Ting tong. Ting tong. Ting tong. Suara bel yang baru saja berbunyi, sukses membuat kedua manusia yang sedang melakukan pekerjaan rumah itu pun merasa terganggu.“Chel, tolong bukain! Baju saya basah,” teriak Alan dari dalam kamar mandi.“Iya!” seru Rachel.Rachel pun lantas mematikan kompornya, dan buru- buru berjalan menuju pintu depan dengan penampilan yang masih acak- acakan. Rambut dicepol, kaos oversize, serta celana pendek di atas lutut.Semalam, ia memang menginap di sini dengan Noah. Dan sejak bangun tidur tadi, ia dan Alan sudah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Rachel memasak, dan Alan membersihkan kamar mandi. Sedangkan Tuan kecilnya masih tertidur nyenyak di atas kasur.Ting tong. Ting tong. Bel itu pun kembali berbunyi. Hingga membuat Rachel semakin tergopoh- gopoh. Entah dari mana tamu ini berasal. Yang jelas, sepertinya tamu ini hanya memiliki kesabaran setipis tisu.“Sebentar!” teriak Rachel.Dengan terburu- buru, Rachel pun lantas memutar kunci yang masih terga
“Pak Indra, Bu Cindy. Mohon maaf sekali, saya tidak bisa menuruti keinginan Ibu dan Bapak. Karena besok siang, saya harus pergi ke Korea untuk urusan pekerjaan. Sekian dari saya. Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, silahkan pulang. Pintu rumah sudah terbuka lebar.”Nada bicaranya memang santai. Namun melihat ekspresinya yang sedikit songong, siapapun pasti akan kesal melihat pengusiran yang baru saja dilakukan oleh Rachel. Apalagi wanita itu tidak mau memanggil orang tuanya dengan sebuat Mama dan Papa.Terlihat wanita paruh baya itu sedang menghembuskan napasnya kasar. Sedangkan suaminya langsung memasang wajah yang begitu dongkol. Apalagi saat Rachel menatapnya sambil tersenyum sekilas, pria paruh baya itu langsung berdecak kesal.“Mau saya antar ke depan?” tawar Alan.“Ah, begini saja. Bagaimana kalau kamu pulang ke Bali setelah urusan pekerjaan kamu selesai?” tanya wanita itu. Yang masih berusaha untuk membujuk Rachel.Rachel memaksakan senyumnya sebentar. Kemudian ia lantas
Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih lima belas jam, akhirnya Rachel dan Alan sampai di Bandar Udara Internasional Incheon, Seoul. Sambil menunggu jemputan dari teman Alan, mereka berdua memutuskan untuk mampir ke Food Guide terlebih dahulu. Karena Rachel ingin memakan hidangan khas Negeri Gingseng tersebut.“Ini apa, namanya?” tanya Alan, seraya mengaduk makanan tersebut dengan sumpitnya.“Itu Jjampong. Pedas, kamu nggak suka. Makan ini aja nih, Jajangmyeon.” Rachel mengambil mangkok yang berisi Jjampong tersebut, lalu menggantinya dengan mangkok yang berisi Jajangmyeon.Alan hanya menurut saja. Ia tidak terlalu mengetahui makanan khas Korea Selatan, jadi ia memakan apa yang disediakan oleh Rachel saja.“Nih, cobain. Kimbap asli korea.”Alan membuka mulutnya dengan sedikit lebar. Menerima suapan makanan tersebut dari Rachel.“Enak, kan?” tanya Rachel.“Masih enakan buatan kamu,” celetuk Alan. Membuat Rachel langsung tertawa kecil.“Bohong banget,” balas Rachel.Di sa
