Hari berganti seiring detak jarum jam yang terus berputar.Sejak pertemuannya dengan Adnan dua minggu yang lalu, Fadli memang terus berusaha menggali lebih dalam memori ingatannya yang terpecah.Kejadian demi kejadian mengerikan itu datang silih berganti dalam ingatannya.Sejauh ini, Fadli berusaha untuk tidak terhasut kata-kata Adnan yang mengatakan bahwa dialah pembunuh yang sesungguhnya.Bukan Jervian.Fadli terus memungkiri hal itu dan mencoba menjalani kehidupannya dengan baik bersama Tazkia, juga Rafa.Bahkan niatnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang bernama Bergas dan Syarif itu dia urungkan karena Fadli yang memang terlalu takut menghadapi kenyataan.Selama dia bisa meredam naluri membunuh dalam dirinya, Fadli pikir dia tak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.Hari ini, adalah hari pertama Fadli kembali bekerja di rumah sakit.Seperti biasa, setelah sarapan, Tazkia pun mengantar kepergian sang suami di teras."Kamu yakin bisa nyetir sendiri Mas?" Tanya Tazkia saat itu. "
POV Fadli a.k.a JerichoHarusnya, malam ini menjadi malam yang sempurna untukku merasakan kehangatan keluarga.Berkumpul bersama Ibu dan Ayah mertuaku serta istri dan anakku.Sejak aku terbangun dari koma pasca cidera kepala yang aku alami, semua memang berubah.Aku merasa hidupku lebih berarti. Lebih indah. Lebih bermakna.Tazkia menjelma menjadi istri yang sempurna di mataku dan kepintaran Rafa, membuatku bangga menjadi Ayahnya. Bahkan, kebaikan dan perhatian kedua orang tua Tazkia membuatku merasakan kasih sayang orang tua yang sudah lama tak aku dapatkan.Entah bagaimana kehidupanku di masa lalu, semua memang masih menjadi misteri bagiku.Aku masih terus berusaha untuk mengumpulkan dan menyusun setiap keping ingatan yang hadir dalam benakku hingga aku mengetahui bahwa kini, di dalam kepalaku, terdapat sebagian otak milik Jervian. Saudara kembarku sendiri.Jervian yang dikenal masyarakat sebagai pembunuh berantai yang sangat keji.Awalnya, aku merasa frustasi akan hal itu.Aku keta
Regi, jika surat ini sampai ke tanganmu, itu artinya aku sudah tidak ada di dunia ini lagi.Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih atas semua budi baikmu yang telah membiayai pengobatan istriku hingga dia sembuh total dari penyakitnya. Sampai detik ini, aku tak akan pernah bisa melupakan semua itu.Mungkin, ini waktunya aku membalas semua kebaikanmu dulu dengan memberitahukan fakta tentang Fadli.Aku memang tidak tau pasti bagaimana cerita awalnya Fadli dan saudara kembarnya bisa berbarengan masuk ke rumah sakit. Aku bahkan baru tau malam itu bahwa sebenarnya Fadli memiliki saudara kembar bernama Jervian yang diketahui oleh semua orang sebagai pembunuh berantai yang selama ini menjadi incaran polisi. Yang aku tahu, malam itu, kondisi Fadli kritis karena sebagian otaknya hancur. Itulah sebabnya profesor Bergas mengambil keputusan untuk melakukan operasi transplantasi otak milik Jervian. Dan yang melakukan operasi itu adalah Adnan Al-Hakim. Ternyata, dia masih hidup! Dan kami, para
POV Fadli a.k.a JerichoAku berjalan ling lung setelah sosok Regi sudah tak tampak dari pandanganku.Terseok-seok dan tertatih, aku melangkah melewati lorong koridor rumah sakit yang sepi.Seperti kehilangan arah tujuan, kehilangan pijakan, kehilangan segala-galanya, aku seolah tak menemukan jalan untuk pulang.Bahkan aku tak tahu, apakah kini aku sanggup untuk bertatap muka lagi dengan Tazkia?Malam itu, untuk yang terakhir kalinya, aku pun melihat keadaan Tazkia di dalam ruangan ICU.Regi mengekor langkahku hingga ambang pintu ruangan ICU, seolah takut aku akan mencelakai Tazkia.Tatapan lelaki itu terus mengawasiku di sana.Melihat keadaan Tazkia yang kini terbaring lemah tak sadarkan diri, hatiku terenyuh, sakit."Maafkan aku, Kia..." ucapku lirih seraya meraih jemari Tazkia. Mengecupnya lembut dan menempelkannya di pipiku. Jemari Tazkia saat itu terasa dingin."Mungkin, ini akan menjadi pertemuan terakhir kita, Kia. Aku akan menyerahkan diri ke polisi setelah aku menyelesaikan se
