Share

Bab 53. Musuh

Auteur: Lemongrass
last update Dernière mise à jour: 2025-01-07 20:00:53

Braaakkk!!!

Suara pintu terbuka dengan kasar, terdengar tajam di pendengaran Camelia.

“Heh, bangun! Kamu pikir di sini kamar hotel?”

Camelia terbangun dalam kegelapan. Kepalanya terasa berat, dan seluruh tubuhnya terasa kaku. Matanya masih tertutup kain, dan tangan serta kakinya terikat dengan kuat di sebuah kursi kayu. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi setiap kali dia bergerak, tali itu semakin erat.

"Di mana aku? Apa yang terjadi?" tanya Camelia dalam hati.

Yang terakhir dia ingat adalah keluar dari dari cafe kecil di pinggiran kota, tapi setelah itu semuanya menjadi buram.

Suara deritan pintu yang perlahan menutup dan suasana yang sepi membuat Camelia yakin dia tidak lagi berada di tengah kota. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Camelia menahan napas, mencoba mendengar dengan lebih jelas.

“Akhirnya kamu bangun juga." Sebuah suara wanita terdengar, dingin dan penuh kebencian.

Camelia seperti mengena
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Related chapter

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 54. Misi Penyelamatan

    “Aku bilang, aku tidak ingin terlibat,” jawab Camelia dengan suara bergetar.Pria itu menarik kursi itu, lalu menghentikan langkah dan mendorong kursi itu ke tembok dengan kasar.“Dengar Camelia Agatha, kamu sudah terlibat dalam permainan ini. Kamu adalah umpan yang pasti akan dimakan oleh Rainer,” ucap pria itu seraya mencium rambut panjang Camelian. Hal yang membuat Camelia jijik.“Kamu salah orang, Rainer tidak akan bersusah payah menyelamatkanku,” balas Camelia.Camelia memang tidak yakin Rainer akan menyelamatkannya.“Oh, ya? Mari kita lihat nanti.”Pria itu keluar dari ruangan itu dengan angkuh.Kurang lebih dua hari telah berlalu. Selama dua hari ini setiap kali ada kesempatan, Agnes selalu melampiaskan semua kekesalannya pada Camelia, menampar, menjambak, memukul.Kondisi Camelia saat ini cukup lemah, irama jantungnya mulai tak bersahabat, dia hanya bisa berharap keajaiban akan datang padanya.“

    Dernière mise à jour : 2025-01-08
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 55. Menegangkan

    Ruangan itu sunyi mendadak sunyi dan dipenuhi ketegangan. Camelia tak berdaya dengan wajah pucat, napas terengah, tenaganya terkuras habis."Rai, jangan pedulikan aku. Jangan sampai semua itu jatuh ke tangan mereka," ucap Camelia dengan suara yang begitu lemah.Agnes segera berjalan mendekat ke arah Erwin. "Wah, wah, kami harus menyaksikan drama rumah tangga yang dramatis," sindir Erwin. Agnes berdiri di samping pria itu dengan tatapan licik, memegang kendali penuh dalam situasi ini. Dia tak perlu lagi bersikap pura-pura, setelah usahanya merebut hati Rainer sudah jelas-jelas gagal.Rainer yang berdiri tak jauh dari Camelia, mengepalkan tangan dengan kuat. Dia tak pernah membayangkan situasinya akan sampai sejauh ini, cukup berbahaya untuk Camelia. Melihat Camelia dalam kondisi yang cukup berbahaya Rainer seperti tak bisa lagi menahan menahan amarah yang semakin membara. Namun, dia tetap mengatur agar logikanya tetap be

    Dernière mise à jour : 2025-01-09
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 56. Bom Waktu

    Sementara itu, Erwin yang merasa semakin terdesak, mulai kehilangan kendali atas situasi. “Agnes! Cepat bawa dokumen itu kemari!” teriaknya.Agnes, yang masih bersandar di tembok menahan sakit pun menoleh ke arah Erwin. Dia tidak pernah berada di situasi seperti ini membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Yang dia tahu saat ini adalah menghentikan perdarahan segera mungkin.“Kita tidak punya pilihan lagi, Erwin! Kita harus mundur!" ucap Agnes dengan suara tersengal seraya menunjukkan dokumen yang sudah ada di tangannya.Tetapi Erwin merasa curiga kenapa Rainer begitu tenang meski dokumen itu ada di tangan Agnes.“Kamu menipuku, Rai? Itu pasti bukan dokumen yang kuminta,” ucap Erwin dengan rahang yang mengeras.“Kamu sudah kalah, Erwin,” kata Rainer dengan nada rendah tapi penuh kemenangan, "lepaskan senjatamu dan akhiri semua ini sebelum kamu menyesal.”"Kamu pikir aku akan kalah? Kamu pikir aku tidak merencanakan ini