Waktu sore hari ketika selesai bekerja memang paling enak dibuat untuk bersantai, jalan- jalan, ataupun berkencan dengan pacar. Apalagi di kota seindah Seoul, tidak mungkin Alan dan Rachel melewatkan masa- masa itu. Maka dari itu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tempat yang bisa membuat hati mereka mereka bahagia, dan bisa membuat otak mereka kembali segar.Setelah berdiskusi dan berdebat, pilihan mereka jatuh pada Sky Rose Garden, salah satu tempat wisata romantis di Korea Selatan yang berlokasi di kawasan Chungmuro, tepatnya di atap gedung DaeHan Cinema Multiplex, Seoul. Karena Rachel sedang tidak berminat menonton bioskop, jadi mereka memilih untuk bersantai di kafenya saja.“Kayaknya nafsu makan kamu meningkat tiga kali lipat, ya?” tebak Alan, sambil terus memperhatikan Rachel yang sedang mengunyah makanannya.“Sekarang saya udah nggak ikut program diet lagi. Jadi bebas, mau makan seberapa banyak,” balasnya.“Ooh. Udah nggak takut gendut, berarti?”“Enggak. Lagian kalau pu
Baru lima jam yang lalu, Rachel sampai di rumahnya. Namun kini ia sudah berada di sebuah cafe untuk bertemu dengan Juna.Setelah menunggu selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya pria yang ia tunggu- tunggu datang juga. Ia pun langsung menegakkan badannya dan merubah wajahnya menjadi serius.Sementara itu, Juna malah memakan camilan yang dipesan oleh Rachel dengan begitu santainya. Mengabaikan Rachel yang sudah siap untuk berbicara serius.Rachel mendesis kesal. Jika ia menunggu pria ini menghabiskan camilannya lebih dulu, maka itu hanya akan membuang- buang waktu saja. Jadi ia langsung memulai pembicaraan, meskipun pria ini masih fokus menikmati camilannya. “Jun, aku tegasin sekali lagi ya! Hubungan kita saat ini cuma sebatas orang tua buat Noah. Jangan berbuat yang aneh- aneh dan jangan berharap yang enggak- enggak. Aku nggak mau Alan salah paham,” ujar Rachel. Membuat Juna langsung menatapnya sambil tersenyum menyeringai.“Kenapa? Takut kehilangan Alan?” tanyanya. Sedangkan Ra
Selesai membayar semua belanjaannya di kasir, Alan dan Rachel lantas keluar dari tempat tersebut.“Saya duluan ya,” pamit Rachel.“Bareng saya aja,” sahut Alan.Rachel menggelengkan kepalanya. “Saya ada janji sama teman,” ucapnya.“Kalau begitu saya antar,” sahut Alan lagi. Namun lagi- lagi wanita itu menggelengkan kepalanya.“Saya mau naik bus kota.”Melihat Rachel yang sudah berjalan menjauh darinya, Alan hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Entah apa yang sedang terjadi pada wanita itu saat ini. Yang jelas, wajahnya terlihat sangat murung dan seperti tidak mau diganggu.“Alan...”Alan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya. Dan seketika ia langsung berdecak kesal sembari menunjukkan bombastic side eyenya, karena orang yang memanggilnya tersebut adalah Airin.“Boleh minta waktunya sebentar?” tanya Airin.Dengan wajah yang datar tanpa ekspresi, Alan mengangguk singkat. Ia benar- benar menunjukkan rasa tidak sukanya pada wanita yang berdiri di depannya
Pagi yang cerah. Hari ini adalah hari pertama Alsha akan menjalankan rencananya, dengan dibantu oleh sang kekasih tercinta dan juga teman- temannya. Ia berencana untuk membantu Rachel mengerti arti cinta yang sebenarnya.Meskipun Rachel bukan teman dekatnya, namun Alsha sangat perhatian pada wanita itu. Ia tidak mau wanita itu salah dalam memilih dan jatuh ke dalam lubang penyesalan. Bagaimana pun juga, ia menginginkan yang terbaik untuk wanita itu.Alsha melakukan ini juga tidak serta merta karena peduli pada Rachel. Ia melakukan ini karena merasa pernah berhutang budi pada wanita itu. Jadi tidak ada salahnya, jika membantu wanita itu untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.Day 1, project planning “Mencari cinta untuk Rachel”.Saat ini, Alsha sudah mengumpulkan teman- temannya yang akan berkontribusi untuk mensukseskan rencananya. Mereka berkumpul di rumah Zizi, teman mereka yang baru saja menikah beberapa minggu yang lalu.“Oke, plan pertama kita adalah mengadakan birthday pa
