Rachel, Juna, dan juga Alan berjalan tergesa- gesa menuju kamar hotel yang ditempati oleh Airin. Setelah mendapat kiriman pesan dari Airin yang memberi tahu jika Noah sedang bersama dengannya, mereka bertiga langsung bergegas menuju alamat yang dikirimkan oleh wanita itu.Panik? Jangan ditanya. Kalau ada kata yang bisa menggambarkan rasa takut, khawatir, cemas, gelisah, dan bingung menjadi satu itu, itulah yang dirasakan oleh Rachel saat ini.Jika bukan karena ditenangkan oleh Alan, mungkin wanita itu sudah menghabiskan tisu satu pack.Tok tok tok. Juna menggedor pintu kamar tersebut dengan lumayan kencang. Lalu tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan menampilkan Airin yang sedang tersenyum licik.“Wow, ini sangat mengejutkan. Ternyata Ayah kandung keponakanku ikut datang juga,” ujar wanita itu. Membuat Juna semakin marah dengan tangan yang terkepal kuat. “Nggak usah basa- basi, goblok! Cepat balikin anak gue, atau gue habisin lo sekarang juga,” geram Juna. “Uh, santai dong. Gim
Ting tong. Ting tong. Ting tong. Suara bel yang baru saja berbunyi, sukses membuat kedua manusia yang sedang melakukan pekerjaan rumah itu pun merasa terganggu.“Chel, tolong bukain! Baju saya basah,” teriak Alan dari dalam kamar mandi.“Iya!” seru Rachel.Rachel pun lantas mematikan kompornya, dan buru- buru berjalan menuju pintu depan dengan penampilan yang masih acak- acakan. Rambut dicepol, kaos oversize, serta celana pendek di atas lutut.Semalam, ia memang menginap di sini dengan Noah. Dan sejak bangun tidur tadi, ia dan Alan sudah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Rachel memasak, dan Alan membersihkan kamar mandi. Sedangkan Tuan kecilnya masih tertidur nyenyak di atas kasur.Ting tong. Ting tong. Bel itu pun kembali berbunyi. Hingga membuat Rachel semakin tergopoh- gopoh. Entah dari mana tamu ini berasal. Yang jelas, sepertinya tamu ini hanya memiliki kesabaran setipis tisu.“Sebentar!” teriak Rachel.Dengan terburu- buru, Rachel pun lantas memutar kunci yang masih terga
“Pak Indra, Bu Cindy. Mohon maaf sekali, saya tidak bisa menuruti keinginan Ibu dan Bapak. Karena besok siang, saya harus pergi ke Korea untuk urusan pekerjaan. Sekian dari saya. Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, silahkan pulang. Pintu rumah sudah terbuka lebar.”Nada bicaranya memang santai. Namun melihat ekspresinya yang sedikit songong, siapapun pasti akan kesal melihat pengusiran yang baru saja dilakukan oleh Rachel. Apalagi wanita itu tidak mau memanggil orang tuanya dengan sebuat Mama dan Papa.Terlihat wanita paruh baya itu sedang menghembuskan napasnya kasar. Sedangkan suaminya langsung memasang wajah yang begitu dongkol. Apalagi saat Rachel menatapnya sambil tersenyum sekilas, pria paruh baya itu langsung berdecak kesal.“Mau saya antar ke depan?” tawar Alan.“Ah, begini saja. Bagaimana kalau kamu pulang ke Bali setelah urusan pekerjaan kamu selesai?” tanya wanita itu. Yang masih berusaha untuk membujuk Rachel.Rachel memaksakan senyumnya sebentar. Kemudian ia lantas
Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih lima belas jam, akhirnya Rachel dan Alan sampai di Bandar Udara Internasional Incheon, Seoul. Sambil menunggu jemputan dari teman Alan, mereka berdua memutuskan untuk mampir ke Food Guide terlebih dahulu. Karena Rachel ingin memakan hidangan khas Negeri Gingseng tersebut.“Ini apa, namanya?” tanya Alan, seraya mengaduk makanan tersebut dengan sumpitnya.“Itu Jjampong. Pedas, kamu nggak suka. Makan ini aja nih, Jajangmyeon.” Rachel mengambil mangkok yang berisi Jjampong tersebut, lalu menggantinya dengan mangkok yang berisi Jajangmyeon.Alan hanya menurut saja. Ia tidak terlalu mengetahui makanan khas Korea Selatan, jadi ia memakan apa yang disediakan oleh Rachel saja.“Nih, cobain. Kimbap asli korea.”Alan membuka mulutnya dengan sedikit lebar. Menerima suapan makanan tersebut dari Rachel.“Enak, kan?” tanya Rachel.“Masih enakan buatan kamu,” celetuk Alan. Membuat Rachel langsung tertawa kecil.“Bohong banget,” balas Rachel.Di sa