    Dernière mise à jour : 2025-01-15
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 57. Penantian

    Langit pagi Singapura yang cerah di luar jendela rumah sakit seakan tak sesuai dengan suasana hati Rainer yang penuh kegelisahan. Dua belas hari sudah berlalu sejak Camelia dibawa ke ICU, dan selama itu pula Rainer selalu setia sisinya. Setiap kali masuk keruangan itu, mata Reiner tak pernah beranjak dari monitor jantung, setiap detak yang tak teratur membuat dadanya seolah ikut bergemuruh. "Sampai kapan kamu akan seperti ini, Sayang?" bisik Reiner. Pagi ini, seperti biasa, Rainer berkunjung dan duduk di kursi yang ada di samping brankar, pandangannya tertuju pada wajah Camelia yang pucat. Istrinya itu tampak begitu rapuh di balik semua selang dan kabel yang terhubung pada tubuhnya. Hati Rainer terasa berat melihat Camelia yang biasanya begitu kuat dan penuh energi kini tak berdaya.Di tengah keheningan ruangan, tiba-tiba Rainer merasakan ada gerakan halus dari tangan Camelia yang ada dalam genggamannya. "Camelia?"

    Dernière mise à jour : 2025-01-16
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 58 Bimbang

    Bayangan Rainer di cermin ruang bangsal tak henti menatap balik pada dirinya sendiri. Wajah letih, sorot mata yang hampa, semua terpampang jelas di sana. Dia sudah berjanji pada dirinya untuk selalu mendampingi Camelia, apapun yang terjadi. Tapi di sini, justru rasa asing menyelimutinya, rasa takut yang ia simpan jauh di dalam lubuk hatinya mulai membanjiri pikirannya, membuat semua janji itu terasa rapuh.Suara ketukan pintu menggema pelan, membuyarkan lamunannya. Rainer berbalik dan melihat Danar masuk dengan langkah ragu. Pandangan mata Danar tertuju pada Camelia yang berbaring, yang masih terlihat lemah. Tanpa berkata apa-apa, Danar melangkah mendekat dan meraih tangan Camelia, memberikan genggaman lembut, seolah memindahkan seluruh semangat dan perasaannya pada wanita yang terbaring lemah itu.Camelia tersenyum tipis, sejenak memejamkan mata dan menikmati kehangatan dari genggaman tangan Danar. “Terima kasih sudah datang, Kak. Bagaimana kabarmu?” tan

    Dernière mise à jour : 2025-01-17
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 59. Masih Pemulihan

    Dua hari sudah Camelia berada di ruang rawat inap. Rainer duduk di sofa dengan tenang seraya mengerjakan pekerjaannya. Perlahan pintu terbuka, dan sosok Danar masuk dengan senyum hangat. Di sampingnya, Clay menggenggam tangannya, melangkah mendekati Camelia dengan antusias. Wajah kecilnya berseri-seri ketika melihat Camelia duduk bersandar di tempat tidur.“Clay?” gumam Camelia, seakan tak percaya akan kehadiran anak kecil itu. Camelia memandang Danar, dan pria itu hanya tersenyum hangat."Tante Camelia!" seru Clay sambil melambaikan tangan kecilnya, lalu langsung menghampiri Camelia. “Bagaimana keadaan, Tante?”Camelia tersenyum lalu menjawab, “Sudah lebih baik, apalagi setelah melihatmu.”“Boleh aku naik?” tanya Clay meminta izin untuk naik ke atas brankar. “Tentu saja.”Danar langsung mengangkat anaknya ke atas brankar Camelia. "Oh, ya, Tante. Aku bawakan gambar yang aku buat di sekolah kemarin.