Day 3, project “Mencari cinta untuk Rachel”.“Noah suka steak?” tanya Alsha pada bocah tampan itu.“Suka,” jawab bocah itu.Kali ini, Alsha menjalankan rencananya hanya dengan pacarnya saja. Karena kebetulan ia melihat Rachel, Alan dan Noah memasuki sebuah restoran. Jadi ia langsung beraksi tanpa meminta bantuan pada teman- temannya lagi.“Kapan balik ke Bali, Sha?” tanya Rachel.“Satu minggu lagi. Kan aku masih ada project photoshoot sama kamu nanti,” jawab Alsha.“Pacar kamu tinggal di Jakarta atau di Bali?” tanya Alan menyahuti.“Saya tinggal di Bali, Mas. Tapi sering ada kerjaan di Jakarta,” sahut pria itu.“Devan paling lama di Bali itu cuma dua minggu dalam sebulan. Sisanya, dia keluyuran ke mana- mana. Kadang ke Jakarta, ke Bandung, ke Medan, ke Surabaya. Hampir semua Provinsi, udah didatangin sama dia,” cerocos Alsha. Membuat pria yang bernama Devan itu langsung menatapnya kesal.“Aku kerja, By. Bukan keluyuran,” bantahnya.“Sama aja. Intinya, kita sering LDR-an,” ketus Alsha.
Sudah ada lima polisi yang melakukan pemeriksaan di taman belakang rumah Santi. Menurut Polisi, terjadinya ledakan tersebut dikarenakan ada sebuah bom kecil yang dilempar ke taman tersebut. Dan setelah di cek di CCTV, ternyata benar. Ada sebuah benda bulat kecil yang dilempar dari arah luar. Akan tetapi, orang yang melempar tersebut tidak terlihat di kamera CCTV. Jadi mereka semua belum tahu, siapa pelaku pelemparan bom tersebut.“Tante, masuk dulu yuk. Ada yang mau aku omongin. Itu biar diatur sama Pak Polisi.” Alan mengajak Cindy untuk masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Rachel dan Santi yang ikut berjalan di belakang mereka.Mereka duduk di ruang keluarga. Rachel berdampingan dengan Alan, dan Cindy berdampingan dengan Santi. Sementara itu, Noah asik bermain sendiri.Sebelum berbicara, Alan menghela napasnya terlebih dahulu. “Dalang dari pelaku yang memukul Rachel udah tertangkap,” ucapnya.“SIAPA?” tanya mereka berbarengan.Alan kembali menghela napasnya lagi. Melihat wajah Santi, i
Alan mengepalkan tangannya kuat dengan wajah yang memerah menahan amarah. Kemudian tanpa basa- basi, ia langsung keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju tempat di mana mobil sewanya terparkir.Alan mengendarai mobilnya seperti orang kesurupan. Ia sudah tidak peduli lagi, jika dirinya akan ditangkap oleh Polisi ataupun dimarahi orang lain. Lagi pula jalanan juga sedang sepi, hanya ada beberapa kendaraan saja yang lewat.“Vid, lo ke Bali ya, sekarang. Gue pesenin tiket.” Alan berbicara dengan temannya lewat telepon sambil terus menyetir.“Ngapain?” tanya orang itu, yang tak lain adalah David. “Ada urusan penting. Gue butuh bantuan lo.”“Ck. Gue males. Lagi nggak mood ke mana- mana.” “Gue kasih uang saku sejuta.”“Kurang.” “Dua juta.”“Tambahin dikit.” Alan berdecak kesal. “Sialan lo! Lama- lama jadi ngelunjak.”“Yaudah, kalau nggak mau nambahin ya gue ogah ke sana.” “Dua juta setengah.”“Nanggung amat. Tiga juta kek.”Alan mendesis kesal. Karena malas bernegoisasi lama-
