Adzan Shubuh yang berkumandang di kejauhan seolah menjadi alarm alami bagi Tazkia untuk bangun dan memulai aktifitas kesehariannya.Mendapati sang suami tak ada di sisinya, Tazkia sedikit heran karena tak biasanya Fadli bangun lebih dulu dari pada dirinya.Setelah merelaksasi tubuh sekilas, sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya, Tazkia merapikan kerudung yang dia kenakan dan beranjak keluar kamar.Mendapati Fadli yang kini tertidur di sofa ruang tengah dengan kondisi laptop yang masih menyala, Tazkia jadi geleng-geleng kepala."Mas, Mas, bangun, udah Shubuh," ucapnya seraya mengguncang pelan bahu sang suami. "Ngerjain apalagi sih sampe ketiduran di sini?" Tazkia tampak mematikan laptop dan merapikan meja yang berantakan.Fadli mengucek kedua mata dan bangkit dari sofa, tanpa menghiraukan ucapan sang istri. Lelaki itu masuk ke dalam kamar mandi dan langsung mandi.Tazkia menatap lekat pintu kamar mandi. Merasa ada yang aneh, hingga setelahnya, dia mengingat bahwa semalam, saat dia m
Fadli baru saja menangani pasien terakhirnya, untungnya hari ini tidak banyak pasien yang berobat sehingga Fadli tidak terlalu sibuk.Fokusnya bekerja memang agak berkurang akibat kurangnya tidur serta beban pikiran atas masalah yang kini dihadapinya karena Arini.Fadli baru saja menenggak air bening terakhir di botol minumannya. Lelaki itu hendak keluar dari ruang kerjanya untuk mampir ke Kantin rumah sakit sebentar.Ini sudah hampir sore, tapi dia belum memakan apapun karena waktu jam makan siangnya tadi Fadli habiskan untuk berkutat di depan laptop.Bunyi ponsel yang berdering membuat langkah Fadli terhenti di pintu. Merogoh saku jas Snellinya dan mengeluarkan benda pipih itu dari sana.Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal tertera di layar ponsel sang dokter.Mengernyitkan dahi menatap layar ponselnya yang menyala-nyala, berusaha berpikir positif, Fadli pun mengangkat panggilan itu."Hallo, Assalamualaikum, ini siapa?" Tanyanya dengan sopan.Hening sempat tercipta beberapa
"Rafassya..." Teriak seorang wanita berhijab dengan perut buncitnya yang terlihat berjalan cepat mengitari taman bermain di sekitar komplek perumahannya. Wajahnya tampak panik dengan kelopak matanya yang berair.Dia sedang bercakap dengan seorang tetangga ketika Rafa sang anak yang kini berusia tiga tahun itu sedang bermain perosotan di taman itu.Semua terjadi begitu cepat, bahkan belum sampai dua menit dia tak menengok Rafa, namun sang anak sudah menghilang dari perosotan itu.Setelah lelah mencari keberadaan sang anak dibantu beberapa warga sekitar, Tazkia pun menelepon sang suami agar lekas pulang untuk membantunya mencari Rafa."Gimana ceritanya Rafa bisa hilang?" Ucap sebuah suara lelaki di seberang, terdengar panik. Dia melepas jas putih kebanggaannya seraya beranjak dari ruang kerjanya."Tadi aku lagi suapin dia di taman, Mas. Terus kan ada Bu Rika ajak aku ngobrol, aku sempet ngebelakangin dia, tapi cuma sebentar kok. Pas aku nengok dia udah nggak ada. Gimana dong Mas? Aku ud
"Maafkan aku Angela..." Bisik Regi di telinga Angela.Regi tau apa yang dia lakukan saat ini dengan menunjukkan jati dirinya pada orang yang jelas-jelas mengenal dirinya di masa lalu, tentu akan berdampak buruk bagi keselamatannya, hanya saja, Regi tidak memiliki pilihan lain dalam hal ini.Selain Angela, Regi tak tahu harus mempercayakan keselamatan Tazkia dan Rafa pada siapa."Ma-af?" Gumam Angela seraya melepas pelukan Regi dengan gerakan cepat, tatapannya menusuk tatapan Regi. Dan Regi bisa merasakan adanya kemarahan dalam tatapan itu. "Setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku, bisa-bisanya kamu bilang maaf?" Angela menjauh dari Regi, melipat kedua tangan di depan dada dan sesekali mengerjapkan kedua matanya, menahan cairan bening itu kembali berjatuhan.Sungguh, dia tak ingin terlihat lemah di hadapan lelaki brengsek itu."Angela, biar aku jelaskan semuanya dari awal. Bisa kita bicara?" Ajak Regi, masih berusaha membujuk Angela.Kehadiran Isah yang Regi kenal sebagai mantan pemb
Angela baru saja selesai membaca biografi Adnan Al-Hakim yang diberikan Regi padanya malam ini.Di mana Angela pun baru mengetahui bahwa ternyata, Adnan Al-hakim adalah Ayah Fadli dan Arini.Sejauh dirinya mengenal sosok Fadli, Angela hanya sebatas tahu bahwa ayah kandung Fadli masih hidup dan tengah menjalani hukuman di penjara akibat membunuh istrinya, alias Ibunda Fadli sendiri. Hanya saja, Angela tak pernah tahu siapa sebenarnya identitas asli Ayah kandung Fadli itu."Setahuku, Adnan Al-Hakim itu hanya memiliki dua orang anak kembar laki-laki, bernama Jericho dan Jervian," gumam Angela pada Milly.Milly yang jadi ikutan membaca biografi Adnan Al-Hakim karena merasa penasaran.Saat itu, Angela dan Milly sudah pulang ke kediaman mereka."Kakak kenal dengan Adnan Al-Hakim?" Tanya Milly kemudian."Siapa yang tidak kenal dengan dokter gila itu? Dia yang sudah membunuh kedua orang tuaku, Milly!""Apa? Jadi, dia pembunuh berantai itu? Orang yang sudah memenggal kepala korbannya untuk dij
Suasana malam di pinggiran kota London begitu dingin dan sepi.Edhie baru saja memparkirkan kendaraannya di depan ruko yang ditempatinya bersama sang adik, Aster.Mengeluarkan kunci duplikat, Edhie membuka pintu dan menutupnya kembali dari dalam.Mendapati Aster yang masih terjaga dan tampak serius bermain game di kamarnya."Jangan begadang terus. Tidur!" ujar Edhie yang kedatangannya jelas mengejutkan Aster."Kakak! Ngagetin aja!" Protes gadis berusia dua puluh dua tahun itu.Aster mengekor langkah Edhie ke arah dapur dan berkata, "barusan Milly kirim email ke aku, dia bilang Kak Angela dapat tugas penting di Jakarta dari seseorang. Dan orang itu merekrut kita juga."Edhie yang saat itu berada di kamar mandi seketika teringat pada telepon yang diterimanya dari Angela sore tadi.Selesai menggosok gigi dan mencuci muka, Edhie beranjak keluar dari kamar mandi dan melihat sang adik masih berdiri di ambang pintu dapur."Kamu ngapain di sini? Bukannya tidur!" Tegur Edhie lagi."Kenapa sih
Kediaman Fadli dan Tazkia tampak sepi setelah acara tahlilan baru saja selesai.Usai bebenah lalu menemani Rafa hingga tertidur, Tazkia kembali ke ruang tamu untuk menemani keluarganya yang masih berada di sana.Setidaknya, keadaan rumah yang ramai mungkin bisa membuat kondisi Fadli lebih baik.Sejak kepulangan mereka dari acara pemakaman Arini pagi tadi, Fadli terus saja melamun.Lelaki itu hanya sesekali tersenyum tipis saat beberapa tetangga menyapanya untuk memberikan ucapan duka cita dan semangat.Keadaan Fadli memang membuat Tazkia cukup khawatir, itulah sebabnya, Tazkia meminta kedua orang tuanya untuk menginap di kediamannya menemani dirinya dan Fadli.Sayangnya, Mira malam itu harus pulang karena besok dia harus bekerja sementara jarak rumah Fadli dari lokasi kerjanya lebih jauh."Mau Fadli antar pulang Mba?" Tawar Fadli yang akhirnya bicara juga.Mira tersenyum lebar dan menggeleng. "Nggak usah. Mba pulang sendiri aja. Udah pesen taksi online juga. Kamu istirahat aja Fadli,
Pagi ini, mentari bersinar cerah di angkasa.Namun, sebuah video yang tersebar di jagad maya membuat geger seantero Indonesia, di mana dalam video itu terputar sebuah adegan sadis pembunuhan terhadap seorang wanita bernama Mira Yulianti.Dalam video berdurasi satu menit lima belas detik itu, terlihat tubuh Mira yang hanya mengenakan pakaian dalam sudah bersimbah darah dan tergantung di dalam kamarnya.Dari hasil autopsi pihak kepolisian, Mira diduga dianiaya sebelum akhirnya dibunuh.Hal itu terbukti dari adanya beberapa luka sayatan di wajah, leher dan tangan, serta sundutan rokok di beberapa titik tertentu tubuhnya.Selain penganiayaan berat, Mira juga kehilangan dua potong jari tengahnya serta empat gigi bagian depan atas dan bawah, di mana bagian tersebut tidak ditemukan di lokasi kejadian.Berat dugaan, si pembunuh sengaja mengambil bagian tersebut meski belum diketahui apa motifnya.Diketahui Mira adalah seorang pegawai kantoran yang cukup sukses. Di usianya yang sudah melewati