Sakit! Perih!
Esme tidak tidak tahu apa yang mempengaruhi Dominic saat ini. Perlakuannya kasar. Ia bahkan tidak mempedulikan Esme yang menangis dan memohon untuk berhenti. Hingga hubungan seks ini terasa begitu menjijikan dan membuatnya mual.
Tubuh Dominic menegang di atasnya, mencapai puncak tanpa sempat bertanya pada Esme apakah sama seperti pria itu atau tidak. Setelah itu Dominic berguling dan duduk di tepi ranjang. Masih tidak bertanya pada Esme apakah ia puas atau tidak.
Pria yang menjadi suaminya hampis satu setengah tahun tersebut memumungut pakaiannya dan memakainya, kemudian berdiri diam di sebelah Esme.
Ia sendiri masih belum bergerak sedikit pun. Ia memiliki dorongan kuat untuk menangis. Hanya saja menangis dengan Dominic ada di sampingnya terasa begitu mewah untuk pria tersebut. Maka ia memutuskan untuk diam, tidak bergerak, dan hanya bernapas seperlunya saja. Ia menikmati rasa sakit, perih, dan menjijikan yang tertinggal padanya.
Ada Azzar di sana, di taman tempat Esme sedang duduk. Memang tidak kelihatan seperti orang yang tengah melakukan pembicaraan romantis. Wajah Azzar tampak sangat serius, begitu juga dengan Esme.Sekarang apa yang harus dilakukan oleh Wyatt sekarang. Nampan berisi teko teh dan cangkir dipegangnya erat-erat. Ia masih belum bisa membuat dirinya terjun dengan kekuatan penuh. Hanya Azzar di sini yang curiga padanya. Dominic sama sekali tidak berpikir kalau Wyatt sedang berusaha mengadu domba. Dan Esme sendiri, walau sedikit curiga, tetapi mengabaikan alaram dari dirinya sendiri.Kalau Wyatt sampai ke sana bisa saja Azzar akan pergi. Tidak! Azzar pasti akan meninggalkan tempat itu segera. Tidak peduli dengan apapun lagi. Ia benar-benar masih mau membersamai Esme dan Dominic sampai akhir.“Bodoh! Padahal kamu boleh egois!” kata Wyatt sambil tertawa kecil.Tetapi, teh yang diminta Esme padanya akan segera dingin. Semakin lama tidak muncul, maka besar kemungkinan Esme akan semakin curiga padany
Sudah setahun. Ketegangan yang dirasakannya di dalam kediaman Dominic sudah selama itu. Tidak ada kasus yang benar-benar terpecahkan. Tidak ada kesalahpahaman yang tiba-tiba saja menghilang begitu saja. Tidak ada yang berhasil menyelesaikan semuanya dengan baik. Sebab Wyatt memang menguasahakannya seperti itu.Setiap kali pulang bekerja, ia merasa sangat senang. Rasanya seperti setiap harinya hal yang diperjuangkan sebentar lagi akan terlaksana. Rasanya manis kemenangan dari balas dendam yang akan memakan banyak korban ada di mulutnya. Ia senang sampai-sampai bersenandung sambil mencengkeram setang motornya erat-erat.Kondisi Elen menjadi buruk dan baik setiap kali ada di kediamannya. Sehingga sudah sejak lama ia memindahkan wanita yang adalah ibu dari Anna ke tempat lain. Di sana Elen akan dirawat lebih baik. Rumah Elen telah dijual dan uangnya disimpan di dalam deposito. Memastikan kalau-kalau terjadi sesuatu yang begitu mendesak, bank akan mengurus Elen menggunakan uang itu dan asu
“Hati-hati Tuan Muda!” Pengasuh yang dipekerjakan oleh Esme berteriak memperingatkan William yang sedang lincah-lincahnya berlari. Anak itu akan mencoba untuk mencapai halaman dengan dan berlari ke gerbang kapan pun ada kesempatan. Sehingga cukup banyak pembantu tetap dan pelayan ditugaskan untuk mengawasi. Semuanya diupayakan untuk membuat si tuan muda kecil nyaman.Esme duduk memperhatikan dengan tenang anaknya yang diawasi banyak orang. Kecemasannya tentang sikap Dominic mendadak lenyap setelah tidak lagi terganggu dengan pengasuhan anaknya.Saat itu Esme melihat seorang pelayan yang datang dengan rantang yang biasa diantarkan menuju kantor. Ia mengernyit dan berdiri, meninggalkan kursinya untuk mengawasi dan masuk ke rumah.William menghadang langkahnya beberapa langkah di depan pintu. Wajah anak laki-laki berkulit putih itu memerah karena panas berlari. “Ibu mau ke mana?” tanyanya sambil mencengkeram erat gaun yang digunakan Esme saat ini.Esme menunduk, mengangkat anak itu tanpa
Tugas seorang pelayan adalah menyelesaikan tugas yang tidak bisa diselesaikan oleh tuannya. Kemudian menutup kekurangan dari tuan yang mempekerjakannya. Sebenarnya masih ada banyak lagi tugas dari seorang pelayan yang telah mengabdikan diri.Namun, kali ini hanya pekara dua hal tersebut saja yang diulang di dalam kepala oleh Azzar. Bukan tanpa alasan ia melakukan penggulangan seperti ini. Alasannya sedikit membingungkan juga mengagetkan.Sejak bekerja di keluarga Dominic mengantikan kedua orang tuanya yang meninggal karena sakit dan dibiayai pengobatannya oleh keluar orang yang sama, Azzar telah bertekad melakukan tugas dengan sangat sempurna tanpa cacat. Ia menyuruh dirinya untuk menjadi robot supaya tidak merasa sakit hati jika diperlakukan buruk. Apalagi sama sepertinya Dominic juga yatim piatu. Ia merasa mengasuh adik laki-lakinya yang manja setiap kali berhadapan dengan Dominic. Sampai Esme muncul dengan tiba-tiba menguncang penalarannya sendiri.Dalam kecemburuannya Dominic meng