Rachel merintih kesakitan sambil memegangi punggungnya. Ia bahkan sampai tidak sanggup berdiri karena saking sakitnya. Ia tidak tahu, siapa orang jahat yang baru saja memukulnya, karena wajah kedua orang itu ditutupi oleh topeng berwarna hitam.“To- long ...” rintih Rachel dengan suara yang terputus- putus. Berharap ada orang yang melihatnya lalu menolongnya.Ia menoleh ke belakang dan melihat kedua orang itu mulai mengangkat tongkat yang dipegangnya lagi. Seolah bersiap untuk kembali menghajar Rachel. Melihat itu, Rachel sontak mengeluarkan semua energinya untuk berteriak.“AAAAA!” teriaknya kencang dengan mata yang terpejam erat.Bersamaan dengan itu, terdengar suara gebukan berkali- kali yang begitu kencang. Namun anehnya, ia tak merasakan sakit sama sekali. Karena penasaran, Rachel pun akhirnya membuka matanya dengan perlahan. Tongkat tersebut tidak mendarat di tubuhnya, melainkan tergeletak di bawah bersama sang pemiliknya. Entah apa yang sudah terjadi, sampai kedua penjahat itu
Aku tentu saja terkejut mendengar perkataan Nena. Ah tidak, bukan aku saja. Semua orang yang berada di dalam ruangan ini juga terkejut mendengarnya. Bahkan Airin saat ini sudah menatapku dengan tatapan yang sangat tajam.“Maksud Nena?” tanyaku. Aku ingin memastikan, apakah ia salah berbicara atau tidak.“Nena nggak mau harta benda Nena jatuh ke tangan orang yang salah. Cukup mereka bertiga aja yang membuat Nena hampir jatuh miskin,” ucapnya sambil melirik Mama, Papa dan juga Airin yang sedang menundukkan kepala.“Tapi─” Aku ingin memprotes, tapi Nena langsung memotong ucapanku.“Cuma kamu, satu- satunya orang yang Nena percaya. Nena tau, kamu bukan orang yang gila harta. Maka dari itu, Nena percayakan semuanya ke kamu. Tolong dijaga dengan baik, karena itu hasil dari kerja keras Kakek kamu dulu.”Aku menundukkan kepala. Diberi tanggung jawab sebesar ini tentu saja membuatku merasa sangat terbebani. Apalagi masih ada pewaris yang lebih layak mendapatkannya, yaitu Mama. Kalau Om Radit s
Tatapan tajam dan penuh kebencian saling dilempar oleh Airin dan Rachel layaknya singa yang bertemu dengan harimau. Raut wajah Rachel menyiratkan sebuah emosi yang begitu besar, begitu juga dengan Airin, wanita itu juga tampak sangat kesal dengan wanita di depannya yang berstatus sebagai adiknya ini.Sementara itu, sang Mama hanya menatap mereka pilu. Menyaksikan pertengkaran yang akan terjadi antara dua bersaudara yang lahir dalam rahim yang sama. Sedih? Tentu saja. Ia merasa gagal menjadi orang tua karena tidak bisa mendidik anak- anaknya dengan baik. Seharusnya mereka berdua bisa tumbuh menjadi saudara yang saling menyayangi satu sama lain. Namun apa daya, mereka berdua sudah terlanjur saling membenci satu sama lain.“Gue rasa, lo nggak perlu ikut campur urusan gue sama Mama,” ujar Airin.“Gue rasa, gue juga punya hak buat ikut campur urusan ini,” balas Rachel. Kemudian Rachel berdiri, menghadap Airin dengan tangan yang dilipat di depan dada, tak lupa dengan senyuman miring yang me
“Halo ...”Panggilan sudah tersambung, tapi Rachel hanya mendengar suara kebisingan. Ya, setelah membaca pesan yang dikirim oleh Alan, wanita itu langsung bergegas menghubunginya.Khawatir? Tentu saja. Siapa yang tidak khawatir ketika mendapat kabar seperti itu dari orang yang kita sayang. Rasanya Rachel ingin terbang ke Singapore sekarang juga.“Halo ...” Panggil Rachel sekali lagi. Namun belum ada sahutan dari Alan.“Alan, are you okay?” Nada bicara Rachel terdengar mulai panik, lantaran pria itu tak kunjung membalas ucapannya. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada pria itu.Hingga satu menit kemudian, panggilan masih tersambung tapi yang Rachel dengar hanyalah suara bising. Ia tidak mau mematikan sambungan teleponnya, ia akan menunggu sampai suara pria itu terdengar di telinganya.Beberapa menit kemudian ....“Chel?” Rachel yang sedang melamun refleks langsung menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara Alan yang memanggil namanya.“Kamu di mana? Gimana keadaan kamu sekarang? K
