Rachel meraba- raba ponselnya yang bergetar sedari tadi. Matanya masih mengantuk, tapi terpaksa harus bangun karena tidak kuat menahan berisiknya ponselnya sendiri.Ia berdecak kesal. Ternyata panggilan telepon dari Juna. Mau mengabaikan, tapi sepertinya penting sekali. Sampai ada lima panggilan tak terjawab dari pria itu.“Kenapa?” tanya Rachel, ketika panggilannya sudah tersambung.“Cepat keluar rumah.” “Males. Masih ngantuk.”“Astaga... baru bangun tidur ternyata.” “Hmm.”“Cepat mandi, kalau gitu. Aku mau ngasih kamu surprise.” “Males. Lain kali aja.”“Emang kamu nggak ingat, sekarang hari apa?” “Hari rabu.”Terdengar suara helaan napas pria itu. Membuat Rachel langsung memutarkan bola matanya malas. Dramatis sekali, pikirnya.“Kenapa? Emang ada yang spesial?” tanya Rachel. Membuat Juna langsung menghembuskan napasnya kasar.“Kamu gak lagi amnesia, kan?” “Apa, sih? Ngomong yang jelas. Nggak usah basa- basi. Aku lagi males ngomong,” kesal Rachel.“Sekarang hari ulang tahun kam
Rachel POV Aku melangkah masuk ke dalam rumah Alan dengan membawa kue yang diberikan oleh Juna tadi. Noah tidak mau ikut denganku, karena Juna mengajaknya pergi melihat pertunjukan Motocross sekaligus pergi bermain ke tempat Wall Climbing. Meskipun rasa kesalku pada Juna belum hilang, namun aku tidak mau membatasi hubungannya dengan Noah. Jadi setiap kali ia ingin membawa Noah pergi, aku akan selalu mengizinkannya. Asal dia bisa menjaga Noah dengan baik.Melihat suasana rumah Alan yang sangat sepi, aku pun memilih untuk berjalan ke dapur. Mengambil air minum sekaligus meletakkan kue yang kubawa ini ke dalam kulkas.“Sendirian?”Aku yang sedang meminum air pun hampir tersedak, ketika melihat Alan yang tiba- tiba sudah muncul di belakangku. Bagaimana aku tidak kaget? Pria ini berjalan tanpa mengeluarkan suara apapun. Sudah seperti hantu yang gentayangan saja. “Noah pergi sama Juna,” jawabku. Setelah meneguk air di dalam gelas sampai habis.“Pergi ke mana?”“Lihat Motocross.”“Oh.”Set
Rachel, Juna, dan juga Alan berjalan tergesa- gesa menuju kamar hotel yang ditempati oleh Airin. Setelah mendapat kiriman pesan dari Airin yang memberi tahu jika Noah sedang bersama dengannya, mereka bertiga langsung bergegas menuju alamat yang dikirimkan oleh wanita itu.Panik? Jangan ditanya. Kalau ada kata yang bisa menggambarkan rasa takut, khawatir, cemas, gelisah, dan bingung menjadi satu itu, itulah yang dirasakan oleh Rachel saat ini.Jika bukan karena ditenangkan oleh Alan, mungkin wanita itu sudah menghabiskan tisu satu pack.Tok tok tok. Juna menggedor pintu kamar tersebut dengan lumayan kencang. Lalu tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan menampilkan Airin yang sedang tersenyum licik.“Wow, ini sangat mengejutkan. Ternyata Ayah kandung keponakanku ikut datang juga,” ujar wanita itu. Membuat Juna semakin marah dengan tangan yang terkepal kuat. “Nggak usah basa- basi, goblok! Cepat balikin anak gue, atau gue habisin lo sekarang juga,” geram Juna. “Uh, santai dong. Gim
Ting tong. Ting tong. Ting tong. Suara bel yang baru saja berbunyi, sukses membuat kedua manusia yang sedang melakukan pekerjaan rumah itu pun merasa terganggu.“Chel, tolong bukain! Baju saya basah,” teriak Alan dari dalam kamar mandi.“Iya!” seru Rachel.Rachel pun lantas mematikan kompornya, dan buru- buru berjalan menuju pintu depan dengan penampilan yang masih acak- acakan. Rambut dicepol, kaos oversize, serta celana pendek di atas lutut.Semalam, ia memang menginap di sini dengan Noah. Dan sejak bangun tidur tadi, ia dan Alan sudah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Rachel memasak, dan Alan membersihkan kamar mandi. Sedangkan Tuan kecilnya masih tertidur nyenyak di atas kasur.Ting tong. Ting tong. Bel itu pun kembali berbunyi. Hingga membuat Rachel semakin tergopoh- gopoh. Entah dari mana tamu ini berasal. Yang jelas, sepertinya tamu ini hanya memiliki kesabaran setipis tisu.“Sebentar!” teriak Rachel.Dengan terburu- buru, Rachel pun lantas memutar kunci yang masih terga
“Pak Indra, Bu Cindy. Mohon maaf sekali, saya tidak bisa menuruti keinginan Ibu dan Bapak. Karena besok siang, saya harus pergi ke Korea untuk urusan pekerjaan. Sekian dari saya. Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, silahkan pulang. Pintu rumah sudah terbuka lebar.”Nada bicaranya memang santai. Namun melihat ekspresinya yang sedikit songong, siapapun pasti akan kesal melihat pengusiran yang baru saja dilakukan oleh Rachel. Apalagi wanita itu tidak mau memanggil orang tuanya dengan sebuat Mama dan Papa.Terlihat wanita paruh baya itu sedang menghembuskan napasnya kasar. Sedangkan suaminya langsung memasang wajah yang begitu dongkol. Apalagi saat Rachel menatapnya sambil tersenyum sekilas, pria paruh baya itu langsung berdecak kesal.“Mau saya antar ke depan?” tawar Alan.“Ah, begini saja. Bagaimana kalau kamu pulang ke Bali setelah urusan pekerjaan kamu selesai?” tanya wanita itu. Yang masih berusaha untuk membujuk Rachel.Rachel memaksakan senyumnya sebentar. Kemudian ia lantas
Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih lima belas jam, akhirnya Rachel dan Alan sampai di Bandar Udara Internasional Incheon, Seoul. Sambil menunggu jemputan dari teman Alan, mereka berdua memutuskan untuk mampir ke Food Guide terlebih dahulu. Karena Rachel ingin memakan hidangan khas Negeri Gingseng tersebut.“Ini apa, namanya?” tanya Alan, seraya mengaduk makanan tersebut dengan sumpitnya.“Itu Jjampong. Pedas, kamu nggak suka. Makan ini aja nih, Jajangmyeon.” Rachel mengambil mangkok yang berisi Jjampong tersebut, lalu menggantinya dengan mangkok yang berisi Jajangmyeon.Alan hanya menurut saja. Ia tidak terlalu mengetahui makanan khas Korea Selatan, jadi ia memakan apa yang disediakan oleh Rachel saja.“Nih, cobain. Kimbap asli korea.”Alan membuka mulutnya dengan sedikit lebar. Menerima suapan makanan tersebut dari Rachel.“Enak, kan?” tanya Rachel.“Masih enakan buatan kamu,” celetuk Alan. Membuat Rachel langsung tertawa kecil.“Bohong banget,” balas Rachel.Di sa
Waktu sore hari ketika selesai bekerja memang paling enak dibuat untuk bersantai, jalan- jalan, ataupun berkencan dengan pacar. Apalagi di kota seindah Seoul, tidak mungkin Alan dan Rachel melewatkan masa- masa itu. Maka dari itu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tempat yang bisa membuat hati mereka mereka bahagia, dan bisa membuat otak mereka kembali segar.Setelah berdiskusi dan berdebat, pilihan mereka jatuh pada Sky Rose Garden, salah satu tempat wisata romantis di Korea Selatan yang berlokasi di kawasan Chungmuro, tepatnya di atap gedung DaeHan Cinema Multiplex, Seoul. Karena Rachel sedang tidak berminat menonton bioskop, jadi mereka memilih untuk bersantai di kafenya saja.“Kayaknya nafsu makan kamu meningkat tiga kali lipat, ya?” tebak Alan, sambil terus memperhatikan Rachel yang sedang mengunyah makanannya.“Sekarang saya udah nggak ikut program diet lagi. Jadi bebas, mau makan seberapa banyak,” balasnya.“Ooh. Udah nggak takut gendut, berarti?”“Enggak. Lagian kalau pu
Baru lima jam yang lalu, Rachel sampai di rumahnya. Namun kini ia sudah berada di sebuah cafe untuk bertemu dengan Juna.Setelah menunggu selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya pria yang ia tunggu- tunggu datang juga. Ia pun langsung menegakkan badannya dan merubah wajahnya menjadi serius.Sementara itu, Juna malah memakan camilan yang dipesan oleh Rachel dengan begitu santainya. Mengabaikan Rachel yang sudah siap untuk berbicara serius.Rachel mendesis kesal. Jika ia menunggu pria ini menghabiskan camilannya lebih dulu, maka itu hanya akan membuang- buang waktu saja. Jadi ia langsung memulai pembicaraan, meskipun pria ini masih fokus menikmati camilannya. “Jun, aku tegasin sekali lagi ya! Hubungan kita saat ini cuma sebatas orang tua buat Noah. Jangan berbuat yang aneh- aneh dan jangan berharap yang enggak- enggak. Aku nggak mau Alan salah paham,” ujar Rachel. Membuat Juna langsung menatapnya sambil tersenyum menyeringai.“Kenapa? Takut kehilangan Alan?” tanyanya. Sedangkan Ra