Suara Esme. Normalnya saat seorang pria berselingkuh di kantor dan kemudian istrinya datang tiba-tiba, hal pertama yang dilakukan oleh pria itu adalah mendorong selingkuhannya keluar.Tetapi, Dominic tidak melakukannya. Malahan ia menarik sekretarisnya yang baru akan berdiri dan siap berakting seolah sudah melakukan pekerjaan di dalam ke pangkuannga. Ia menarik kerah baju wanita itu, menyarangkan kecupan di leher hingga sekretarisnya mendesah pelan.Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Dominic bertanya di dalam hati. Ia benar-benar ingin tahu reaksi istrinya yang terus-terusan diragukan dan membuatnya kesal. Reaksi itu akan membuat Dominic yakin dengan apa yang akan dilakukan selanjutnya.Mata Esme melotot, seolah-olah akan keluar dari rongganya. Pelayan Dominic, Azzar juga memiliki ekspresi yang sama. Hanya Wyatt saja yang memiliki tatapan berbeda. Ada kepuasan yang tidak bisa dijelaskan dari mana. Sebuah kepuasan yang membuat Dominic menyadari kalau inilah yang diinginkan pria itu.
Atap adalah pilihan yang diambil Dominic. Wyatt jadi membayangkan dirinya terjun dari lantai lima gedung ini ke bawah dan mati. Rasanya pilihan tersebut sangat menyenangkan dan juga menakutkan. Ia ingin tahu apakah dengan begitu bisa bertemu dengan pujaan hatinya di neraka. Tetapi, ia juga tak mau melakukannya mengingat berapa banyak usaha yang dilakukan oleh kakeknya hanya untuk memastikan kalau ia bertahan hidup. Rasanya ia berkhianat. Dan Wyatt bukan manusia yang suka berkhianat.“Seperti yang kamu katakan.” Dominic bicara tampak senang.Kilatan matanya seolah berkata kalau ia telah melakukan cukup banyak usaha untuk mencapai apa yang didapatnya sekarang. Tetapi, Wyatt kurang mengerti apa yang sedang dibicarakan Dominic sekarang.“Ya, Tuan?” katanya dengan nada yang menjelaskan ketidak mampuannya dalam menelaah informasi.Dominic menyipitkan mata layaknya anak yang baru saja puber. “Bukannya kamu yang menyuruhku untuk mengambil inisiatif supaya Esme memperlihatkan emosinya? Aku sud
Esme sudah menduganya. Kalau Dominic tidak akan kembali ke rumah. Bahkan, Azzar juga tidak. Seolah kedua orang yang seharusnya ia percaya itu bersekongkol untuk bisa menghancurkan dirinya saat ini.Merasa dikhianati, Esme membutuhkan seseorang untuk bersandar. Tak perlu orang yang memahami dirinya, cukup orang yang akan mendengarkan apa yang ingin dikatakan. Keluh kesahnya. Amarah yang tidak bisa disampaikan pada orang yang seharusnya. Ia tahu siapa yang mau mendengarnya. Dan tidak menunggu lama untuk memastikan kalau orang itu akan ada di dekatnya.“Di mana Wyatt?” katanya beberapa detik setelah membuka pintu kamarnya.Hari sudah malah dan ia juga tahu di mana pria itu berada saat ini. Walau sudah tidak lagi memiliki istri dan anaknya kini dalam pengasuhan mantan istrinya, Wyatt selalu pulang tepat waktu seperti saat dirinya masih memiliki istri.“Pak Wyatt sudah kembali ke rumahnya pukul enam tadi, Nyonya. Kalau Anda membutuhkan sesuatu ....”“Aku tidak butuh kalian! Tolong hubungi
“Aku tidak akan pulang hari ini!” Dominic memberitahu Wyatt siang tadi. Saat perjalanan mereka kembali ke depan pintu ruang kerja bosnya itu. “Mungkin aku bisa menangkap basah kedua orang itu jika memberi kesempatan kepada mereka untuk berduaan!”Wyatt masih bisa membayangkan bagaimana Dominic mengepalkan tangannya sekuat tenaga, menahan amarah yang mengelegak di dalam matanya. Berusaha bertahan supaya tidak mengamuk sembarangan bagaikan monster yang lepas dari kekangan.“Bagaimana kalau dia tidak melakukannya, Tuan?” tanya Wyatt.“Kamu pikir tidak akan?” Dominic malah balik bertanya padanya siang tadi.“Ya, karena saya yakin Azzar adalah manusia dengan jenis perhitungan yang tidak akan bisa dikalahkan oleh seseorang.” Karena perhitungan itulah Azzar mengetahui maksud Wyatt tanpa perlu berbicara dari hati ke hati.“Kalau begitu aku hanya perlu meyakinkan mereka kalau aku memberikan kesempatan!” Dominic berkata.Wyatt tidak berhasil menahan dirinya untuk tidak tertawa. “Kenapa Anda men