Bab 48
Suster menganggukkan kepalanya di hadapan kami berdua, itu artinya benar adanya bahwa Mas Hendra dan Dini ada perkembangan.
"Sus, anak saya sadar?" tanya Mama mertuaku.
"Adik saya juga sadar?" tanya Mas Wisnu.
Kami semua berharap kabar baik itu datang. Jadi dengan antusias Mas Wisnu selalu menyambar ucapan yang belum terlontarkan dari mulut suster.
"Jadi, kami punya harapan, kan Sus?" sambar Mas Wisnu kembali. Tangan Rika menarik lengannya, kemudian mengelus pundak Mas Wisnu. "Mas, biarkan Suster bicara dulu, kita dengarkan suster terlebih dahulu, jangan nyerobot terus," tutur Rika mencoba cegah Mas Wisnu untuk tenang. Seberapa besar Mas Wisnu antusias dan berharap ada keajaiban untuk adiknya, mungkin sama rasanya dengan harapan Mama mertuaku yang berharap Mas Hendra sembuh. "Baik, jadi untuk pasien Pak Hendra dan Dini, mereka sudah melewati masa kritisnya. Tadi kondisi Dini memanBab 49Setibanya di rumah sakit, aku menanyakan di mana tempat Mas Hendra dirawat. Bagian informasi pun memberitahukan pada kami semua.Aku, Ayu, Mama, Papa, dan Mbok Asih pun segera bergegas ke kamarnya. Ruang VVIP tempat papa kemarin dirawat inap.Kulebarkan daun pintu dengan perlahan, khawatir Mas Hendra hendak tertidur. Namun, ketika aku membuka pintunya, karangan bunga muncul di hadapanku."Selamat ulang tahun, Mbak Mila," ucap Rika yang berada di balik karangan bunga itu. Aku pun memeluknya, dan menerima bunga tersebut."Terima kasih, ya Rika."Aku terharu dengan kejutan yang Rika berikan. Kemudian, kulihat wajah Mas Hendra yang sedang terbaring di ranjangnya. Ia tersenyum sambil memegang sesuatu.Aku langkahkan kaki ini ke arahnya, dan berhenti tepat di samping Mas Hendra."Selamat ulang tahun, Mila. Maafkan segala kesalahanku. Mungkin ini terakhir kalinya aku dapat memberikan kejutan
Ekstra Part"Halo, Mbak Mila, kami sudah berada di Indonesia lagi," cetus Rika ketika ia menghubungiku."Syukurlah, aku amat bahagia dengarnya, apakah jenazah Dini dibawa ke Indonesia?" tanyaku."Nggak, ia meminta dikubur di sana, katanya tidak ingin membuat kita semua bersedih." Aku menghela napas sejenak, tak kusangka Dini yang berusia belia, sudah memikirkan ke arah sana."Astaga, anak itu, benar-benar mandiri sekali," ungkapku. "Lalu kalian sudah di rumah? Aku sedang tes lanjutan di rumah sakit.""Iya, kami di rumah orang tuaku, Mbak. Nanti aku hubungi lagi ya," celetuknya lalu telepon pun terputus.Setelah surprise yang diberikan oleh Dini alias Tini. Aku dan Mas Hendra memutuskan untuk melakukan pengobatan yang lebih rutin, uang yang diberikan olehnya, juga bukan sekadar hanya untuk berobat saja. Ya, kami sudah putuskan untuk membuat yayasan rehabilitasi, barangkali uang ini akan menjadi amal jariyah untuk Dini,
BABY SITTER PLUS-PLUSBab 1"Ayu, Mama pulang, Sayang!" teriak Mila sepulang dari luar kota. Suasana rumah hening, tak ada suara yang terdengar di telinganya. Padahal, ini hari minggu, Hendra pun libur ngantor.Diletakkannya koper yang berisikan pakaian kotor, Mbok Asih juga nggak muncul-muncul, biasanya dengar suara Mila yang melengking ia sontak berlari meskipun dalam keadaan sesibuk apapun. Sebab, ia tahu bahwa majikannya ini cerewet.Mila rebahkan tubuhnya di atas sofa dan sembari melepaskan lelah diambilnya remote televisi. Kemudian, ia nyalakan benda pipih yang berukuran 32 inchi itu sembari menunggu mereka datang.***"Ayu senang hari ini, Sayang?" tanya Hendra ketika ia masuk."Senang, Pah, terima kasih, ya," sahut Ayu.Mila yang mendengar suara datang dari luar pun bangkit mengejutkan mereka."Nah kan, piknik nggak ajak Mama," ucap Mila sembari menyilangkan kedua tangannya di atas dada."Mama ...." Ayu pu
BABY SITTER PLUS-PLUSBab 2Ada rasa sakit di dalam dada Mila, mendengar sedikit pengakuan putrinya. Itu artinya, minggu ini bukan kali pertamanya ia suami Mila melakukan hal ini.Mila melepaskan handuk yang ia pakai untuk menutupi rambutnya yang basah. Kemudian, ia pergi menemui suaminya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga."Mas, aku mau berhenti kerja," pintanya ketika bersebelahan dengan suaminya, Hendra."Loh, kenapa berhenti? Kamu bilang bosen melakukan aktivitas ibu rumah tangga?" sanggahnya membuat Mila menghela napas dalam-dalam."Mas, aku kerja kan karena waktu itu perusahaan Papa kamu hampir bangkrut, sekarang kan sudah stabil lagi, aku akan berhenti," cetus Mila membuat posisi duduk Hendra berhadapan dengannya."Kamu mau apa, nanti Tini diberhentikan kerja gitu? Kasihan, kan sudah jauh-jauh dari kampung, lalu kamu berhentikan begitu saja, gitu!" tekan Hendra. Ia tampak tidak setuju dengan usulan dari istrinya. P
