Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih lima belas jam, akhirnya Rachel dan Alan sampai di Bandar Udara Internasional Incheon, Seoul. Sambil menunggu jemputan dari teman Alan, mereka berdua memutuskan untuk mampir ke Food Guide terlebih dahulu. Karena Rachel ingin memakan hidangan khas Negeri Gingseng tersebut.“Ini apa, namanya?” tanya Alan, seraya mengaduk makanan tersebut dengan sumpitnya.“Itu Jjampong. Pedas, kamu nggak suka. Makan ini aja nih, Jajangmyeon.” Rachel mengambil mangkok yang berisi Jjampong tersebut, lalu menggantinya dengan mangkok yang berisi Jajangmyeon.Alan hanya menurut saja. Ia tidak terlalu mengetahui makanan khas Korea Selatan, jadi ia memakan apa yang disediakan oleh Rachel saja.“Nih, cobain. Kimbap asli korea.”Alan membuka mulutnya dengan sedikit lebar. Menerima suapan makanan tersebut dari Rachel.“Enak, kan?” tanya Rachel.“Masih enakan buatan kamu,” celetuk Alan. Membuat Rachel langsung tertawa kecil.“Bohong banget,” balas Rachel.Di sa
Waktu sore hari ketika selesai bekerja memang paling enak dibuat untuk bersantai, jalan- jalan, ataupun berkencan dengan pacar. Apalagi di kota seindah Seoul, tidak mungkin Alan dan Rachel melewatkan masa- masa itu. Maka dari itu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tempat yang bisa membuat hati mereka mereka bahagia, dan bisa membuat otak mereka kembali segar.Setelah berdiskusi dan berdebat, pilihan mereka jatuh pada Sky Rose Garden, salah satu tempat wisata romantis di Korea Selatan yang berlokasi di kawasan Chungmuro, tepatnya di atap gedung DaeHan Cinema Multiplex, Seoul. Karena Rachel sedang tidak berminat menonton bioskop, jadi mereka memilih untuk bersantai di kafenya saja.“Kayaknya nafsu makan kamu meningkat tiga kali lipat, ya?” tebak Alan, sambil terus memperhatikan Rachel yang sedang mengunyah makanannya.“Sekarang saya udah nggak ikut program diet lagi. Jadi bebas, mau makan seberapa banyak,” balasnya.“Ooh. Udah nggak takut gendut, berarti?”“Enggak. Lagian kalau pu
Baru lima jam yang lalu, Rachel sampai di rumahnya. Namun kini ia sudah berada di sebuah cafe untuk bertemu dengan Juna.Setelah menunggu selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya pria yang ia tunggu- tunggu datang juga. Ia pun langsung menegakkan badannya dan merubah wajahnya menjadi serius.Sementara itu, Juna malah memakan camilan yang dipesan oleh Rachel dengan begitu santainya. Mengabaikan Rachel yang sudah siap untuk berbicara serius.Rachel mendesis kesal. Jika ia menunggu pria ini menghabiskan camilannya lebih dulu, maka itu hanya akan membuang- buang waktu saja. Jadi ia langsung memulai pembicaraan, meskipun pria ini masih fokus menikmati camilannya. “Jun, aku tegasin sekali lagi ya! Hubungan kita saat ini cuma sebatas orang tua buat Noah. Jangan berbuat yang aneh- aneh dan jangan berharap yang enggak- enggak. Aku nggak mau Alan salah paham,” ujar Rachel. Membuat Juna langsung menatapnya sambil tersenyum menyeringai.“Kenapa? Takut kehilangan Alan?” tanyanya. Sedangkan Ra
Selesai membayar semua belanjaannya di kasir, Alan dan Rachel lantas keluar dari tempat tersebut.“Saya duluan ya,” pamit Rachel.“Bareng saya aja,” sahut Alan.Rachel menggelengkan kepalanya. “Saya ada janji sama teman,” ucapnya.“Kalau begitu saya antar,” sahut Alan lagi. Namun lagi- lagi wanita itu menggelengkan kepalanya.“Saya mau naik bus kota.”Melihat Rachel yang sudah berjalan menjauh darinya, Alan hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Entah apa yang sedang terjadi pada wanita itu saat ini. Yang jelas, wajahnya terlihat sangat murung dan seperti tidak mau diganggu.“Alan...”Alan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya. Dan seketika ia langsung berdecak kesal sembari menunjukkan bombastic side eyenya, karena orang yang memanggilnya tersebut adalah Airin.“Boleh minta waktunya sebentar?” tanya Airin.Dengan wajah yang datar tanpa ekspresi, Alan mengangguk singkat. Ia benar- benar menunjukkan rasa tidak sukanya pada wanita yang berdiri di depannya