    Dernière mise à jour : 2025-01-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 60. Hati yang Terusik

    Rainer melangkah perlahan masuk ke kamar, memerhatikan sisa senyum di wajah Camelia yang masih terlihat bercahaya, meski Danar dan Clay sudah pergi. Ada sesuatu yang berbeda dalam senyum itu, seolah kehangatan tadi tak sepenuhnya memudar saat kehadirannya kini mengisi ruangan. Rasa cemburu dan gelisah merayapi hatinya, menyadari bahwa kehadiran Danar mampu membuat Camelia begitu berseri, sementara tatapan padanya sering kali diwarnai dengan kekhawatiran.“Kamu sudah kembali, Rai?”Rainer hanya mengangguk lalu duduk di sofa.“Rai, kapan aku bisa pulang? Aku sudah bosan di sini.”“Secepatnya, setelah kondisi stabil,” jawab Rainer seraya kembali menyalakan laptopnya. Esok harinya, kondisi Camelia jauh lebih baik dari sebelumnya. Kedatangan Clay bak vitamin yang mampu mendorong tubuhnya untuk cepat sembuh. Bukan hanya itu, Rainer juga bersikap begitu perhatian dan terkesan menjaga suasana hatinya.Dokter juga memberi iz

    Dernière mise à jour : 2025-01-19
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 61. Rasa yang Menyatu

    Tangis Camelia pecah, memeluk Rainer erat sambil sesekali memukul dadanya dengan pelan, meluapkan segala kesedihan dan kekesalan yang dia pendam. Rainer hanya mengusap punggungnya seraya tersenyum hangat. Entah mengapa setelah mengatakan hal tadi bebannya seperti telah terangkat sebagian, lega.Pria itu masih terus menenangkan Camelia dalam diam, hingga akhirnya perlahan mulai tenang. “Rai, kamu jahat sekali padaku!”Rainer menempelkan keningnya pada Camelia, memejamkan mata sejenak, membiarkan momen itu menjadi pelarian bagi keduanya. Napas keduanya pun ikut melebur dalam keheningan yang mengungkapkan perasaan mereka lebih dari kata-kata.“Maafkan aku, Camelia,” bisik Rainer.“Kamu benar-benar jahat, Rai. Aku pikir kita akan benar-benar berpisah,” racau Camelia. “Sssttt!”Rainer meraih bibir Camelia dengan lembut dan penuh kasih sayang. Keduanya mencurahkan segala rasa dalam sebuah ciuman hangat“Ja

    Dernière mise à jour : 2025-01-20

Latest chapter

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 126 Berakhir Bahagia

    Tirai putih menjuntai dari langit-langit, menghiasi aula dengan kemewahan yang menenangkan. Rangkaian bunga mawar putih dan lilin-lilin tinggi menghiasi sisi-sisi jalan menuju altar. Denting piano mengalun lembut, menggiring langkah Levi yang berdiri tegap menanti di ujung sana. Jas hitamnya melekat rapi, dasi kupu-kupu menghiasi lehernya, dan senyum gugup itu tidak bisa bersembunyi meski wajahnya berusaha tampak tenang.Anne melangkah perlahan, gaun putihnya jatuh anggun menyapu lantai, taburan payet menyala lembut. Mata mereka saling mengunci, dan dunia seakan hening, hanya mereka berdua, dan debar yang berkejaran di dada.Suara tawa kecil menyelingi isakan haru, ketika Levi dengan suara sedikit gemetar mengucapkan janji suci. Anne menatapnya, mata yang dulu ragu kini bersinar penuh keyakinan. Ketika mereka saling mengikat janji, tamu-tamu bersorak dan di antara mereka, Camelia mengusap sudut matanya yang basah, sementara Rainer menepuk punggung Levi saat keduanya turun dari altar

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 125 Pertentangan

    Suara kursi yang digeser Clay terdengar tegas. Bocah itu berdiri, menatap ayahnya dengan ekspresi serius yang jarang muncul di wajah polosnya.“Aku nggak setuju, Pi,” ucap Clay langsung pada intinya.Danar mengangkat alis, meletakkan dokumen kerjanya ke samping. “Apa yang kamu maksud?”“Aku nggak setuju punya mama baru, kalau bukan Tante Camelia,” jawab bocah itu, tegas.Wajah Danar melembut, bibirnya membentuk senyum kecil yang tak sepenuhnya ceria. “Kamu masih suka Tante Camelia karena dia baik, dan karena kamu terbiasa sama dia. Tapi kamu juga harus ingat, Tante Camelia sudah bahagia bersama Om Rainer dan juga Reyaga. Orang lain bisa salah paham jika kamu bicara seenaknya seperti itu,” balas Danar dengan penuh pengertian.Clay memeluk tubuhnya sendiri, menghindari tatapan Danar. “Iya aku tahu tapi aku tidak suka liat Papa dekat dengan perempuan lain.”Danar menghela napas, bangkit dari sofa, lalu berjongkok di depan putranya. “Clay, dengarkan Papi. Papi juga tidak sedang dalam

