Tentu saja Azzar akan peduli. Ia sangat peduli hingga rasanya tercekik. Andai saja ia tidak memiliki kewarasan sedikit pun. Maka Azzar akan melakukan hal tidak terduga. Ia datang kepada Esme, menyatakan cintanya yang terasa sangat gila.Sayangnya, Azzar telalu waras untuk memikirkan cara untuk mengungkapkan perasaannya. Ia berkata pada dirinya sendiri berkali-kali, yentang semuanya akan menjadi baik-baik saja kalau tidak ada yang akan berubah. Ia akan mencintai Esme dengan cara paling aman di seluruh dunia. Ia akan membuat Esme aman dalam penjagaannya.“Di mana Anda, Nona?” Kewarasan mengembalikan Azzar pada fakta kalau Esme sendirian pada malam hari di tengah jalan. Esme mungkin tahu jalan mana saja yang akan dilalui saat pulang ke rumah dari kantor Dominic. Ia juga sudah hapal jalan dari kampusnya ke kediamannya yang mewah. Tetapi, Esme tidak akan paham rute angkutan kota hanya dengan sekali menerangkan saja.“Kalau aku memberitahumu, kamu yang akan menjemputku, kan?” Esme meminta k
Esme tahu kalau ia sudah melakukan kesalahan. Ia sudah memprovokasi Azzar yang berhati baik. Ia telah membuat pria itu akan mendapatkan masalah. Tetapi, anehnya Esme sama sekali tidak menyesal. Malahan ia terharu.Ia mengenggam tangan Azzar lebih erat dan melepaskan tangan Dominic di sisi lainnya. Kemudian dengan gerakan yang sedikit ia bersembunyi di sisi Azzar, meminta perlindungan. Apakah ini perasaan yang dirasakan oleh Anna sebelumnya?“Aku akan ikut dengan Azzar, Dom! Kita akan bicara nanti!”Wajah Dominic yang bahkan tidak bisa dilihat oleh Esme tampak merak. Tangannya yang tadi mengenggam Adriana terkepal hebat. Ia tampak tidak suka dengan dengan kejadian ini. Tatapannya sangat tajam ditujukan kepada Azzar.“Ini tidak akan berakhir dengan baik, Esme!” katanya dengan tegas.Ini bukan ancaman untuk Esme, tetapi buat Azzar. Karena bagaimana pun Azzar adalah pegawai yang bekerja dengan Dominic. Ia digaji oleh Dominic dan sudah lama bekerja dengan bos yang sama.“Kita akan bicara n
Azzar masuk ke dalam ruang kerja Dominic. Pria itu menunggu di dalam, berdiri membelakangi pintu hingga ia tak bisa menduga apa yang sebenarnya dipikirkan. Mungkin saja Dominic larut dalam lamunannya. Maka ia mengetuk tepi meja untuk memberitahu kalau dirinya sudah ada di dalam ruangan.“Kenapa?” Dominic langsung menyerang Azzar dengan pertanyaan. Hanya saja pertanyaan macam apa yang diberikan kepadanya.“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Azzar.Ia mendengar suara tawa Dominic dan kemudian pria yang berdiri itu memutar tubuhnya sedikit, menatap Azzar dengan tatapan meremehkan. “Apa kamu berpikir kalau dengan melakukan hal seperti tadi, Esme akan bersimpati padamu?”Ia hampir saja lupa dengan perbuatan yang baru saja dilakukan. “Saya akan menjelaskannya!”“Tidak perlu! Aku yang harus menjelaskannya padamu. Di mana posisimu, Azzar! Kamu ... hanya seorang pekerja di tempat ini. Kamu tidak berhak ikut campur dengan hal yang aku lakukan. Otakmu itu tidak akan bisa mencapai keputusan yang sama
Jangankan keluar dari kamarnya yang nyaman, Esme bahkan tidak diperbolehkan membuka jendela kamarnya hanya untuk mendapatkan udara segar. Sehingga ia tak menganti pakaian sejak kemarin. Ia tidur terlentang memandang langit-langit yang tidak berubah.“Ini membosankan!” keluh Esme.Ia berguling dengan cepat dan kemudian menelungkup. Ia menengelamkan wajahnya ke dalam bantal dan menendang-nendang tidak terima. Tiba-tiba ia mendapatkan ide bagus. Jika ia tak bisa keluar atau pun membuka jendela, maka ia mungkin bisa meminta seseorang masuk ke dalam kamar untuk dijadikan teman mengobrol.Esme meloncat ke arah pintu kamarnya dan mengetuk. Ia tahu kalau ada seseorang yang sedang berjaga di depan pintu kamar. Pintu kamar yang dikunci dari luar itu terbuka sedikit. “Ya, Nona?” tanya orang yang muncul.“Apa mamaku ada di rumah? Apa aku bisa bicara dengannya?”Si pelayan yang menjaga pintu tampak ragu dalam menjawab. Ia sep