BABY SITTER PLUS-PLUSBab 3Setelah memberikan perintah pada Mbok Asih, Mila pun kembali ke kamarnya. Walaupun Mbok Asih sempat menolak, tapi ia harus tetap menjalankan misi ini.Untuk selanjutnya, Mila menunggu suaminya di kamar. Ia ingin bicara empat mata pada Hendra. Menurutnya, laki-laki yang sedang mabuk wanita harus diperlakukan baik-baik, jangan langsung diserang."Mas, duduk di sampingku sini!" ajaknya. Kemudian ia pun duduk dan menyandar."Kenapa, Sayang?" tanya Hendra."Aku ingin tampil beda, boleh? Sepertinya wajahku sudah sedikit keriput, mungkin akibat banyaknya pekerjaan yang menumpuk.""Kamu masih cantik, kok. Aku nggak pernah bosan memandangmu, nih lihat mataku tertuju padamu," rayu Hendra pada istrinya yang mulai curiga."Mas, besok aku sudah nggak kerja, Tini mau aku pecat," ucap Mila membuat Hendra tersentak, posisinya menjadi berubah duduk ketika mendengar penuturan istrinya."Sayang, kasihan la
BABY SITTER PLUS-PLUSBab 4"Mbok, jangan berisik!" Hendra menyekap mulut Mbok Asih."Papa ngapain di dalam lemari Kak Tini?" tanya Ayu dengan kepolosannya. Bocah mana yang mengerti dan paham tentang ini semua? Tentunya ia sangat bertanya-tanya apa yang dilakukan papanya."Saya sedang mencari tikus yang masuk sini, Mbok!" elak Hendra. "Ayu, tidur di kamar Ayu, yuk! Papa antar," ajak Hendra."Mbok, awas kalau kamu bilang Ibu!" tekan Hendra mengancam. Sementara itu, ada Mila yang tertidur pulas di kamarnya. Ternyata Hendra sudah mempersiapkan diri sebelum ia bergegas ke kamar Tini.***Flashback sebelum tidur'Sebaiknya aku kasih obat tidur pada teh hangat yang akan diminum oleh Mila, ia biasa minum teh sambil menonton televisi, kegiatan itu dilakukan sebelum ia tidur,' gumam Hendra dalam hati sembari ngaduk obat tidur ke secangkir teh.Tidak lama kemudian, minuman itu diminum oleh Mila. Selang setengah jam ia pun menguap da
BABY SITTER PLUS-PLUSBab 5Kemudian, Mila berusaha meredam amarahnya. Ia teringat bahwa keluarga Hendra harus mengetahui kebusukan anaknya. Ini agar Tini segera mendapatkan sanksi dari keluarga.Begitu juga dengan Hendra, ia harus diberikan pelajaran terlebih dahulu."Sudahlah, Mas. Jangan bahas lagi, aku capek!" tutup Mila kemudian naik ke ranjang dan merebahkan tubuhnya.Mila memastikan malam ini mereka takkan bersama, karena sebelum bergegas ke kamar, ia sudah memerintahkan Tini tidur bersama dengan Ayu di kamar anaknya."Nih kamu minum dulu," ucap Hendra, sepertinya ia memberikan obat tidur lagi ke dalam minuman Mila. Namun, Mila telah mengetahuinya.Wanita itu lebih peka, meskipun sudah tertipu sekali, itu takkan mungkin terjadi yang kedua kalinya."Iya, aku minum, tapi kamu duluan, biar lebih romantis," sahut Mila. Wajah Hendra berubah kebingungan. Ia meletakkan kembali minuman yang sudah dibuatnya susah payah.
BABY SITTER PLUS-PLUSBab 6"Aku ingin mencari bukti, lagi pula, ini rumahku, memang kamu ada hak ngatur-ngatur majikan?" ejek Mila pada Tini. Dadanya sontak bergemuruh, ingin marah pada saat Mila mengolok-oloknya. Namun, ia tahan karena Tini sadar bahwa ia bukan siapa-siapa."Permisi, saya mau masuk," cetus Tini.Kemudian, Tini pun menghela napas dalam-dalam, ia masuk tanpa menanyakan lagi pada Mila untuk apa masuk ke kamarnya.Mila pun tersenyum tipis, ia kembali ke kamarnya. Setelah masuk dan merebahkan tubuhnya. Mila pun memikirkan terus menerus hubungan antara Rika, Della dan Tini.Ia mencoba mencari sosial media milik Rika, kebetulan ia berteman dengannya. Setelah itu, ia cari di pertemanan yang bernama Della dan Tini.Ada banyak nama yang mirip, akhirnya ia klik satu persatu. Ketika ia klik profil Della, ternyata di wall pribadi ada foto bersama Tini.Mila mengernyitkan dahinya, penasa