Jadi bayangan hitam yang dikiranya halusinasi tadi adalah Eren. Sayang sekali karena bukan Wyatt yang menemukan Eren. Ia tak bisa menolak perintah kakeknya untuk menelepon rumah sakit jiwa kembali.Yang dikatakan oleh Albert benar, Eren bisa saja menyakiti Yulia yang tidak tahu apa-apa. Setelah memastikan kalau Yulia masuk ke kamar dan mengunci pintu dengan benar, Wyatt menuju ruang tengah tempat telepon rumah berada. Ia menghubungi rumah sakit jiwa seperti yang diminta kakenya, Albert.“Saya harap Nyonya Eren akan segera dijemput! Karena kami tidak tahu apakah Nyonya Eren akan tetapi di tempat ini atau tidak!” Wyatt menyelesaikan penjelasannya soal Eren yang tiba-tiba ada di kediamannya yang telah tidak terurus selama beberapa bulan.“Kami juga tidak tahu bagaiman beliau bisa sampai melarikan diri. Belakangan kondisi beliau cukup stabil, jadi kami memberikan izin untuk Nyonya Eren berjalan-jalan. Kami sudah mengkonfirmasi kalau Nyonya Eren telah masuk ke dalam kamarnya hari ini sampa
Sejak kedatangan wanita gila bernama Eren itu kondisi Wyatt memburuk. Ia jadi tidak banyak bicara dan tiba-tiba saja marah pada siapapun yang dinilai sudah menganggu. Jika hal yang diperintahkan tidak sesuai dengan keinginannya maka kemarahan akan menghampiri siapapun pelakuknya.Itu membuat Yulia tidak senang hati. Walau ia tidak sampai dimarahi, tetapi Wyatt selalu menghindar setiap kali bertemu dengannya. Ketika Yulia masuk ke kamar contohnya, Wyatt akan keluar. Atau saat pulang bekerja, Yulia bertanya apa yang diinginkan Wyatt untuk makan malam. Suaminya itu hanya meliriknya sedikit dan pergi ke dalam kamar untuk berganti pakaian.“Bukankah ini keterlaluan?” tanya Yulia pada akhirnya.Wyatt baru saja akan keluar lagi setelah berganti pakaian dan Yulia menyusulnya ke kamar. Pria itu berhenti mendengar pertanyaan Yulia. Tetapi, tampaknya sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjawab apa yang ditanyakan.“Kamu akan melarikan diri sampai kapan? Sebenarnya apa masalahnya dengan w
“Kenapa kamu belum siap juga?”Esme terkejut dengan kedatangan mamanya ke dalam kamar. Ia masih dalam masa hukuman, belum boleh berinteraksi dengan luar. Bahkan Esme dilarang melangkahkan kaki keluar kamar. Ia tidak bisa melawan dan hanya melakukan semuanya sesuai yang diinginkan.“Siap untuk apa, Ma?” tanya Esme kebingungan.Tidak ada yang berkata padanya untuk bersiap. Juga tidak seorang pun pelayan rumah yang datang memperingatkannya. Tahu-tahu mamanya muncul dengan wajah marah menanyakan tindakannya.“Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk bersiap tadi?” tanya wanita yang melahirkan Esme itu.Kepala Esme mengeleng perlahan, ia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan.“Ya, sudah, tampaknya orang yang aku utus berpendapat kalau keinginanku bukan sesuatu yang harus segera dikerjakan. Kalau tidak dia tidak akan lalai dalam menyampaikan pesan!”Akan ada seseorang yang kehilangan pekerjaannya hari ini. Esme entah kenapa tidak bersimpati. Mereka juga tidak bersimpati pada dirinya jadi ke
Gaun cantik berwarna biru yang dipakai Esme telah kotor. Semua orang yang ada di sana terdiam, tidak berani bicara banyak. Mereka bersikap seolah-olah yang terjadi adalah kecelakaan. Tetapi, Dominic tampaknya tahu kalau yang sedang diperbuat oleh Esme bukan sebuah kecelakaan.“Maafkan saya, tetapi sepertinya saya harus ke belakang untuk membersihkan ini!” Esme tersenyum sangat manis saat mengatakan hal itu. Ia kemudian berdiri dari kursinya meninggalkan Dominic dan kedua orang tuanya.Dominic memandang punggung Esme yang perlahan-lahan mengecl dan kemudian menghilang karena berbelok. Ia kemudian menghela napas pelan. Ia meletakan kembali sendok dan garpu yang sedang digunakan.“Dia benar-benar membuat masalah tanpa rasa bersalah rupanya,” keluh Dominic. “Aku minta maaf atas kelakuan putriku, Dominic. Dia benar-benar tidak berpikir lurus saat ini. Mungkin ini yang namanya disebut sebagai kecemasan sebelum menikah!”Dominic diam saja selama beberapa saat. Lalu ia melipat serbet yang men