Keesokan harinya, Regi dan Angela sudah tak mendapati keberadaan Fadli di kediamannya.Regi memang tak memberitahu Angela mengenai siapa Fadli sebenarnya, entah hal apa yang membuat Regi percaya bahwa Fadli tidak akan berbohong dengan apa yang sudah lelaki itu ucapkan. Itulah sebabnya, Regi memilih menyimpan fakta itu untuk dirinya sendiri sementara waktu ini, toh jika Fadli nanti sudah menyerahkan diri ke polisi, semua orang termasuk Angela akan tahu kebenarannya.Hari itu, setelah memakamkan jenazah kedua orang tua Tazkia dan juga jenazah janin Tazkia dan Fadli, Regi mengajak Rafa pulang ke kediamannya dulu bersama Tazkia.Dia hendak memperlihatkan kamar yang sudah dia sediakan selama ini untuk sang putra tercintanya.Regi menuntun Rafa ke lantai dua dan dia menengok ekspresi putranya yang ternyata masih sama. Rafa masih terlihat kebingungan."Lumahnya gede banget, Om? Nggak kayak lumah Lapa, kecil," gumamnya Rafa dengan polosnya.Regi hanya tersenyum tipis. "Dulu, Om pernah tinggal
Hari itu, Regi memang sengaja mengundang Angela ke kediamannya untuk menemani Rafa bermain, karena sore nanti dia harus kembali ke rumah sakit untuk menemani Tazkia.Rafa sedang asik bermain mobil remot ditemani Regi di halaman belakang kediaman Regi saat Angela datang membawakan makan siang untuk mereka."Ayo makan dulu." teriak Angela saat itu.Mereka makan bersama dengan Regi yang tampak telaten menyuapi Rafa."Om Legi baik ya Ante. Kalo di lumah cama Bunda, Lapa halus makan cendili. Kalo Ayah mau cuapin Lapa aja, Ayah malah di malah-malahin cama Bunda, nggak boleh." Celoteh Rafa dengan mulutnya yang menggembung penuh dengan makanan.Mendengar hal itu Regi dan Angela jadi tertawa."Rafa kan sudah besar, benar apa kata Bunda, Rafa memang harus sudah bisa makan sendiri. Tapi, berhubung sekarang nggak ada Bunda, Rafa nggak usah bilang-bilang Bunda kalau Rafa makan di suapin sama Om Regi ya?" ucap Regi saat itu.Rafa mengangguk paham diiringi cengirannya yang bertambah lebar.Selesai m
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok
Bergas mengutuk kebodohannya yang sudah termakan bujuk rayu Tristan.Nyatanya, selama ini dirinya sudah dibohongi oleh Tristan yang merupakan kaki tangan Syarif.Syarif dan Tristan bekerjasama memanfaatkan dirinya agar terjalin kerjasama diantara Bergas dengan Perusahaan Gen Corporation di mana pemilik perusahaan itu ternyata adalah Regi Haidarzaim yang merupakan mantan suami Tazkia yang kini menikah dengan Fadli."Jadi selama ini, anda sudah menipu saya, Pak?" Tanya Bergas pada Syarif dalam pertemuan rahasia mereka. "Setelah apa yang sudah saya lakukan untuk anda, tapi apa yang anda lakukan pada saya?" teriak Bergas lagi saat dia mengetahui bahwa izin penelitiannya sudah benar-benar dicabut. Bahkan Syarif melarang Bergas untuk melakukan tes DNA terhadap para Ibu hamil terduga memiliki keturunan dengan Gen Psikopat.Penelitian itu resmi dihentikan dan ditutup untuk selama-lamanya setelah salah seorang peneliti lain yang merupakan anak buah Syarif mengumumkan ke publik bahwa penelitian
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem