Share

Ayah dari Anakku Ternyata
Ayah dari Anakku Ternyata
Penulis: mapoeri

1

Penulis: mapoeri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 13:41:53

Nina menatap ke sekeliling meski dengan susah payah karena kepalanya terasa berat.

Dia berada di sebuah kamar Hotel?

Nina menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kebingungan. Namun, itu tak berlangsung lama.

Tiba-tiba dia tersentak kala pandangannya teralih pada tubuhnya sendiri. “Astaga!” 

Nina syok sekali. Tubuhnya tidak ditutupi sehelai benangpun, dia tidur dengan telanjang bulat.

Wanita itu gemetaran. Dia menelan ludah dengan tergesa karena tiba-tiba tenggorokannya begitu kering, dia haus.

Berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin malam.

Ada banyak sekali pakaian berserakan....

Merinding, dia buru-buru mencari selimut dan mengabaikan selangkangannya yang pedih.

Ditutupnya badannya yang kecil dengan segera, lalu berjalan keluar dari kamar ketika matanya bertemu dengan sosok asing di depannya.

Sama dengan dirinya, sosok itu juga tidak mengenakan pakaian apapun, berbalut selimut. Keduanya saling tatap, ada hening panjang sebelum akhirnya teriakan terkejut keluar dari mulut keduanya.

“AAAAAAAAAAAAAH!!!”

Dan sebuah cairan mengalir turun dari selangkangan wanita itu.

©©©

16 jam sebelumnya.

Telepon Nina tidak berhenti berdering semenjak dia mematikan alarmnya sepuluh menit lalu. Maksud hati ingin tidur lebih lama dengan mematikan alarm, naas teleponnya kini berdering, berteriak tanpa henti meminta untuk segera diangkat.

Dengan malas dia menekan tombol hijau tanpa melihat nama yang tertera di layar.

“Ya, pagi.” Suaranya yang lembut itu terdengar begitu manja di pagi hari.

“GIANINA EKAWIRA!!!!! INI SUDAH JAM 10!” Berkebalikan dengan suaranya yang lembut dan manja di pagi hari, wanita di ujung telepon tidak sependapat. Suaranya begitu lantang dan kencang, nyaris membuat wanita bernama Nina ini terkejut setengah mati bahkan sebelum seluruh nyawanya berkumpul setelah bangun dari tidur.

Dia terperanjat bangun, duduk diatas kasur.

“ASTAGA JUL!” Dia ikut memekik, mencari jam diatas nakas. Dengan segera langsung turun dari kasur dan pergi ke kamar mandi, meninggalkan ponselnya diatas kasur.

“Nin! Nina! Astaga! Lo baru bangun tidur?!”

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit wanita bertubuh kurus dan tinggi itu segera keluar dari kamar mandi, menyelesaikan sikat gigi, cuci muka dan merapikan rambutnya secara bersamaan. Dengan secepat kilat dia mencari pakaian kerjanya dan segera pergi keluar.

“Sialan ya si Nina! Dia pasti lupa kalau hari ini dia ada janji sama bu Ruspandi!” Julie mengeluh dari dalam kantornya, berteriak-teriak seperti orang gila.

Para karyawan yang berada diluar memperhatikannya, kantornya semi transparan dan tidak kedap suara. Jadi sudah jelas sekali kalau suara ocehan dan sumpah serapahnya terdengar oleh semua.

Untung pagi ini belum ada pelanggan yang datang.

Tapi tentu saja dia marah, pagi ini dia sudah hampir lima puluh kali —tanpa hiperbola— menelepon Nina, sahabatnya yang juga atasannya. Sialnya begitu. Sahabatnya yang terkadang lalai dengan waktu itu adalah atasannya di tempat kerja. Dan tidak ada jawaban! Padahal Nina sudah memiliki janji penting dengan pelanggan VVIP mereka bu Ruspandi yang terkenal dengan on-time person.

“Bu Julie, Bu Ruspandi lima belas menit lagi sampai.” Kumara, asisten pribadi Nina yang juga menjadi ‘penengah’ antara Julie dan Nina datang dengan tergesa ke kantor Julie.

Julie menghela napas, melongok kearah kantor Nina yang bersebelahan dengan kantornya —hanya terpisah oleh pintu geser dari dalam— dan KOSONG.

“Ah! Sialan banget sih! Dia kemarin ada janji apa sih kok sampai begadang?!” Kini amarah Julie dia lampiaskan ke Kumara yang kemudian tergagap menjawab pertanyaannya.

“B..Bu Nina ada pesanan baju pesta untuk pak Fairus. Kemarin malam ibu menelepon saya untuk menjelaskan detail manik yang diinginkan oleh pak Fairus dan jumlahnya untuk saya pesan segera…” Kumara menjawab, meskipun sedikit tergagap dia mampu menjelaskannya pada Julie yang kini mondar mandir resah.

“Masalahnya ini bu Ruspandi loh! Kita dulu udah pernah kena bacot beliau, kita sampai gak bisa handle orderan lain selama tiga bulan dan fokus sama beliau karena beliau banyak sekali protes ini itu yang gak perlu perkara Nina telat satu menit karena ke toilet!” Julie mengoceh lagi, memijat keningnya yang mulai sakit dan berdenyut.

Dia masih mengoceh di dalam ruangan dan Kumara masih di dalam mendampinginya, berusaha mendengarkan ocehan itu meskipun kepala Kumara juga sudah sakit mendengarnya.

“Bu Nina datang!” Salah satu karyawan masuk ke dalam ruangan Julie. Keduanya menoleh dan mendapati wanita itu tengah berbincang dengan bu Ruspandi masuk ke dalam butik sambil tertawa, bercanda, seolah tidak terjadi apa-apa.

“Nah, ibu masih ingat sama Julie ‘kan? Untuk urusan baju bu Ruspandi, tentu saja saya harus menyerahkannya langsung pada desainer terbaik disini. Julie Candramaya.” Nina berkata dengan gestur tangan santun mengarah kepada Julie yang kini tersenyum lebar di depan bu Ruspandi sambil menunduk kecil.

“Tentu! Saya ingat banget sama bu Julie! Gaun yang dulu dia buat menjadi bahan omongan sampai tiga bulan di setiap arisan yang saya datangi! Luar biasa!” Pekiknya, mendekat kearah Julie dan mengelus punggung wanita itu dan kemudian memeluknya. Tubuh kecil Julie seperti hilang di telan tubuh tambun bu Ruspandi.

Nina kemudian mempersilahkan bu Ruspandi masuk ke dalam ruangan Julie, berbincang mengenai rancangan gaun yang diinginkan oleh wanita tua itu.

Urusannya sudah selesai.

Gianina Ekawira, tiga puluh dua tahun. Pemilik butik EKAWIRA yang sejak lima tahun berdiri berkembang begitu pesat. Dia lulusan universitas London jurusan tata busana. Ya, Nina adalah seorang Fashion Designer dan juga Consultant Fashion di butik ini. Butik yang pelanggannya bukan hanya sekedar pekerja kantoran biasa atau pabrik-pabrik besar, tapi juga pejabat sampai aktor dan aktris.

“Butik lo masuk TV lagi tuh!” Julie masuk ke dalam ruangan Nina ketika wanita itu sedang sibuk dengan berkas dan laptopnya, dia menoleh kearah televisi yang berada di ruangannya, menampilkan gambar-gambar tanpa suara. Nina tidak bisa bekerja jika ada suara sekecil apapun.

“Oh waw.” Dia bersuara, sarkas.

“Gitu ya kalau udah terkenal, sombong banget rasanya masuk TV mulu.” Julie mencibir, duduk di sofa depan meja Nina.

Wanita itu menyingkirkan kacamatanya dan menatap Julie, “Udah dong, jangan ngambek mulu. Yang penting ‘kan bu Ruspandi gak tau kalau gue datangnya telat.” Ujarnya sambil nyengir lebar.

“Lo harus temenin gue dulu malem ini, baru gue mau maafin.” Julie mengerling, memainkan jemarinya.

“Nemenin kemana?”

“Clubbing, gue sama Leo mau ke club mumpung Kiran bisa dijagain sama mertua gue.” Ujar Julie lagi.

“Ah males ah, gue lagi banyak banget pesenan Jul. Nanti si Kumara ngamuk deh tuh gak gue selesein laporan bulan ini.” Nina berkilah, tapi jujur, dia sedang malas untuk pergi berpesta.

Julie mendekat kearah Nina dan kini menggelayut manja di pangkuan sahabatnya itu. “Ayolah, lo gak kasian sama gue yang susah banget buat clubbing doang? Ajakin juga deh Catur biar lo kalo mabok ada yang bawa pulang sekalian Kumara kita ajakin, kasian tuh anak takut kuper. Soalnya Leo juga mau bawa koleganya Nin, nanti gue kayak kambing conge disana!”

Nina mengerenyit, menatap Julie, “Koleganya?”

Wanita itu mengangguk, “Tikta Sahasika sama Gata Sambara.”

Dan yang Nina ingat, dia, Julie, Kumara serta Catur bertemu dengan Leo suami Julie serta Tikta dan Gata di sebuah club malam. Mereka berkenalan, mengobrol, menari, minum sampai tidak ingat apa-apa lagi...?

Bab terkait

  • Ayah dari Anakku Ternyata   2

    Beralih ke masa sekarang.Pria itu menatap Nina dengan wajah kebingungan, keduanya kini sudah berpakaian dengan lengkap. “Saya gak ingat apa-apa.” Keduanya kini duduk diatas sofa yang jaraknya lumayan. Kamar hotel yang tengah keduanya tempati adalah Suite Room hotel bintang lima di kota ini, kamar hotel elite yang pernah Nina datangi sesekali ketika dia sedang butuh menyendiri karena pekerjaan. “Kita berdua sewa kamar ini?” tanya Nina, mencoba mencari petunjuk mengapa mereka berdua berakhir di dalam satu kamar dengan keadaan telanjang bulat. Kemudian, pria itu berjalan kearah nakas di sebelah kasur, menekan tombol telepon. “Selamat siang, mohon maaf bisa saya cek atas nama siapa kamar ini di pesan?” Dia berbicara dengan resepsionis. “Baik, terima kasih.” Pria itu menutup teleponnya dengan pelan dan menoleh kearah Nina, canggung. “Ya, kamar ini di pesan atas nama saya, Tikta Sahasika.” Nina menghela napas. Tidak ada satupun ingatan yang terlintas di benaknya tentang kejadian sem

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Ayah dari Anakku Ternyata   3

    Catur menjemput Nina pukul tiga sore, wanita itu tidak pergi ke butik juga membatalkan beberapa janji temu untuk rapat hari ini. Dia membatalkan seluruh kegiatannya dan hanya berdiam diri di rumah.Dia tidak mampu berpikir dengan jernih, ada tiga orang laki-laki yang bersamanya saat itu dan hanya Tikta yang tertinggal disana. Sedangkan Catur dan satu orang lagi, Gata sama sekali tidak terlihat.“Apa yang terjadi?” Nina masih penasaran, dia ingin tahu siapa yang melakukan hal itu padanya.“Lo kenapa sih Nin?” Catur menoleh kearahnya, mereka kini sedang berada di dalam mobil menuju kediaman Julie. Anak sulung Julie, Kiran berulangtahun ke 5 hari ini. Sudah dari jauh-jauh hari mereka mendapatkan undangannya.“Gue nanti cerita kalau kita sudah sampai ke rumah Julie.” Jawab Nina, tidak menoleh sedikitpun kepada Catur dan hanya melihat jalanan di samping jendela mobil.“Oke oke,” Catur berkata, tidak bertanya lebih karena dia tahu benar bagaimana seorang Gianina. Dia tidak ingin perempuan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Ayah dari Anakku Ternyata   4

    Tikta mengacak rambutnya, kemarin dua kali dia sudah mengirimkan pesan kepada wanita yang dia yakini bernama Gianina. Dua hari lalu adalah hari pertama dia bertemu dengan wanita itu, dia ada janji bertemu dengan Leonatan Yogaswara seorang bupati muda karena urusan bisnis.Leonatan membawa serta istrinya Julie yang juga membawa ketiga temannya, Kumara, Catur serta Gianina. Setelah membicarakan urusan bisnis mereka akhirnya mengobrol dan minum-minum sampai akhirnya obrolan Tikta, Gata dan Catur ternyata cocok dan mereka memutuskan untuk berpindah tempat.Malam itu, Catur tidak ingin membawa Gianina untuk pulang. Dia memutuskan membawa wanita itu ikut bersama mereka ke hotel.Setelahnya, Tikta tidak mendengar apa-apa lagi dan yang dia ingat hanyalah bagaimana dia melihat Gianina dalam keadaan setengah telanjang di depannya.Dia menghela napas panjang.Dia yakin tidak ada yang terjadi padanya dan juga Gianina, tapi melihat wanita itu nampak terkejut dan melihat keadaannya dia jadi tidak p

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Ayah dari Anakku Ternyata   5

    Nina kembali berlari ke kamar mandi, memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Sejak tiga hari lalu tidak ada satupun makanan yang masuk ke dalam lambungnya, semuanya masuk dengan percuma. Sudah dua bulan dia disibukkan dengan banyak kegiatan yang menyita waktunya, dan tubuhnya benar-benar menyerah satu bulan terakhir.Dia bahkan sudah bolak balik IGD lebih dari lima kali dalam dua minggu terakhir.“Bu? Kayaknya ibu lebih baik istirahat aja, pulang ke Jakarta.” Kumara menatap khawatir Nina yang kini duduk di dekat wastafel, wajahnya terlihat begitu pucat dan tubuhnya gemetaran.“Bukannya masih ada dua acara lagi ya minggu ini?” Tanya Nina dengan napas yang terengah, dia mengambil tisu yang disodorkan Kumara, mengelap sisa muntahan di bibirnya.“Kemarin saya sudah bilang sama bu Julie kalau keadaan bu Nina sedang tidak baik, bu Julie setuju untuk datang ke bali menyelesaikan sisanya.”Nina mengangguk, dia sedikit bersyukur Kumara bertindak cepat dan meminta Julie untuk datang. Di kepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Ayah dari Anakku Ternyata   6

    Nina sudah berada di Jakarta, malam kemarin dia langsung pulang setelah Kumara mendapatkan tiket pesawat. Dia bahkan tidak mampu berjalan dengan baik dan dibantu oleh petugas bandara sampai ke dalam pesawat, perutnya tidak berhenti meronta karena merasa diaduk-aduk, dia mual dan sakit kepala.Julie berkali-kali meneleponnya semalam, namun dia sudah tidak sanggup untuk mengangkatnya. Dia tertidur sambil menangis.Pagi ini, dia bangun dengan perut yang lagi terasa diaduk-aduk, masih pukul delapan dan dia sudah muntah hampir sepuluh kali. Kini dia terduduk diatas kasur, dari pantulan kaca lemari dia bisa melihat dirinya begitu kusut, kurus, dan pucat.Dia menoleh kearah ponselnya, dia harus memberi tahu Tikta. Baru saja dia mau memencet tombol panggil suara bel di pintu mengejutkannya, Nina menyimpan ponselnya dan pergi ke pintu depan membuka pintu.“Na! Kok gak bilang sudah di rumah?” Catur masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi, pria itu datang dengan baju rapi tidak seperti biasanya, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Ayah dari Anakku Ternyata   7

    Tikta menggenggam tangan Nina, wanita itu terlihat hampir pingsan ketika kakinya menyentuh tanah. Dia memeluk Nina erat, kemudian meminta salah satu perawat membawa kursi roda.“Bapak mau ke poli?” Tanya perawat itu lembut, membantu Nina untuk duduk diatas kursi roda.“Saya mau ke poli kandungan.” Kata Tikta lagi, mengecek jam di tangan kanannya.“Sudah ada janji pak?”Tikta mengangguk, “Dokter keluarga saya, dr Serif.”Perawat itu terdiam kemudian mengangguk, dia mendorong kursi roda dan mengarahkan Tikta. Bukan ke tempat antrian poli biasa yang penuh, tapi ke tempat lain di belakang. Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai tiga, ketika pintu lift terbuka wangi pengharum ruangan menyambut mereka.Kursi di dorong sampai ke depan ruangan, perawat itu mengetuk pintu kaca tersebut.“Dok, pak Tikta dan istri sudah datang.”Tikta dan Nina bereaksi mendengar kata ‘istri’ disebut, namun mereka berusaha bersikap biasa saja. Pintu terbuka dan Tikta mendapati wajah yang sangat dia kenali, dokt

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Ayah dari Anakku Ternyata   8

    Nina tengah berbaring diatas kasur, matanya begitu berat, dia mengantuk. Hari ini begitu ajaib, pagi tadi dia muntah begitu banyak, kemudian dia bertemu dan Tikta. Setelah bertemu dengan pria itu dia makan dengan begitu lahap, tidak ada yang keluar sama sekali. Dia mengelus perutnya, “Kamu senang ya mau jadi penerus SSK Food?” Bergumam, kemudian dia tertawa sendiri. Benar, Tikta begitu serius bicara dengannya tadi. Pria itu bilang kalau dia benar-benar membutuhkan bantuan Nina. “Kita ambil jalan terbaik saja, anak kamu butuh Akta Kelahiran untuk administrasinya kemudian mendapatkan warisan utama keluargaku. Aku hanya butuh anak kamu untuk terbebas dari semua ini.” Nina membuka tasnya, mengeluarkan hasil USG dan memandang gumpalan hitam itu. “Aku benar-benar gak mau menjadi penerus SSK Food Nin, anak kamu boleh ambil semuanya.” “Bagaimana dengan keluargamu yang lain? Meskipun kamu anak tunggal, tapi keluarga besarmu semua bekerja di SSK Food. Mereka gak mungkin dengan mudah mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Ayah dari Anakku Ternyata   9

    Nina terdiam.Setelah ucapan aneh Catur, semua masalah terselesaikan, kecuali satu hal! Ajakan pernikahan dari Tikta. Sudah satu minggu dari saat itu dan belom ada lagi kabar terbaru darinya lagi. Entah mengapa, hari demi hari kondisi Nina semakin menurun. Dua hari setelah dari dokter, dia memaksakan diri pergi ke butik. Semua karyawan memandangnya dengan begitu aneh. Tentu saja, Nina yang selalu berpenampilan stylish tiba-tiba datang dengan penampilan berantakan. Wanita itu datang dengan memakai kemeja kebesaran dipadu dengan jeans robek dan sepatu kets. “Halo semua, saya mohon maaf sebelumnya. Tapi saya mau mengumumkan sesuatu, saya harap semuanya mau bekerja sama karena jujur untuk saya pribadi tidak mungkin terus menjalankan butik ini tanpa bantu kalian ditambah kondisi saya semakin memburuk.” Hari itu dia membuka rapat pagi dengan kalimat begitu panjang, wajahnya pucat, rambutnya dikuncir asal-asalan. Semua karyawan memandangnya dengan perasaan takut. “Saya tengah hamil, us

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06

Bab terbaru

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - PAVITA [END]

    Aku mencintai keluargaku.Namun ketika tahu kalau papa kami bukanlah orangtua kandung abang, aku sedikit bingung untuk bereaksi apa. Ada kalanya abang bilang kalau dia dan papa tidak begitu mirip, saat itu aku pikir dia terlalu berpikiran negatif karena omongan orang lain mengenai betapa tidak miripnya mereka kerap kali terdengar.“Kamu sudah dengar sendiri, papa bukan orangtua kandungku.”“Tapi, papa tetaplah orangtua kita.”“Orangtuamu.” Katanya menatapku dengan penuh rasa sedih.Aku tahu betapa memiliki seorang ayah adalah harapan terbesar kami, patah hatinya kurasakan meskipun dia tidak bilang dengan terus terang. Tatapan mata penuh kesedihan itu sudah bisa menjadi jawaban bagaimana pada akhirnya dia harus mengiyakan ucapan orang-orang mengenai betapa beda dia dan papa.Dan, pada dasarnya, mereka memang berbeda.“Abang masih marah?” Tanya Ibu ketika melihatku turun dari lantai dua, matanya terlihat bengkak dan suaranya agak serak. Di depan ibu yang tengah duduk di kursi meja makan

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA TIKTA [2]

    “Ga..” Papa memelukku ketika ibu menyampaikan kabar duka tentang kepergian ayah padaku. Ibu sudah menangis dengan begitu histeris, Pavita memeluknya berusaha menenangkan.Papa kemudian membawa kami pulang ke Indonesia, dimana ayah akan dikebumikan. Tidak ada siapapun disana selain kami sebagai keluarganya, hanya ada rasa kesepian yang berat. Tangis yang keluar hanya muncul dari ibu dan juga sahabatnya, tante Julie. Selain itu aku hanya menatap tubuh ayah yang sudah kaku.Ketika pemakaman sudah berakhir, ibu dibawa kembali ke kamar hotel oleh Pavita. Sedangkan aku dan papa masih berdiam diri di depan makam ayah.“Ucapkan salam terakhirmu.” Kata papa sambil mengelus punggungku.“Kenapa dia meninggalkanku?”Papa menoleh, tahu benar kalau aku tidak tengah mencari jawaban atas pertanyaan yang baru saja kulontarkan. Aku tidak menginginkan jawaban.“Aku bahkan belum mengenalnya dengan baik.”Dan sejurus kemudian airmataku mulai meleleh, tangisku pecah.Ayah menghela napasnya, seperti tahu in

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF- RAGNALA TIKTA [1]

    “Itu papa?” Tanyaku pada ibu yang kemudian mengangguk pelan sambil menggendong adikku, Pavita.Aku ingat benar momen itu, momen dimana orang yang selama ini aku pikir tidak pernah ada di hidup kami kemudian muncul dengan senyum lebar. Segala kecanggungannya begitu terasa di setiap ujung jari yang merangkul aku dan adikku dengan erat.Selama hanya ada kami bertiga, ibu selalu menghindari pertanyaanku mengenai sosok seorang ayah. Ada kalanya, keperluan sekolah membuatku bertanya apakah aku memiliki seorang ayah yang nantinya akan ibu jawab dengan isakan tangis atau hanya anggukan.Tidak ada penjelasan sampai ia kemudian mulai menyinggung bahwa beberapa orang memiliki ayah lebih dari satu orang. Aku yang masih terlalu kecil tidak begitu mengerti hingga akhirnya menyadari kalau yang ibu maksud beberapa anak memiliki dua orang ayah salah satunya adalah diriku.Pertemuan dengan papa begitu canggung, Pavita sampai tidak berani mendekat karena masih belum terbiasa dan merasa bahwa pria di dep

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA CATUR [2]

    “Hi, aku ayah kamu. Catur Rangga.”Aku masih begitu mengingat bagaimana akhirnya kami bertemu. Catur Rangga adalah ayah biologisku. Orang yang terlihat biasa saja, tingginya mungkin sekitar seratus tujuh puluh senti sekian, kulitnya seputih susu persis denganku.Ketika aku melihat wajahnya, aku baru mengerti.Ah, itulah kenapa orang-orang bilang aku tidak mirip dengan Pavita karena pada dasarnya aku mirip dengan orang ini. Hampir sembilan puluh persen fitur wajahku benar-benar mirip dengannya.Dia menyondorkan tangannya dengan canggung ketika pada akhirnya aku menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya, tangannya berkeringat dan dingin. Aku rasa bukan hanya aku yang merasa gugup.Aku duduk di depannya, kami memilih meja berkursi dua berhadapan di pojok sebuah coffee shop. Papa mengantarku dengan mobil dan tengah menungguku di ujung jalan, dia bilang tidak akan ikut dan hanya ingin membuatku menikmati waktu bersama ayah biologisku.Pria itu masih menunduk di depanku, aku bisa mengerti

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA CATUR [1]

    Ketika aku mulai tumbuh remaja, ibu selalu bicara mengenai ayah. Bahwa di dunia ini ada beberapa anak yang memiliki dua ayah.“Ada yang punya ayah secara biologis, ada juga yang tidak.”“Maksudnya bagaimana bu?” Tanyaku kala itu ketika ibu tiba-tiba bicara mengenai hal yang baru saja dia ucapkan, kami tengah berada di dalam mobil.Sore sudah menjelang, langit berwarna jingga dan hanya ada kami berdua di parkiran daycare adikku.“Ya, ada yang kita panggil ayah namun bukan orang yang memberi kita kehidupan. Tapi dia adalah sosok yang menjelma sebagai ayah yang kita tahu sebagai anak. Ada juga seorang ayah yang memberikan kita kehidupan dan mungkin karena satu hal dia tidak menjadi sosok yang kita tahu.”Kalimat ibu begitu rumit, aku yang masih kecil tidak mengerti.Pembahasan itu berakhir begitu saja ketika adikku datang dan masuk ke dalam mobil dengan senyum lebar di wajahnya.Pembahasan ibu mengenai

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - CATUR GATA

    Catur menatap pria di depannya, pria yang selama beberapa bulan terakhir menghantuinya. Pria itu menuntut banyak hal dari Catur termasuk memaksanya untuk ‘membawa’ kembali Nina.“Gue sudah bilang gue gak akan diem aja, lo ngerti maksud gue gak?” Gata melotot, wajahnya terlihat begitu merah karena emosi sudah mencapai puncaknya. Dia berjalan kesana kemari di depan Catur yang masih duduk dengan rokok di sela jarinya.Pria itu sudah berkali-kali datang menemui Catur, ketika dia datang ke warehouse dan Catur mencoba untuk menggertak serta mengancamnya pria itu malah semakin menjadi-jadi ketimbang takut akan hal itu.“Bisa berhenti obsesi sama Tikta gak sih lo?” Catur menghisap rokoknya disela perkataannya, berusaha untuk tetap tenang juga menghadapi pria di depannya yang semakin lama dia yakini sebagai seorang dengan gangguan jiwa.Gata menghentikan langkahnya, dengan penuh kedramatisan dia menoleh pada Catur. Pria itu suda

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - KUMARA [END]

    “Kamu yakin mau menunda?”Pria itu bertanya dengan wajah yang terlihat khawatir. Ferdi, dia suami Kumara.Keduanya bertemu di butik EKAWIRA. Ferdi adalah salah satu klien terbaik butik itu, dia seorang pengusaha yang cukup tersohor. Namun keduanya memutuskan untuk menyembunyikan hubungan mereka.Selain karena peraturan butik untuk tidak menjalin hubungan dengan klien, juga karena Ferdi sudah dikenal oleh publik karena usahanya.“Iya, aku masih punya tanggung jawab di butik..” Jawab Kumara, dia menunduk. Pernikahan mereka baru berjalan beberapa bulan ketika Nina memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia dan melahirkan di Jepang.Tepatnya pagi ini, Kumara mendapat panggilan dari Julie untuk rapat.Wanita itu menjelaskan mengapa rapat itu diadakan, Nina juga hadir secara online.“Semalam gue sudah ngobrol sama Julie dan gue rasa sekarang gue harus bilang juga ke lo.” Katanya pada Kumara yang membeku, dia menoleh pada Julie.“Jadi, apartemen itu sebagai hadiah pernikahan gue.” Nina me

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - JULIE [END]

    “Ma, boleh gak?” Ini sudah kesekian kalinya Kiran merengek pada Julie. Mata itu memancarkan belas kasihan yang ingin sekali Julie hindari.CHARAKA KIRAN YOGASWARA.Sudah delapan tahun berceraian itu berakhir, meninggalkan luka menganga yang begitu besar di dada Julie. Bahkan belum mengering meskipun orang bilang waktu akan menyembuhkan segalanya.Lukanya belum juga sembuh.Usia Kiran memasuki usia remaja sekarang, lima belas tahun. Dia tumbuh seperti ayahnya, bagaimana dia bersikap, menanggapi persoalan, namun tentu saja dia jauh lebih manis dari ayahnya.“Ya gak mungkin dong nak mama ngizinin kamu magang di butik EKAWIRA? Lagian kamu masih anak SMP ngapain nyoba kerja?”Kiran cemberut sekarang, mengaduk mie instan yang lagi-lagi hasil rengekannya karena sudah dua bulan tidak memakannya.“Kiran mau belajar kerja ma, nanti setelah lulus sekolah biar gak kaget!”Julie menggeleng, mengibas-ngibaskan tangannya tanda bahwa dia tidak menyutujui hal itu.“Pergi sekolah sejauh mungkin, nanti

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - JULIE

    Julie tidak pernah absen mendatangi Catur, dia tidak pernah sekalipun mengurangi jatah kesempatan untuk menjenguk pria itu. Semenjak pria itu menyerahkan diri hingga sampai akhirnya dia keluar penjara, Julie selalu ada untuknya.Tentu saja, sama dengan Nina kebenciannya pada Catur begitu besar. Kecewa dan benci jadi satu sehingga dia bahkan tidak tahu mengapa masih dengan sadar mengunjungi pria itu, menengok dan mengecek keadaannya.Julie sadar, mereka sudah terlalu lama bersama.Nina melakukannya juga, meskipun wanita itu membenci Catur namun perasaan peduli tidak bisa dihilangkan begitu saja.“Tidak ada sanak saudara sama sekali?” Tanya salah seorang polisi ketika pengadilan berakhir, penahanan Catur telah diputuskan. Dia akan dipenjara selama kurang lebih dua puluh tahun.Waktu yang cukup panjang untuk menebus semua kesalahannya.“Tidak ada pak, selama disini saya sebagai walinya.” Julie berhadapan dengan salah satu petugas yang membawa semua barang-barang pribadi Catur.Petugas it

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status