Selalu saja seperti itu. Dominic menyalahkan kegagalannya sendiri pada orang lain. Dengan gampangnya ia berkata, jika saja tidak kenal dengan pria itu atau jika saja orang sepertimu tidak pernah ada. Esme hanya ingin Dominic mengakui kesalahannya saja, berkata kalau dirinya yang menyebabkan tragedi dan bukannya melemparkan kesalahan itu kepada orang lain.Karena kemarahannya Esme meninggalkan rumah makan itu. Ia berhenti setelah merasakan nyeri pada kakinya. Ia menunduk, mengabaikan gaun yang menganggu dan mengesek kulitnya. Melepaskan sepatu dengan hak tinggi yang digunakan. Ketika sepatu itu telah di tangannya, ia bisa melihat tumitnya lecet, begitu juga dengan ibu jari dan kelingking jari kakinya.Telapak kakinya merasa tergelitik saat menginjak tanah di bawah. Sensasi yang menenangkan dan membuatnya merasa nyaman. Kemarahannya lenyap seketika.“Sepertinya aku harus lebih sering berjalan dengan bertelanjang kaki!” katanya pada diri sendiri.Esme melangkahkan kaki dengan mantap di
Tentu saja Azzar akan peduli. Ia sangat peduli hingga rasanya tercekik. Andai saja ia tidak memiliki kewarasan sedikit pun. Maka Azzar akan melakukan hal tidak terduga. Ia datang kepada Esme, menyatakan cintanya yang terasa sangat gila.Sayangnya, Azzar telalu waras untuk memikirkan cara untuk mengungkapkan perasaannya. Ia berkata pada dirinya sendiri berkali-kali, yentang semuanya akan menjadi baik-baik saja kalau tidak ada yang akan berubah. Ia akan mencintai Esme dengan cara paling aman di seluruh dunia. Ia akan membuat Esme aman dalam penjagaannya.“Di mana Anda, Nona?” Kewarasan mengembalikan Azzar pada fakta kalau Esme sendirian pada malam hari di tengah jalan. Esme mungkin tahu jalan mana saja yang akan dilalui saat pulang ke rumah dari kantor Dominic. Ia juga sudah hapal jalan dari kampusnya ke kediamannya yang mewah. Tetapi, Esme tidak akan paham rute angkutan kota hanya dengan sekali menerangkan saja.“Kalau aku memberitahumu, kamu yang akan menjemputku, kan?” Esme meminta k
Esme tahu kalau ia sudah melakukan kesalahan. Ia sudah memprovokasi Azzar yang berhati baik. Ia telah membuat pria itu akan mendapatkan masalah. Tetapi, anehnya Esme sama sekali tidak menyesal. Malahan ia terharu.Ia mengenggam tangan Azzar lebih erat dan melepaskan tangan Dominic di sisi lainnya. Kemudian dengan gerakan yang sedikit ia bersembunyi di sisi Azzar, meminta perlindungan. Apakah ini perasaan yang dirasakan oleh Anna sebelumnya?“Aku akan ikut dengan Azzar, Dom! Kita akan bicara nanti!”Wajah Dominic yang bahkan tidak bisa dilihat oleh Esme tampak merak. Tangannya yang tadi mengenggam Adriana terkepal hebat. Ia tampak tidak suka dengan dengan kejadian ini. Tatapannya sangat tajam ditujukan kepada Azzar.“Ini tidak akan berakhir dengan baik, Esme!” katanya dengan tegas.Ini bukan ancaman untuk Esme, tetapi buat Azzar. Karena bagaimana pun Azzar adalah pegawai yang bekerja dengan Dominic. Ia digaji oleh Dominic dan sudah lama bekerja dengan bos yang sama.“Kita akan bicara n
Azzar masuk ke dalam ruang kerja Dominic. Pria itu menunggu di dalam, berdiri membelakangi pintu hingga ia tak bisa menduga apa yang sebenarnya dipikirkan. Mungkin saja Dominic larut dalam lamunannya. Maka ia mengetuk tepi meja untuk memberitahu kalau dirinya sudah ada di dalam ruangan.“Kenapa?” Dominic langsung menyerang Azzar dengan pertanyaan. Hanya saja pertanyaan macam apa yang diberikan kepadanya.“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Azzar.Ia mendengar suara tawa Dominic dan kemudian pria yang berdiri itu memutar tubuhnya sedikit, menatap Azzar dengan tatapan meremehkan. “Apa kamu berpikir kalau dengan melakukan hal seperti tadi, Esme akan bersimpati padamu?”Ia hampir saja lupa dengan perbuatan yang baru saja dilakukan. “Saya akan menjelaskannya!”“Tidak perlu! Aku yang harus menjelaskannya padamu. Di mana posisimu, Azzar! Kamu ... hanya seorang pekerja di tempat ini. Kamu tidak berhak ikut campur dengan hal yang aku lakukan. Otakmu itu tidak akan bisa mencapai keputusan yang sama