Sudah setahun. Ketegangan yang dirasakannya di dalam kediaman Dominic sudah selama itu. Tidak ada kasus yang benar-benar terpecahkan. Tidak ada kesalahpahaman yang tiba-tiba saja menghilang begitu saja. Tidak ada yang berhasil menyelesaikan semuanya dengan baik. Sebab Wyatt memang menguasahakannya seperti itu.Setiap kali pulang bekerja, ia merasa sangat senang. Rasanya seperti setiap harinya hal yang diperjuangkan sebentar lagi akan terlaksana. Rasanya manis kemenangan dari balas dendam yang akan memakan banyak korban ada di mulutnya. Ia senang sampai-sampai bersenandung sambil mencengkeram setang motornya erat-erat.Kondisi Elen menjadi buruk dan baik setiap kali ada di kediamannya. Sehingga sudah sejak lama ia memindahkan wanita yang adalah ibu dari Anna ke tempat lain. Di sana Elen akan dirawat lebih baik. Rumah Elen telah dijual dan uangnya disimpan di dalam deposito. Memastikan kalau-kalau terjadi sesuatu yang begitu mendesak, bank akan mengurus Elen menggunakan uang itu dan asu
“Hati-hati Tuan Muda!” Pengasuh yang dipekerjakan oleh Esme berteriak memperingatkan William yang sedang lincah-lincahnya berlari. Anak itu akan mencoba untuk mencapai halaman dengan dan berlari ke gerbang kapan pun ada kesempatan. Sehingga cukup banyak pembantu tetap dan pelayan ditugaskan untuk mengawasi. Semuanya diupayakan untuk membuat si tuan muda kecil nyaman.Esme duduk memperhatikan dengan tenang anaknya yang diawasi banyak orang. Kecemasannya tentang sikap Dominic mendadak lenyap setelah tidak lagi terganggu dengan pengasuhan anaknya.Saat itu Esme melihat seorang pelayan yang datang dengan rantang yang biasa diantarkan menuju kantor. Ia mengernyit dan berdiri, meninggalkan kursinya untuk mengawasi dan masuk ke rumah.William menghadang langkahnya beberapa langkah di depan pintu. Wajah anak laki-laki berkulit putih itu memerah karena panas berlari. “Ibu mau ke mana?” tanyanya sambil mencengkeram erat gaun yang digunakan Esme saat ini.Esme menunduk, mengangkat anak itu tanpa
Tugas seorang pelayan adalah menyelesaikan tugas yang tidak bisa diselesaikan oleh tuannya. Kemudian menutup kekurangan dari tuan yang mempekerjakannya. Sebenarnya masih ada banyak lagi tugas dari seorang pelayan yang telah mengabdikan diri.Namun, kali ini hanya pekara dua hal tersebut saja yang diulang di dalam kepala oleh Azzar. Bukan tanpa alasan ia melakukan penggulangan seperti ini. Alasannya sedikit membingungkan juga mengagetkan.Sejak bekerja di keluarga Dominic mengantikan kedua orang tuanya yang meninggal karena sakit dan dibiayai pengobatannya oleh keluar orang yang sama, Azzar telah bertekad melakukan tugas dengan sangat sempurna tanpa cacat. Ia menyuruh dirinya untuk menjadi robot supaya tidak merasa sakit hati jika diperlakukan buruk. Apalagi sama sepertinya Dominic juga yatim piatu. Ia merasa mengasuh adik laki-lakinya yang manja setiap kali berhadapan dengan Dominic. Sampai Esme muncul dengan tiba-tiba menguncang penalarannya sendiri.Dalam kecemburuannya Dominic meng
Suara Esme. Normalnya saat seorang pria berselingkuh di kantor dan kemudian istrinya datang tiba-tiba, hal pertama yang dilakukan oleh pria itu adalah mendorong selingkuhannya keluar.Tetapi, Dominic tidak melakukannya. Malahan ia menarik sekretarisnya yang baru akan berdiri dan siap berakting seolah sudah melakukan pekerjaan di dalam ke pangkuannga. Ia menarik kerah baju wanita itu, menyarangkan kecupan di leher hingga sekretarisnya mendesah pelan.Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Dominic bertanya di dalam hati. Ia benar-benar ingin tahu reaksi istrinya yang terus-terusan diragukan dan membuatnya kesal. Reaksi itu akan membuat Dominic yakin dengan apa yang akan dilakukan selanjutnya.Mata Esme melotot, seolah-olah akan keluar dari rongganya. Pelayan Dominic, Azzar juga memiliki ekspresi yang sama. Hanya Wyatt saja yang memiliki tatapan berbeda. Ada kepuasan yang tidak bisa dijelaskan dari mana. Sebuah kepuasan yang membuat Dominic menyadari kalau inilah yang diinginkan pria itu.