Singapore09.30Sedari tadi, Alan terus mondar- mandir gelisah. Ia benar- benar bingung saat ini. Ingin pulang sekarang juga, tapi tidak ada yang menemani Anggi di sini. Sedangkan ia juga sudah berusaha menelepon Rachel sampai berkali- kali, tapi selalu ditolak. Bahkan nomornya sekarang sudah diblokir oleh wanita itu.“Anggi ... Abang ada urusan mendadak di rumah. Nggak papa, Abang pulang sekarang? Besok sore Ayah kamu udah sampai sini, kok.” Alan berkata dengan sangat lembut pada gadis itu. Berharap gadis itu mengizinkannya untuk pulang saat ini juga.Namun responnya sesuai dengan dugaan. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan wajah yang cemberut. “Kalau Abang pulang sekarang, nanti Anggi di sini sama siapa?” tanyanya.“Nanti ada Suster yang nemenin kamu.”“Nggak mau. Suster nggak bisa jaga Anggi 24 jam. Nanti kalau tiba- tiba Anggi kenapa- napa, gimana?”Alan menghela napasnya kasar. Posisinya benar- benar sulit saat ini. Ada masalah yang harus ia selesaikan sekarang, tapi di sisi
Tepukan tangan Rachel di pundak wanita yang bernama Anna itu pun berhasil membuat wanita itu langsung tersentak kaget. Apalagi saat wanita itu melihat wajah Rachel, terlihat semakin bertambah keterkejutannya.“Loh, Rachel? Kok bisa ada di sini?” tanyanya.Rachel tersenyum sendu. Mungkin inilah yang dinamakan ‘Sudah jatuh, tertimpa tangga pula’. Setelah mendapat pesan yang kurang mengenakkan dari Alan, Rachel juga mendapat kejutan kebohongan yang dilakukan oleh pria itu kepadanya. Jika mamanya saat ini sedang berdiri di depannya dalam keadaan sehat walafiat, lalu ke mana perginya pria itu? Kenapa harus berbohong dengan alasan mengantar mamanya berobat ke Luar negeri? Tidakkah pria itu tahu, jika hal yang paling dibenci oleh Rachel adalah ketika dibohongi? Sungguh, Rachel benar- benar bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Kenapa Alan berbohong? Kenapa mamanya Alan kaget melihat keberadaannya? Apakah mereka berdua bersekongkol? Itulah pertanyaan yang sedang berkecamuk di kepal
Rachel POV Hari ini sebenarnya ada acara study tour di Sekolah Noah. Aku sebagai ibunya seharusnya turut hadir untuk menemani anakku. Akan tetapi, Ibu tiba- tiba memintaku untuk mengantarnya pergi ke rumah saudaranya yang di Bekasi. Jadi mau tidak mau, Junalah yang aku suruh untuk menemani Noah. Untungnya Noah juga tidak protes. Dia malah senang jika ditemani ayahnya, karena bisa pamer ke teman- temannya jika ayahnya adalah seorang Pilot. Sebangga itu, anakku pada ayahnya. Padahal dulunya sempat tidak diakui dan sempat ingin dilenyapkan juga. Hahaha ya sudahlah, lupakan saja.“Pakai tas dino aja ya,” ucapku seraya berjalan menghampiri Noah yang sedang dipakaikan baju oleh Juna. Dengan membawa tas kecil yang bergambar Dinosaurus.“Nggak mau. Pakai tas Marvel aja,” balas Noah.“Tas Marvel udah rusak resletingnya, Sayang. Ini aja, ya. Nanti Bunda beliin yang baru lagi,” bujukku.“Yah ... yaudah, deh. Nggak papa.”“Minta uang saku berapa?” tanyaku.“Nggak usah, deh. Uang Ayah Juna udah b