuh sore ini. Atau kakeknya, Albert akan bangkit dari kubur kalau ia tak mengosok giginya dengan ben
Pandangan mata wanita itu kosong melihat ke satu titik di mana tidak ada yang dicari di sana. Wyatt berdiri tak jauh dari wanita tua dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan itu. Di depannya seorang pria klimis berusia sekitar 40 tahun berdiri, memandang ke arah yang sama.“Jadi, keadaannya sudah lebih tenang dibandingkan saat pertama kali masuk, kan Dokter?” tanya Wyatt.“Beberapa kali dia masih mencoba untuk melarikan diri. Tetapi, belakangan dia sudah tidak melakukannya.” Dokter menatap sebentar lagi kemudian menaruh perhatiannya pada Wyatt. “Saya harap secepatnya beliau bisa menerima kenyataan!”“Menerima kenyataan, ya?” Wyatt bergumam.Dokter yang ditemui pergi. Katanya akan menyediakan semua berkas untuk membawa pulang ibunya Anna. Kini Wyatt merjalan mendekati wanita tua itu. Rambutnya baru saja selesai di sisir. Di pangkuannya ada boneka cantik yang didapatkan dari salah satu suster.“Apa Nyonya menyukai tempat ini?” tanya Wyatt langsung.Eren, ibunya Anna mengangkat kepala
“Aku bisa mendengar keluhanmu di depan!” Dominic menyeringai pada Wyatt.Pria itu tampak senang sekali karena akhirnya Wyatt yang katanya pulang untuk makan siang kembali ke kantor dan mengurus pekerjaannya lagi. Semuanya tidak sesuai dengan keinginan Dominic saat asisten yang dibencinya itu tidak ada.“Anda terlalu keras pada mereka!” kata Wyatt. “Dan kenapa Anda tidak memperbolehkan saya untuk keluar makan siang di rumah!” Wyatt tampak kesal, sama sekali tidak menyembunyikan kekesalannya itu.Hal yang seperti ini malah tidak menganggu Dominic sama sekali. ia merasa bisa bersikap tanpa perlu menyembunyikan sesuatu, seperti kemarahan, ketidak sukaannya kepada pria itu, juga penghargaan setiap kali Wyatt berhasil menebak apa yang diinginkan.“Kenapa kamu pergi makan siang bersama istrimu, sementara aku hanya menerima makanan kotak di kantor?”“Anda cemburu pada keromantisan saya? Kalau begitu sudah istri Anda belajar memasak juga!” Wyatt meletakan beberapa berkas yang telah dikebutya u