Atap adalah pilihan yang diambil Dominic. Wyatt jadi membayangkan dirinya terjun dari lantai lima gedung ini ke bawah dan mati. Rasanya pilihan tersebut sangat menyenangkan dan juga menakutkan. Ia ingin tahu apakah dengan begitu bisa bertemu dengan pujaan hatinya di neraka. Tetapi, ia juga tak mau melakukannya mengingat berapa banyak usaha yang dilakukan oleh kakeknya hanya untuk memastikan kalau ia bertahan hidup. Rasanya ia berkhianat. Dan Wyatt bukan manusia yang suka berkhianat.“Seperti yang kamu katakan.” Dominic bicara tampak senang.Kilatan matanya seolah berkata kalau ia telah melakukan cukup banyak usaha untuk mencapai apa yang didapatnya sekarang. Tetapi, Wyatt kurang mengerti apa yang sedang dibicarakan Dominic sekarang.“Ya, Tuan?” katanya dengan nada yang menjelaskan ketidak mampuannya dalam menelaah informasi.Dominic menyipitkan mata layaknya anak yang baru saja puber. “Bukannya kamu yang menyuruhku untuk mengambil inisiatif supaya Esme memperlihatkan emosinya? Aku sud
Esme sudah menduganya. Kalau Dominic tidak akan kembali ke rumah. Bahkan, Azzar juga tidak. Seolah kedua orang yang seharusnya ia percaya itu bersekongkol untuk bisa menghancurkan dirinya saat ini.Merasa dikhianati, Esme membutuhkan seseorang untuk bersandar. Tak perlu orang yang memahami dirinya, cukup orang yang akan mendengarkan apa yang ingin dikatakan. Keluh kesahnya. Amarah yang tidak bisa disampaikan pada orang yang seharusnya. Ia tahu siapa yang mau mendengarnya. Dan tidak menunggu lama untuk memastikan kalau orang itu akan ada di dekatnya.“Di mana Wyatt?” katanya beberapa detik setelah membuka pintu kamarnya.Hari sudah malah dan ia juga tahu di mana pria itu berada saat ini. Walau sudah tidak lagi memiliki istri dan anaknya kini dalam pengasuhan mantan istrinya, Wyatt selalu pulang tepat waktu seperti saat dirinya masih memiliki istri.“Pak Wyatt sudah kembali ke rumahnya pukul enam tadi, Nyonya. Kalau Anda membutuhkan sesuatu ....”“Aku tidak butuh kalian! Tolong hubungi
“Aku tidak akan pulang hari ini!” Dominic memberitahu Wyatt siang tadi. Saat perjalanan mereka kembali ke depan pintu ruang kerja bosnya itu. “Mungkin aku bisa menangkap basah kedua orang itu jika memberi kesempatan kepada mereka untuk berduaan!”Wyatt masih bisa membayangkan bagaimana Dominic mengepalkan tangannya sekuat tenaga, menahan amarah yang mengelegak di dalam matanya. Berusaha bertahan supaya tidak mengamuk sembarangan bagaikan monster yang lepas dari kekangan.“Bagaimana kalau dia tidak melakukannya, Tuan?” tanya Wyatt.“Kamu pikir tidak akan?” Dominic malah balik bertanya padanya siang tadi.“Ya, karena saya yakin Azzar adalah manusia dengan jenis perhitungan yang tidak akan bisa dikalahkan oleh seseorang.” Karena perhitungan itulah Azzar mengetahui maksud Wyatt tanpa perlu berbicara dari hati ke hati.“Kalau begitu aku hanya perlu meyakinkan mereka kalau aku memberikan kesempatan!” Dominic berkata.Wyatt tidak berhasil menahan dirinya untuk tidak tertawa. “Kenapa Anda men
“Anda tidak tidur semalam, Nyonya?” Azzar terkejut dengan keberadaan Esme di teras depan pavilliun.Di depan wanita itu ada cukup banyak cangkir berisi kopi. Baru saja Azzar ingin mengajukan pertanyaan lain, segelas kopi lainnya datang. Ia terbelalak menatap Wyatt yang menyuguhkannya.“Kenapa kamu terus memberi Nyonya kopi? Bagaimana kalau itu membuatnya sakit?” tanya Azzar, mengalirkan kemarahan serta rasa stres yang didapatnya saat bersama dengan Dominic.Wyatt memandangnya dengan tatapan penuh tuduhan, memang apa lagi yang bisa aku lakukan selain menuruti semua permintaan para orang kaya yang mempekerjakaku.Azzar mengambil napas dalam dan menatap ke arah Esme kembali. Saat wanita yang telah menjadi ibu tersebut akan mengapai cangkir kopi yang masih penuh, diambilnya dan diminum dalam beberapa tegukan.“Kenapa?” Esme terdengar marah dengan tindakan yang dilakukan oleh Azzar. “Kamu tidak perlu bersimpati padaku, biarkan aku berusaha menenangkan diri!” Ucapan Esme terdengar dingin.T
“Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese
“Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua
“Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas
“Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba
Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb
“Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be
William menangis tiba-tiba malam tadi. Padahal William adalah anak paling tenang yang diketahui oleh semua orang. Ia tidak menjerit saat jatuh sendiri dan suka bertualang di kebun mawar tempat Esme minum teh.“Mungkin karena Nyonya gelisah, makanya Tuan Muda jadi tidak tenang!” Pengasuh yang didatangkan dari rumah kedua orang tuanya berpendapat seperti itu.Pikiran Esme memang tidak tenang. Sejak sore tadi ia merasa sudah mengatakan sesuatu yang salah. Apalagi Wyatt yang seharusnya belum pulang, tiba-tiba saja minta izin untuk keperluan mendadak.Jika saja ada Yulia di rumah, maka esme pasti akan percaya. Namun, wanita yang mencintai Wyatt itu tidak ada di rumah asistennya itu sekarang. Mereka telah bercerai.“Mungkin kamu benar!” katanya pasrah. “Bagaimana aku menenangkan diri?” tanya Esme bingung.Biasanya ia akan menanyakan hal ini pada Wyatt. Asistennya itu selalu tahu apa-apa yang diinginkan Esme bahkan sebelum bicara. Seolah Wyatt membaca pikirannya yang tidak dipahami sendiri.
“Bagaimana aku bahagia kalau kamu tidak ada di sini?” bisik Wyatt pelan.Wyatt lekas tersadar kalau bukan hanya dirinya saja yang ada di ruangan ini saat ini. Begitu sadar ia langsung memeluk nampan dan tersenyum seolah tidak ada hal yang buruk yang pernah terjadi padanya.“Kamu bilang apa?”Wyatt tetap tersenyum dan tanpa mengatakan apa-apa ia pergi. Begitu ia melewati pintu ruangan tempat Esme duduk dan minum teh, Wyatt berlari sekuat tenaga. Dengan napas yang terengah-engah ia meletakan nampan yang tadi didekap. Para tukang masak yang tengah istirahat memandangnya dengan terheran-heran.“Ada masalah, Wyatt?”Dengan tubuh gemetar, Wyatt menutup mulutnya. Ia penasaran dengan seperti apa tampangnya sekarang. Pasti tidak bisa baik-baik saja.“Wyatt!” Tukang masak yang paling tua menghampiri dirinya. Disentuhnya bahu Wyatt perlahan. “Apa kamu benar baik-baik saja? Kamu tampak terguncang!”Wyatt menelan ludah. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Esme saat ini. Ia tidak akan bisa bersikap n
“Bagaimana kamu ada di sini?” tanya Dominic.Hampir seminggu ia tak mengunjungi rumah utama. Ia lebih nyaman berada di rumah yang dibelinya secara rahasia. Dan mengatasi masalah dari sana. Kepalanya terasa damai karena tidak perlu melihat Esme untuk sementara. Walau hatinya masih tetap panas setiap kali pergi ke kantor dan kemudian bertemu dengan Azzar. Rasanya ia ingin mendepak pria itu secepat kilat dari kehidupan, hanya saja belum mendapatkan alasan yang tepat.Lalu sore ini ia melihat seseorang duduk berjongkok di depan rumah pribadinya yang disembunyikan> Rumah yang terlarang untuk dimasuki Esme dan Azzar kini. Ia pikir mungkin itu adalah gelandangan yang tersesat, tetapi menyadari dengan cepat saat membuka jendela mobil kalau yang datang adalah si sekretaris yang dimanfaatkan untuk membuat Esme marah besar seminggu lalu.Dominic tidak turun dari mobil. Hanya jendela kaca mobilnya saja yang sengaja dibuka. Ia menatap si sekretaris dari atas sampai bawah, kelihatannya ia baru saja