Tidak banyak yang bisa mereka lakukan di dalam kamar. Yulia dan Esme mengobrol dan kemudian tidur siang. Setelah semua itu selesai tahu-tahu hari sudah sore dan kemudian sudah waktunya Yulia kembali ke rumahnya sendiri.“Aku ingin memintamu menginap, tetapi pasti tidak bisa, kan?”Yulia terkekeh kecil mendengarnya. “Aku bisa mengatakannya pada Wyatt. Apa kamu benar ingin aku menginap?”Mata Esme terbelalak tanpa aba-aba. Ia kemudian mengeleng dengan penuh semangat dan tertawa terbahak-bahak. “Wyatt akan marah padaku karena membuatmu meninggalkannya dan menemaniku di sini! Aku membutuhkan teman, tetapi bukan musuh!” Esme tertawa kecil saat berkata.Yulia mengeleng. Mengenang apa saja yang bisa dilakukannya di rumah saat ini. Dia memang menjadi istri Wyatt, tetapi hanya di atas kertas saja. Ia tak yakin kalau Wyatt akan memperlakukannya seperti istri yang sebenarnya suatu saat nanti. Dengan keberadaan Anna yang mengakar di dalam hati Wyatt.“Kenapa kamu tidak mau menikah?” tanya Yulia p
“Katanya ada persaingan untuk mendapatkan Nona Esme di atara Pak Dominic dan Azzar!” Wyatt penasaran dengan yang terjadi sebenarnya. Sampai ada kabar seperti itu yang beredar di antara karyawan yang bekerja di perusahaan pasti sudah terjadi pertengkaran yang begitu nyata di antara kedua orang itu. “Wyatt!” Salah seorang pegawai memanggilnya. Ia menoleh menatap pria dengan kemeja warna abu-abu dan celana dasar hitam. Karena Wyatt tak kunjung mendekat, pria itu melambai kembali memberi tanda kalau dirinya memanggil. “Ada apa?” Wyatt bertanya setelah hanya tinggal dua atau tiga langkah dari pria itu saja. “Kamu cukup dekat dengan Tuan Dominic dan Azzar bukan? Apa kamu tahu soal persaingan cinta mereka?” tanya pria itu dengan penuh mengebu-gebu pada Wyatt. Ia memiringkan kepala, melipat tangan di dada. “Salah jika kalian pikir kalau aku kenal dengan mereka berdua. Aku hanya kenap melalui Nona Esme keduanya. Nona Esme adalah temanku!” Sudah saatnya Wyatt mengambil peran lebih aktif se
Kenapa ia memilih diam saja, ya?Hal itu berputar di dalam kepala Esme, membuatnya menjadi tidak nyaman dan kemudian tidak bisa tidur juga. Ia bisa menjelaskan kenapa ia mengambil pilihan semacam itu kepada Yulia, dengan begitu ia akan merasa tenang.Ia kemudian menendang selimutnya untuk bisa menyingkirkan risau dan berjalan mondar-mandir sepanjang malam supaya merasa baik-baik saja sekarang. Ia kemudian menguap ketika hari telah terang malam itu.Sarapannya di antara ke kamar. Hukumannya tetap berada di dalam kamar masih berlangsung saat ini. Sarapan yang mampir ke dalam mulutnya terasa hambar.“Sudah selesai sarapan kamu, kan?” Mamanya muncul di dalam kamar dengan pakaian lebih indah dibandingkan biasanya.Esme ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya sekarang. Tetapi, ia sama sekali tidak berminat untuk mencari tahu sedikit pun. Ia akan mengetahuinya lebih cepat dibandingkan dengan apapun. Kedua orang tuanya begitu berbakat dalam membuatnya kaget.“Ya, sudah!” Esme mendorong piringn
“Aku akan dapat masalah kalau kamu ada di sini, Esme!” Wyatt menginterupsi tindakan Esme yang meminta seorang office boy mengambilkan kursi plastik dan meletakannya di samping Wyatt. Ia tidak tahu, tetapi ia merasa tidak nyaman.Ia bahkan bisa membayangkan bagaimana Dominic mulai merasa tidak nyaman dengan keberadaan kekasihnya yang nakal duduk di depan pintu ruangan tempat ia sedang mengadakan rapat kecil dengan staf.“Dia tidak akan menganggap masalah ini serius. Jadi anggap saja dirimu menjadi Azzar saat ini!” Esme mengatakan hal itu dengan yakin.Menjadi Azzar? Mana bisa Wyatt bisa. Ia tak akan pernah bisa menjilat seperti Azzar, berpura-pura menjadi seseorang yang bahkan tak memiliki otak. Seseorang yang akan mengorok lehernya sendiri saat Dominic mengatakan hal seperti itu.Karena tidak mau tertawa mendengar Esme, Wyatt memilih berkonsentrasi pada pekerjaannya yang entah bagaimana menumpuk. Ia tahu betul kalau hal ini adalah ulah Dominic yang ingin ia menyerah dan kemudian tidak