Waktu sore hari ketika selesai bekerja memang paling enak dibuat untuk bersantai, jalan- jalan, ataupun berkencan dengan pacar. Apalagi di kota seindah Seoul, tidak mungkin Alan dan Rachel melewatkan masa- masa itu. Maka dari itu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tempat yang bisa membuat hati mereka mereka bahagia, dan bisa membuat otak mereka kembali segar.Setelah berdiskusi dan berdebat, pilihan mereka jatuh pada Sky Rose Garden, salah satu tempat wisata romantis di Korea Selatan yang berlokasi di kawasan Chungmuro, tepatnya di atap gedung DaeHan Cinema Multiplex, Seoul. Karena Rachel sedang tidak berminat menonton bioskop, jadi mereka memilih untuk bersantai di kafenya saja.“Kayaknya nafsu makan kamu meningkat tiga kali lipat, ya?” tebak Alan, sambil terus memperhatikan Rachel yang sedang mengunyah makanannya.“Sekarang saya udah nggak ikut program diet lagi. Jadi bebas, mau makan seberapa banyak,” balasnya.“Ooh. Udah nggak takut gendut, berarti?”“Enggak. Lagian kalau pu
Baru lima jam yang lalu, Rachel sampai di rumahnya. Namun kini ia sudah berada di sebuah cafe untuk bertemu dengan Juna.Setelah menunggu selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya pria yang ia tunggu- tunggu datang juga. Ia pun langsung menegakkan badannya dan merubah wajahnya menjadi serius.Sementara itu, Juna malah memakan camilan yang dipesan oleh Rachel dengan begitu santainya. Mengabaikan Rachel yang sudah siap untuk berbicara serius.Rachel mendesis kesal. Jika ia menunggu pria ini menghabiskan camilannya lebih dulu, maka itu hanya akan membuang- buang waktu saja. Jadi ia langsung memulai pembicaraan, meskipun pria ini masih fokus menikmati camilannya. “Jun, aku tegasin sekali lagi ya! Hubungan kita saat ini cuma sebatas orang tua buat Noah. Jangan berbuat yang aneh- aneh dan jangan berharap yang enggak- enggak. Aku nggak mau Alan salah paham,” ujar Rachel. Membuat Juna langsung menatapnya sambil tersenyum menyeringai.“Kenapa? Takut kehilangan Alan?” tanyanya. Sedangkan Ra
Selesai membayar semua belanjaannya di kasir, Alan dan Rachel lantas keluar dari tempat tersebut.“Saya duluan ya,” pamit Rachel.“Bareng saya aja,” sahut Alan.Rachel menggelengkan kepalanya. “Saya ada janji sama teman,” ucapnya.“Kalau begitu saya antar,” sahut Alan lagi. Namun lagi- lagi wanita itu menggelengkan kepalanya.“Saya mau naik bus kota.”Melihat Rachel yang sudah berjalan menjauh darinya, Alan hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Entah apa yang sedang terjadi pada wanita itu saat ini. Yang jelas, wajahnya terlihat sangat murung dan seperti tidak mau diganggu.“Alan...”Alan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya. Dan seketika ia langsung berdecak kesal sembari menunjukkan bombastic side eyenya, karena orang yang memanggilnya tersebut adalah Airin.“Boleh minta waktunya sebentar?” tanya Airin.Dengan wajah yang datar tanpa ekspresi, Alan mengangguk singkat. Ia benar- benar menunjukkan rasa tidak sukanya pada wanita yang berdiri di depannya
Pagi yang cerah. Hari ini adalah hari pertama Alsha akan menjalankan rencananya, dengan dibantu oleh sang kekasih tercinta dan juga teman- temannya. Ia berencana untuk membantu Rachel mengerti arti cinta yang sebenarnya.Meskipun Rachel bukan teman dekatnya, namun Alsha sangat perhatian pada wanita itu. Ia tidak mau wanita itu salah dalam memilih dan jatuh ke dalam lubang penyesalan. Bagaimana pun juga, ia menginginkan yang terbaik untuk wanita itu.Alsha melakukan ini juga tidak serta merta karena peduli pada Rachel. Ia melakukan ini karena merasa pernah berhutang budi pada wanita itu. Jadi tidak ada salahnya, jika membantu wanita itu untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.Day 1, project planning “Mencari cinta untuk Rachel”.Saat ini, Alsha sudah mengumpulkan teman- temannya yang akan berkontribusi untuk mensukseskan rencananya. Mereka berkumpul di rumah Zizi, teman mereka yang baru saja menikah beberapa minggu yang lalu.“Oke, plan pertama kita adalah mengadakan birthday pa