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 124. Menyatakan Cinta

    Dua insan duduk saling berhadapan. Gelas mocktail dengan irisan jeruk nipis itu diletakkan kembali sebelum isinya menyentuh bibir. Cahaya remang menggantung di antara keduanya, seolah ikut menahan napas. Suasana restoran seharusnya membantu, namun hati Levi justru berdebar semakin kacau. Tangannya terlipat di atas meja, matanya menatap lurus ke arah gadis di hadapannya.“Jadi apa yang ingin kamu bicarakan sampai mengajakku makan malam di tempat seperti ini?” tanya Anne yang mulai tidak sabar karena Levi lebih banyak diam hari ini, berbeda dengan biasanya.Sebelum menjawab pertanyaan itu, Levi menghela panas lalu berdehem.“Kamu pernah suka pada seseorang, tapi takut itu cuma perasaan sepihak?” Ternyata yang keluar dari bibirnya bukanlah jawaban. Melainkan sebuah pertanyaan.Anne membulatkan mata, seolah tidak menduga arah pembicaraan. Jemarinya yang memegang sendok tiba-tiba berhenti. “Kamu sedang bertanya soal aku, atau soal kamu?”Levi menautkan jemarinya di atas meja.“Aku hanya

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 123. Orang Masa Lalu

    Sunyi.Mata Camelia menyapu wajah suaminya. Di dalam pantulan manik kelam itu, ada satu bahasa yang tidak perlu diterjemahkan, cinta yang utuh, dan kebanggaan yang tidak bisa ditutupi.Rainer membalas pandangan itu, ujung bibirnya naik pelan.“Namanya akan kami umumkan saat acara syukuran nanti,” jawab Rainer diiringi dengan senyuman.Levi mengangkat alis.“Nggak asyik. Padahal aku sudah tidak sabar ingin memanggil namanya.”“Makanya menikah, biar kamu juga bisa merasakan betapa bahagiannya punya junior dan memanggil namanya untuk pertama kali,” balas Rainer.Levi berdecak, tapi tidak menanggapi, daripada dia harus mendengar ucapan Rainer yang menjengkelkan.*Gelak tawa menggema, aroma bunga segar dan makanan rumahan memenuhi udara, berbaur dengan hangatnya percakapan para tamu. Beberapa rekan bisnis Rainer berdiri dengan gelas di tangan, menyelam dalam obrolan santai. Daisy tampak sibuk mempersilakan orang-orang untuk duduk, sementara Anne dengan cekatan menjaga jalannya hidangan.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 122. Kebahagiaan yang Lengkap

    Di sepanjang perjalanan, tangan Rainer tidak pernah lepas dari Camelia. Jari-jarinya mengusap punggung istrinya, suaranya terus berbisik lembut, meskipun kegelisahan jelas terbaca. Sesampainya di rumah sakit, semuanya terasa seperti kekacauan yang teratur. Rainer pikir Camelia bisa segera melakukan persalinan ternyata mereka harus menunggu karena belum waktunya. “Dokter, apa tidak bisa lebih cepat? Lihatlah istriku sudah sangat kesakitan,” ujar Rainer. Dokter hanya tersenyum, sepanjang dia menjadi dokter, sudah sering melihat suami yang panik seperti itu. Rainer terus menemani Camelia menjalani proses menuju persalinan, seakan-akan ikut merasakan kesakitan yang dialamai istrinya. Setelah lebih dari sepuluh jam berada di rumah sakit, Camelia akhirnya siap untuk melakukan persalinan. Dokter dan perawat sigap membawa Camelia ke ruang bersalin. Rainer tidak peduli pada siapapun selain wanita yang sekarang terbaring di ranjang dengan ekspresi menahan sakit. Dia menggenggam tan

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 121. Panik dan Mendebarkan

    Rainer tersenyum, melirik istrinya, lalu mengaduk minumannya dengan santai. "Kamu terlalu memikirkan mereka, Sayang. Benar-benar seperti emak-emak yang sedang mencarikan jodoh untuk anaknya," ujar Rainer. "Jelas aku memikirkan mereka! Anne itu orang terdekatku saat ini setelah kamu. Levi orang terdekatmu setelah aku, apalagi dia memohon-mohon cuti pada bosnya yang kejam ini agar bisa berkencan dengan seorang wanita," balas Camelia cepat. "Oh iya, tentang Levi, dia selalu bersikap seolah-olah paling mengerti hubungan, paling berpengalaman, layaknya pakar cinta seperti yang kamu bilang. Tapi sekarang? Kenapa dia malah seperti ini? Bikin aku gregetan," imbuh Camelia. Rainer terkekeh, mengangkat bahu. "Levi selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Dia bukan tipe yang terburu-buru. Terlalu banyak berpikir sebelum bertindak, itulah sebabnya dia belum memiliki kekasih padahal usianya sudah kepala tiga." "Ya, tapi kalau terus seperti ini, Anne bisa bosan, bisa-bisa aku jodoh

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 120. Pamer

    “Selamat malam, Nyonya-nyonya.” Suara berat itu menyusup di antara obrolan, membuat Camelia dan Vanessa menoleh. Danar berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Ekspresinya santai, tapi sorot mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan yang bergulat di dalam dada. Danar dan Camelia bertemu pandang, wanita itu menyunggingkan senyum yang celakanya masih membuat hati Danar berdesir. "Kamu benar-benar sulit ditemui sekarang,” ujar Danar. "Wajar, dia sekarang lebih sibuk dengan keluarga kecilnya," kata Vanessa menimpali sambil tersenyum. Tatapan Danar turun ke perut Camelia yang mulai membuncit. Ada kebahagiaan yang dia rasakan karena itu sebuah tanda jika hidup wanita itu lebih baik dan yang pasti, bahagia. Tetapi juga sesuatu yang tertahan di balik senyum tipisnya. Sejenak, hatinya terasa kosong. Camelia menangkap tatapan itu, tetapi memilih untuk bersikap biasa saja. “Apa kabar, Pak Danar?” Ada sesuatu di hati Danar, Camelia bahkan sudah tidak memanggilnya ‘kakak’ lagi.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 119. Orang Lama

    “Selamat malam, Nyonya-nyonya.” Suara berat itu menyusup di antara obrolan, membuat Camelia dan Vanessa menoleh. Danar berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Ekspresinya santai, tapi sorot mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan yang bergulat di dalam dada. Danar dan Camelia bertemu pandang, wanita itu menyunggingkan senyum yang celakanya masih membuat hati Danar berdesir. "Kamu benar-benar sulit ditemui sekarang,” ujar Danar. "Wajar, dia sekarang lebih sibuk dengan keluarga kecilnya," kata Vanessa menimpali sambil tersenyum. Tatapan Danar turun ke perut Camelia yang mulai membuncit. Ada kebahagiaan yang dia rasakan karena itu sebuah tanda jika hidup wanita itu lebih baik dan yang pasti, bahagia. Tetapi juga sesuatu yang tertahan di balik senyum tipisnya. Sejenak, hatinya terasa kosong. Camelia menangkap tatapan itu, tetapi memilih untuk bersikap biasa saja. “Apa kabar, Pak Danar?” Ada sesuatu di hati Danar, Camelia bahkan sudah tidak memanggilnya ‘kakak’ lagi.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 118. Panik

    “Halo, dengan Tuan Rainer Wijaya, kami dari rumah sakit, ingin memberi tahu jika Nyonya Camelia pingsan dan dibawa ke rumah sakit.” Jantungnya berdegup lebih cepat. “Ada apa, Rai?” “Camelia dibawa ke rumah sakit, Lev.” Tidak menunggu waktu yang lama Rainer langsung bergegas menuju rumah sakit. Tangan Rainer mencengkram kemudi dengan erat, buku-buku jarinya memutih. Napas memburu, tubuh terasa panas, tapi bukan karena udara di dalam mobil—melainkan ketakutan yang perlahan-lahan merayap naik. Camelia pingsan. Rumah sakit. Mungkin aritmianya kambuh? Tiga hal itu terus berputar di kepalanya, memukul saraf-saraf kewaspadaan hingga jantungnya berdegup tak karuan. Steve. Itu pasti karena pria itu. Jika dia tahu pertemuan sialan itu akan membawa dampak sebesar ini, dia tak akan membiarkan Camelia keluar rumah. Sial. Harusnya dia lebih waspada. Harusnya dia tidak meremehkan dampaknya. Mobil berhenti dengan hentakan kasar di depan pintu gawat darurat. Rainer keluar tanpa

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status