Pagi yang cerah. Hari ini adalah hari pertama Alsha akan menjalankan rencananya, dengan dibantu oleh sang kekasih tercinta dan juga teman- temannya. Ia berencana untuk membantu Rachel mengerti arti cinta yang sebenarnya.Meskipun Rachel bukan teman dekatnya, namun Alsha sangat perhatian pada wanita itu. Ia tidak mau wanita itu salah dalam memilih dan jatuh ke dalam lubang penyesalan. Bagaimana pun juga, ia menginginkan yang terbaik untuk wanita itu.Alsha melakukan ini juga tidak serta merta karena peduli pada Rachel. Ia melakukan ini karena merasa pernah berhutang budi pada wanita itu. Jadi tidak ada salahnya, jika membantu wanita itu untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.Day 1, project planning “Mencari cinta untuk Rachel”.Saat ini, Alsha sudah mengumpulkan teman- temannya yang akan berkontribusi untuk mensukseskan rencananya. Mereka berkumpul di rumah Zizi, teman mereka yang baru saja menikah beberapa minggu yang lalu.“Oke, plan pertama kita adalah mengadakan birthday pa
Day 3, project “Mencari cinta untuk Rachel”.“Noah suka steak?” tanya Alsha pada bocah tampan itu.“Suka,” jawab bocah itu.Kali ini, Alsha menjalankan rencananya hanya dengan pacarnya saja. Karena kebetulan ia melihat Rachel, Alan dan Noah memasuki sebuah restoran. Jadi ia langsung beraksi tanpa meminta bantuan pada teman- temannya lagi.“Kapan balik ke Bali, Sha?” tanya Rachel.“Satu minggu lagi. Kan aku masih ada project photoshoot sama kamu nanti,” jawab Alsha.“Pacar kamu tinggal di Jakarta atau di Bali?” tanya Alan menyahuti.“Saya tinggal di Bali, Mas. Tapi sering ada kerjaan di Jakarta,” sahut pria itu.“Devan paling lama di Bali itu cuma dua minggu dalam sebulan. Sisanya, dia keluyuran ke mana- mana. Kadang ke Jakarta, ke Bandung, ke Medan, ke Surabaya. Hampir semua Provinsi, udah didatangin sama dia,” cerocos Alsha. Membuat pria yang bernama Devan itu langsung menatapnya kesal.“Aku kerja, By. Bukan keluyuran,” bantahnya.“Sama aja. Intinya, kita sering LDR-an,” ketus Alsha.
Rachel berlari kecil menyusuri lorong rumah sakit sambil terus berbicara dengan Alsha lewat telepon. Ya, pada akhirnya ia memilih untuk memprioritaskan Alan setelah bergelut dengan pikirannya selama beberapa saat.“Dari ruang operasi terus belok ke mana?” tanya Rachel.“Lurus aja. Nanti ada ruang bersalin, terus belok kanan.” Rachel pun kembali berlari kecil setelah sempat berhenti untuk melihat- lihat ruangan sekitar.“Sha, serius ini belok kanan?”“Iya. Belok aja cepet!” “Ini ruang perawatan bayi, Sha! Yang bener aja, kamu ini. Tadi katanya masuk UGD? UGD mah di depan, ege!”“Udah... nurut aja napa, sih?! Cepet belok kanan, terus jalan lurus aja ke depan sampai ketemu taman. Habis itu, baru belok kiri.” “Ck. Ribet ah,” kesal Rachel seraya mematikan sambungan teleponnya dengan Alsha.Ketika mata Rachel sudah melihat taman dari kejauhan, ia lantas menambah kecepatan berlarinya. Kemudian ketika sudah sampai di taman tersebut, ia langsung berhenti dan melihat ke kanan kiri untuk mema
“Ih, Rama! Ngagetin aja. Aku kira siapa,” kesal Rachel.Rama terkekeh pelan. Kemudian ia berjalan mendekati Alsha dan Rachel yang sedang duduk berhadapan. Ia berdiri di tengah- tengah wanita itu, dengan tangan yang bertumpu di meja.“Alan bukan tipe orang yang gampang menyerah. Prinsip hidup dia, kalau sekarang nggak dapet, besok bakal dicoba lagi sampai dapet. Dia itu ambisius banget orangnya. Entah dari segi pendidikan, pekerjaan, ataupun percintaan. Jadi, kamu jangan khawatir lagi, okey? Masih ada tempat buat kamu di hati Alan, selagi kamu masih bisa menghargai dia,” tutur Rama.“Kalian kenapa pada dukung banget sih, kalau aku sama Alan? Atau jangan- jangan kalian begini karena disuruh Alan?” tuduh Rachel. Membuat Alsha langsung refleks menyentil keningnya.“Alan juga nggak tau apa- apa. Ini semua pure ide aku,” ujar Alsha. Membuat Rachel langsung memutarkan bola matanya malas.“Aku nggak tau, kenapa kalian rela buang- buang waktu dan uang demi aku,” ujar Rachel seraya memijat pang