Share

4

Penulis: mapoeri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 22:13:18

Tikta mengacak rambutnya, kemarin dua kali dia sudah mengirimkan pesan kepada wanita yang dia yakini bernama Gianina. Dua hari lalu adalah hari pertama dia bertemu dengan wanita itu, dia ada janji bertemu dengan Leonatan Yogaswara seorang bupati muda karena urusan bisnis.

Leonatan membawa serta istrinya Julie yang juga membawa ketiga temannya, Kumara, Catur serta Gianina. Setelah membicarakan urusan bisnis mereka akhirnya mengobrol dan minum-minum sampai akhirnya obrolan Tikta, Gata dan Catur ternyata cocok dan mereka memutuskan untuk berpindah tempat.

Malam itu, Catur tidak ingin membawa Gianina untuk pulang. Dia memutuskan membawa wanita itu ikut bersama mereka ke hotel.

Setelahnya, Tikta tidak mendengar apa-apa lagi dan yang dia ingat hanyalah bagaimana dia melihat Gianina dalam keadaan setengah telanjang di depannya.

Dia menghela napas panjang.

Dia yakin tidak ada yang terjadi padanya dan juga Gianina, tapi melihat wanita itu nampak terkejut dan melihat keadaannya dia jadi tidak percaya diri.

“Ta?” Sebuah panggilan dengan suara lembut dari balik pintu membuyarkan semua lamunan Tikta, dia yang tengah menatap ponselnya kini mengalihkan pandangannya kearah laptop yang terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruang kerjanya. “Masih sibuk?” Tanya wanita itu. Ibunya.

“Enggak bu, baru selesai ngecek semua yang harus Tikta kerjakan hari ini. Ada apa bu?”

Ibunya duduk di kursi di depan meja kerjanya, wanita paruh baya berambut abu-abu itu tampak jauh lebih tua dari yang Tikta ingat. Ya, sudah hampir sepuluh tahun Tikta tidak bertemu dengan ibunya. Ini baru bulan keenam dia kembali dari petualangannya menjauh dari rumah.

“Ibu dengar beberapa hari lalu kamu ketemu sama Gata?”

Tikta menoleh, mendapati ibunya tengah menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Dia menghela napas, “Tikta pergi bertemu pak Leonatan bu, bupati muda itu. Bukannya bapak yang maksa Tikta membujuk pak Leo memakai produk kita ke depannya untuk semua urusan kampanyenya? Gata kenal dekat dengan pak Leo. Tikta minta tolong.” Dia menjelaskan panjang lebar kepada ibunya, wanita paruh baya itu menghela napas lega. Ibunya mendekat dan mengelus tangannya lembut.

“Jangan marah, ibu hanya bertanya karena khawatir.” Ujarnya lembut.

Tikta terdiam sesaat, menyambut tangan ibunya. “Tikta sudah berusaha bu, paling tidak tolong percaya sebentar saja. Toh Tikta sudah pulang, mengambil alih bisnis sesuai keinginan bapak sama ibu. Seenggaknya kasih Tikta waktu untuk beresin semuanya satu-satu.”

Ibunya menitikkan airmata, menangis di depannya. Tubuh kecil wanita itu berguncang, membuat perasaan Tikta digerogoti perasaan bersalah. Dia sudah mengabaikan wanita tua itu bertahun-tahun hanya karena tidak ingin melihat lagi ayahnya.

Hubungan Tikta dengan ayahnya tidak begitu baik, malah bisa dibilang buruk. Sebagai seorang anak tunggal Tikta tidak diperbolehkan mengambil jalannya sendiri. Jalan yang dipilih olehnya haruslah jalan yang sudah ayahnya buka.

Tidak ada opsi, tidak ada penawaran.

Beberapa bulan lalu, Tikta mendapat telepon dari ibunya, mengabarkan kalau ayahnya jatuh ketika bekerja dan kini tidak bisa bangun lagi dari tempat tidur. Dokter bilang ayahnya terkena stroke, penyebabnya banyak. Selain faktor usia, terlalu lelah, dan banyak pikiran.

“Ta, gak ada yang bisa nerusin perusahaan ini selain kamu. Ibu gak pernah ngerti, ayah gak pernah sekalipun ngizinin ibu untuk ngerti tentang perusahaan ini.” Kata ibunya kala itu, terisak di depan Tikta seperti sekarang.

Tikta bangun dari duduknya, berjalan mendekat ke ibunya dan memeluk wanita tua itu lembut.

“Maafin ibu ya Ta, ibu gak punya kekuasaan apapun untuk memutuskan di keluarga ini.” Bisik wanita itu lemah.

Tikta tidak menjawab, dia hanya diam sambil terus mengelus punggung wanita tua itu.

Tikta pulang ke rumah, kemudian mengumumkan pada publik kalau dia yang meneruskan bisnis ayahnya. Media lalu sibuk memberitakan hal tersebut, dia langsung terjun ke lapangan. Mengecek semua pabrik dan tetek bengeknya.

“Tikta sibuk bu, belum ada kepikiran untuk hal-hal lain. Kemarin bertemu Gata karena minta tolong saja..” Ujarnya pelan.

Ibunya mengangguk pelan, mengelus wajahnya dan kemudian berpamitan pergi dari ruang kerjanya. Tikta duduk di sofa ruang kerjanya, ruang kerja yang dipakainya sekarang adalah ruang kerja ayahnya. Sejak kecil Tikta tidak pernah diizinkan masuk ke ruang kerja ayahnya, si gila kerja itu selalu menghabiskan waktunya berjam-jam di ruangan ini.

Tikta berjalan menyusuri ruangan besar yang dikelilingi oleh rak buku. Ruang kerja yang selalu rapi dan bersih meskipun ayahnya sudah jarang datangi lagi kini menjadi miliknya sepenuhnya.

Dia membuka ponselnya, mengecek lagi pesan dari Gianina.

Dia harus menyelesaikan permasalahannya dengan wanita itu.

“Saya gak akan nuntut apa-apa. Kita lupain aja semuanya.”

Kata-kata Gianina teringat di benaknya.

Dia bukan takut dituntut oleh wanita itu, tapi dia tidak ingin wanita itu berpikiran buruk tentang dirinya. Dia yakin dia tidak melakukan apapun padanya, keadaan itu sungguh membingungkan. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa semuanya jadi seperti itu sedangkan Gata sendiri sekarang tidak bisa dihubungi untuk dia tanyakan.

Dia menarik napas, membuangnya kencang-kencang sebelum akhirnya merebahkan dirinya lagi ke sofa. Ketika dia baru saja menutup matanya sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya, GIANINA.

Dia terkejut, “Halo?”

“Tikta?” Suara itu terdengar begitu lembut dan manja, suara yang dia dengar ketika mereka pertama kali bertemu di club malam, “Gianina, panggil Nina aja ya.”

“Ya? Gimana Nina? Bisa bertemu?” Dia kemudian bertanya, tidak ingin berbasa-basi.

“Anu, kalau ketemu, harus gimana ya?” Pertanyaan yang membuat Tikta terdiam.

“Begini, apa yang terjadi kemarin itu bikin benar-benar kepikiran sama saya. Memangnya kamu gak kepikiran?”

Hening panjang, “Kepikiran banget..” Ucap suara itu.

“Makanya, kita harus ketemu untuk ngobrol. Setidaknya biar meluruskan saja.”

“……ma kali.”

“Apa?” Tikta berkerut, suara Nina mendadak begitu kecil sampai hampir terdengar seperti gumaman.

“Itu pertama kalinya buat saya..” Ujar Nina diujung telepon.

Tikta menelan ludah, hatinya berdegup kencang.

“Kamu gak pakai pengaman? Atau KB?” Tikta bertanya, hening lagi diujung sana sebelum akhirnya wanita itu menjawab dengan suara pelan. “Gak pernah, soalnya gak pernah kepikiran bakalan kejadian.”

Perasaan buruk mendadak menyergap Tikta. Malam itu ada tiga laki-laki di dalam kamar tersebut, Tikta, Catur, Gata. Seingat Tikta selain Nina yang langsung masuk kamar untuk tidur karena kepalanya sakit, ketiganya minum sampai pagi dan mengobrol di ruang tengah. Saat itu dia memang mendengar seseorang memasuki kamar Nina, tapi dia tidak tahu siapa.

“Bisa bertemu sekarang?” Tanya Tikta lagi.

“Saya lagi di bali untuk urusan bisnis, kembali sekitar bulan depan.”

Tikta terdiam, malam itu Julie memang memperkenalkan Gianina padanya. Dan dia ingat nama itu, seorang desainer muda yang tengah melejit karena kalangan artis memakai desainnya. Jadwal wanita itu pasti sangat padat.

“Saya ke lombok bulan depan. Bisa bertemu akhir bulan di bulan depan saja?”

“Ya boleh..” Kata Nina pelan, Tikta belum menutup teleponnya, wanita itu juga belum menutupnya. Seperti ada sesuatu yang masih mau dia katakan.

“Nina?”

“Anu, kamu lihat ada bekas kondom di kamar gak? Karena seingatku, gak ada bekas kondom sama sekali.”

Tikta terdiam sebentar, “Ada bekas sperma yang keluar dari selangkangan kamu, saya pikir itu bukti kalau memang tidak ada pemakaian kondom ketika itu dilakukan.”

Tidak ada jawaban lagi dari ujung telepon dan tanpa permisi telepon itu ditutup.

Bab terkait

  • Ayah dari Anakku Ternyata   5

    Nina kembali berlari ke kamar mandi, memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Sejak tiga hari lalu tidak ada satupun makanan yang masuk ke dalam lambungnya, semuanya masuk dengan percuma. Sudah dua bulan dia disibukkan dengan banyak kegiatan yang menyita waktunya, dan tubuhnya benar-benar menyerah satu bulan terakhir.Dia bahkan sudah bolak balik IGD lebih dari lima kali dalam dua minggu terakhir.“Bu? Kayaknya ibu lebih baik istirahat aja, pulang ke Jakarta.” Kumara menatap khawatir Nina yang kini duduk di dekat wastafel, wajahnya terlihat begitu pucat dan tubuhnya gemetaran.“Bukannya masih ada dua acara lagi ya minggu ini?” Tanya Nina dengan napas yang terengah, dia mengambil tisu yang disodorkan Kumara, mengelap sisa muntahan di bibirnya.“Kemarin saya sudah bilang sama bu Julie kalau keadaan bu Nina sedang tidak baik, bu Julie setuju untuk datang ke bali menyelesaikan sisanya.”Nina mengangguk, dia sedikit bersyukur Kumara bertindak cepat dan meminta Julie untuk datang. Di kepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Ayah dari Anakku Ternyata   6

    Nina sudah berada di Jakarta, malam kemarin dia langsung pulang setelah Kumara mendapatkan tiket pesawat. Dia bahkan tidak mampu berjalan dengan baik dan dibantu oleh petugas bandara sampai ke dalam pesawat, perutnya tidak berhenti meronta karena merasa diaduk-aduk, dia mual dan sakit kepala.Julie berkali-kali meneleponnya semalam, namun dia sudah tidak sanggup untuk mengangkatnya. Dia tertidur sambil menangis.Pagi ini, dia bangun dengan perut yang lagi terasa diaduk-aduk, masih pukul delapan dan dia sudah muntah hampir sepuluh kali. Kini dia terduduk diatas kasur, dari pantulan kaca lemari dia bisa melihat dirinya begitu kusut, kurus, dan pucat.Dia menoleh kearah ponselnya, dia harus memberi tahu Tikta. Baru saja dia mau memencet tombol panggil suara bel di pintu mengejutkannya, Nina menyimpan ponselnya dan pergi ke pintu depan membuka pintu.“Na! Kok gak bilang sudah di rumah?” Catur masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi, pria itu datang dengan baju rapi tidak seperti biasanya, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Ayah dari Anakku Ternyata   7

    Tikta menggenggam tangan Nina, wanita itu terlihat hampir pingsan ketika kakinya menyentuh tanah. Dia memeluk Nina erat, kemudian meminta salah satu perawat membawa kursi roda.“Bapak mau ke poli?” Tanya perawat itu lembut, membantu Nina untuk duduk diatas kursi roda.“Saya mau ke poli kandungan.” Kata Tikta lagi, mengecek jam di tangan kanannya.“Sudah ada janji pak?”Tikta mengangguk, “Dokter keluarga saya, dr Serif.”Perawat itu terdiam kemudian mengangguk, dia mendorong kursi roda dan mengarahkan Tikta. Bukan ke tempat antrian poli biasa yang penuh, tapi ke tempat lain di belakang. Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai tiga, ketika pintu lift terbuka wangi pengharum ruangan menyambut mereka.Kursi di dorong sampai ke depan ruangan, perawat itu mengetuk pintu kaca tersebut.“Dok, pak Tikta dan istri sudah datang.”Tikta dan Nina bereaksi mendengar kata ‘istri’ disebut, namun mereka berusaha bersikap biasa saja. Pintu terbuka dan Tikta mendapati wajah yang sangat dia kenali, dokt

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Ayah dari Anakku Ternyata   8

    Nina tengah berbaring diatas kasur, matanya begitu berat, dia mengantuk. Hari ini begitu ajaib, pagi tadi dia muntah begitu banyak, kemudian dia bertemu dan Tikta. Setelah bertemu dengan pria itu dia makan dengan begitu lahap, tidak ada yang keluar sama sekali. Dia mengelus perutnya, “Kamu senang ya mau jadi penerus SSK Food?” Bergumam, kemudian dia tertawa sendiri. Benar, Tikta begitu serius bicara dengannya tadi. Pria itu bilang kalau dia benar-benar membutuhkan bantuan Nina. “Kita ambil jalan terbaik saja, anak kamu butuh Akta Kelahiran untuk administrasinya kemudian mendapatkan warisan utama keluargaku. Aku hanya butuh anak kamu untuk terbebas dari semua ini.” Nina membuka tasnya, mengeluarkan hasil USG dan memandang gumpalan hitam itu. “Aku benar-benar gak mau menjadi penerus SSK Food Nin, anak kamu boleh ambil semuanya.” “Bagaimana dengan keluargamu yang lain? Meskipun kamu anak tunggal, tapi keluarga besarmu semua bekerja di SSK Food. Mereka gak mungkin dengan mudah mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Ayah dari Anakku Ternyata   9

    Nina terdiam.Setelah ucapan aneh Catur, semua masalah terselesaikan, kecuali satu hal! Ajakan pernikahan dari Tikta. Sudah satu minggu dari saat itu dan belom ada lagi kabar terbaru darinya lagi. Entah mengapa, hari demi hari kondisi Nina semakin menurun. Dua hari setelah dari dokter, dia memaksakan diri pergi ke butik. Semua karyawan memandangnya dengan begitu aneh. Tentu saja, Nina yang selalu berpenampilan stylish tiba-tiba datang dengan penampilan berantakan. Wanita itu datang dengan memakai kemeja kebesaran dipadu dengan jeans robek dan sepatu kets. “Halo semua, saya mohon maaf sebelumnya. Tapi saya mau mengumumkan sesuatu, saya harap semuanya mau bekerja sama karena jujur untuk saya pribadi tidak mungkin terus menjalankan butik ini tanpa bantu kalian ditambah kondisi saya semakin memburuk.” Hari itu dia membuka rapat pagi dengan kalimat begitu panjang, wajahnya pucat, rambutnya dikuncir asal-asalan. Semua karyawan memandangnya dengan perasaan takut. “Saya tengah hamil, us

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Ayah dari Anakku Ternyata   10

    Di sisi lain, Nina tidak mengerti apakah dia tengah berada di bawah sugesti? Tapi kalau dipikir-pikir selama ada Tikta di sampingnya dia makan dengan sangat baik. Tidak ada drama mual dan muntah. Setelah Tikta menyematkan cincin di jari manisnya, seorang staff yang bertugas mengantarkan makan siangnya. Dia tidak berselera karena tahu setelah makan pasti akan memuntahkan lagi semuanya. Tapi kemudian Tikta dengan penuh semangat membuka semua penutup makanan dan menyerahkan makanan itu tepat di depan wajah Nina. “Wah menunya daging panggang, kamu suka Nin sama daging panggang? Ada sop juga, nasinya agak lembek.” Pria itu mengoceh sambil merapikan semua mangkok dan piring diatas meja tambahan yang berada di sisi tempat tidur. “Makan dulu ya Nin, biar ada tenaga.” Ujarnya, dan seperti di sihir Nina menurutinya. Dia mulai makan dengan nasi dan sepotong daging panggang. “Enak?” Tanya Tikta kemudian dan wanita itu mengangguk pelan, rasanya hambar tapi entah kenapa di mulutnya terasa enak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Ayah dari Anakku Ternyata   11

    Baru saja Tikta melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, ibunya sudah tergopoh-gopoh datang menghampirinya. Wajahnya terlihat pucat. “Ta..Ta” Dia memanggil Tikta, mendekat kearah anak lelakinya yang kini berhenti dan menatapnya dengan wajah kebingungan. “Kenapa bu? Kenapa panik banget?” Tanya Tikta, dia memeluk ibunya dan mengajak wanita paruh baya itu duduk di sofa ruang keluarga rumah mereka. Ibunya masih menatap Tikta, “Apa benar yang ada di berita?” Ibunya bertanya langsung tanpa basa-basi. Tikta terdiam, kemudian mengangguk pelan. “Benar bu..” “Kamu…” “Iya, Tikta memang berselingkuh. Wanita yang sekarang hamil itu kekasih Tikta bu, kekasih Tikta dan tunangan Tikta gak tahu satu sama lain kalau Tikta menduakan mereka.” Ibunya menutup mulut dengan kedua tangannya, terkejut dengan apa yang baru saja Tikta katakan. “Kamu serius ngelakuin hal itu, Ta? Gimana tunangan kamu?” Tikta tersenyum dan kemudian tertawa kecil setelah mendengar pertanyaan ibunya, “Kenapa ibu peduli? Buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Ayah dari Anakku Ternyata   12

    Nina menatap Catur yang sejak kepergian Tikta tidak bicara sedikitpun, pria itu sibuk dengan ponsel di tangannya. Tikta pamit pulang setelah mendapat telepon dari sekretarisnya tentang dirinya dan Nina yang terlihat masuk ke dalam Rumah Sakit khusus Ibu dan Anak. Tikta berjanji akan kembali dengan segera setelah dia bicara dengan kedua orangtuanya.Catur memilih untuk tidak pulang dan menginap di Rumah Sakit pada akhirnya karena takut para reporter memaksa masuk ke ruang rawat inap milik Nina.“Lo masih mau pura-pura sibuk dengan hp? Bolak balik buka halaman home?” Nina membuka pembicaraan, dia tengah menatap Catur sambil menyilangkan tangan di dada. Catur melirik kearahnya, kemudian menghela napas.“Gue udah minta maaf.”“Yang mana?” Tanya Nina kemudian, dia masih sebal dengan omongan Catur yang menurutnya menyudutkan Tikta secara tiba-tiba.Dia kenal Catur dan ini kali pertamanya melihat pria itu begitu bersikap tidak baik dengan orang yang menurut Nina sudah dia kenal dengan baik.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08

Bab terbaru

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - PAVITA [END]

    Aku mencintai keluargaku.Namun ketika tahu kalau papa kami bukanlah orangtua kandung abang, aku sedikit bingung untuk bereaksi apa. Ada kalanya abang bilang kalau dia dan papa tidak begitu mirip, saat itu aku pikir dia terlalu berpikiran negatif karena omongan orang lain mengenai betapa tidak miripnya mereka kerap kali terdengar.“Kamu sudah dengar sendiri, papa bukan orangtua kandungku.”“Tapi, papa tetaplah orangtua kita.”“Orangtuamu.” Katanya menatapku dengan penuh rasa sedih.Aku tahu betapa memiliki seorang ayah adalah harapan terbesar kami, patah hatinya kurasakan meskipun dia tidak bilang dengan terus terang. Tatapan mata penuh kesedihan itu sudah bisa menjadi jawaban bagaimana pada akhirnya dia harus mengiyakan ucapan orang-orang mengenai betapa beda dia dan papa.Dan, pada dasarnya, mereka memang berbeda.“Abang masih marah?” Tanya Ibu ketika melihatku turun dari lantai dua, matanya terlihat bengkak dan suaranya agak serak. Di depan ibu yang tengah duduk di kursi meja makan

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA TIKTA [2]

    “Ga..” Papa memelukku ketika ibu menyampaikan kabar duka tentang kepergian ayah padaku. Ibu sudah menangis dengan begitu histeris, Pavita memeluknya berusaha menenangkan.Papa kemudian membawa kami pulang ke Indonesia, dimana ayah akan dikebumikan. Tidak ada siapapun disana selain kami sebagai keluarganya, hanya ada rasa kesepian yang berat. Tangis yang keluar hanya muncul dari ibu dan juga sahabatnya, tante Julie. Selain itu aku hanya menatap tubuh ayah yang sudah kaku.Ketika pemakaman sudah berakhir, ibu dibawa kembali ke kamar hotel oleh Pavita. Sedangkan aku dan papa masih berdiam diri di depan makam ayah.“Ucapkan salam terakhirmu.” Kata papa sambil mengelus punggungku.“Kenapa dia meninggalkanku?”Papa menoleh, tahu benar kalau aku tidak tengah mencari jawaban atas pertanyaan yang baru saja kulontarkan. Aku tidak menginginkan jawaban.“Aku bahkan belum mengenalnya dengan baik.”Dan sejurus kemudian airmataku mulai meleleh, tangisku pecah.Ayah menghela napasnya, seperti tahu in

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF- RAGNALA TIKTA [1]

    “Itu papa?” Tanyaku pada ibu yang kemudian mengangguk pelan sambil menggendong adikku, Pavita.Aku ingat benar momen itu, momen dimana orang yang selama ini aku pikir tidak pernah ada di hidup kami kemudian muncul dengan senyum lebar. Segala kecanggungannya begitu terasa di setiap ujung jari yang merangkul aku dan adikku dengan erat.Selama hanya ada kami bertiga, ibu selalu menghindari pertanyaanku mengenai sosok seorang ayah. Ada kalanya, keperluan sekolah membuatku bertanya apakah aku memiliki seorang ayah yang nantinya akan ibu jawab dengan isakan tangis atau hanya anggukan.Tidak ada penjelasan sampai ia kemudian mulai menyinggung bahwa beberapa orang memiliki ayah lebih dari satu orang. Aku yang masih terlalu kecil tidak begitu mengerti hingga akhirnya menyadari kalau yang ibu maksud beberapa anak memiliki dua orang ayah salah satunya adalah diriku.Pertemuan dengan papa begitu canggung, Pavita sampai tidak berani mendekat karena masih belum terbiasa dan merasa bahwa pria di dep

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA CATUR [2]

    “Hi, aku ayah kamu. Catur Rangga.”Aku masih begitu mengingat bagaimana akhirnya kami bertemu. Catur Rangga adalah ayah biologisku. Orang yang terlihat biasa saja, tingginya mungkin sekitar seratus tujuh puluh senti sekian, kulitnya seputih susu persis denganku.Ketika aku melihat wajahnya, aku baru mengerti.Ah, itulah kenapa orang-orang bilang aku tidak mirip dengan Pavita karena pada dasarnya aku mirip dengan orang ini. Hampir sembilan puluh persen fitur wajahku benar-benar mirip dengannya.Dia menyondorkan tangannya dengan canggung ketika pada akhirnya aku menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya, tangannya berkeringat dan dingin. Aku rasa bukan hanya aku yang merasa gugup.Aku duduk di depannya, kami memilih meja berkursi dua berhadapan di pojok sebuah coffee shop. Papa mengantarku dengan mobil dan tengah menungguku di ujung jalan, dia bilang tidak akan ikut dan hanya ingin membuatku menikmati waktu bersama ayah biologisku.Pria itu masih menunduk di depanku, aku bisa mengerti

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA CATUR [1]

    Ketika aku mulai tumbuh remaja, ibu selalu bicara mengenai ayah. Bahwa di dunia ini ada beberapa anak yang memiliki dua ayah.“Ada yang punya ayah secara biologis, ada juga yang tidak.”“Maksudnya bagaimana bu?” Tanyaku kala itu ketika ibu tiba-tiba bicara mengenai hal yang baru saja dia ucapkan, kami tengah berada di dalam mobil.Sore sudah menjelang, langit berwarna jingga dan hanya ada kami berdua di parkiran daycare adikku.“Ya, ada yang kita panggil ayah namun bukan orang yang memberi kita kehidupan. Tapi dia adalah sosok yang menjelma sebagai ayah yang kita tahu sebagai anak. Ada juga seorang ayah yang memberikan kita kehidupan dan mungkin karena satu hal dia tidak menjadi sosok yang kita tahu.”Kalimat ibu begitu rumit, aku yang masih kecil tidak mengerti.Pembahasan itu berakhir begitu saja ketika adikku datang dan masuk ke dalam mobil dengan senyum lebar di wajahnya.Pembahasan ibu mengenai

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - CATUR GATA

    Catur menatap pria di depannya, pria yang selama beberapa bulan terakhir menghantuinya. Pria itu menuntut banyak hal dari Catur termasuk memaksanya untuk ‘membawa’ kembali Nina.“Gue sudah bilang gue gak akan diem aja, lo ngerti maksud gue gak?” Gata melotot, wajahnya terlihat begitu merah karena emosi sudah mencapai puncaknya. Dia berjalan kesana kemari di depan Catur yang masih duduk dengan rokok di sela jarinya.Pria itu sudah berkali-kali datang menemui Catur, ketika dia datang ke warehouse dan Catur mencoba untuk menggertak serta mengancamnya pria itu malah semakin menjadi-jadi ketimbang takut akan hal itu.“Bisa berhenti obsesi sama Tikta gak sih lo?” Catur menghisap rokoknya disela perkataannya, berusaha untuk tetap tenang juga menghadapi pria di depannya yang semakin lama dia yakini sebagai seorang dengan gangguan jiwa.Gata menghentikan langkahnya, dengan penuh kedramatisan dia menoleh pada Catur. Pria itu suda

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - KUMARA [END]

    “Kamu yakin mau menunda?”Pria itu bertanya dengan wajah yang terlihat khawatir. Ferdi, dia suami Kumara.Keduanya bertemu di butik EKAWIRA. Ferdi adalah salah satu klien terbaik butik itu, dia seorang pengusaha yang cukup tersohor. Namun keduanya memutuskan untuk menyembunyikan hubungan mereka.Selain karena peraturan butik untuk tidak menjalin hubungan dengan klien, juga karena Ferdi sudah dikenal oleh publik karena usahanya.“Iya, aku masih punya tanggung jawab di butik..” Jawab Kumara, dia menunduk. Pernikahan mereka baru berjalan beberapa bulan ketika Nina memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia dan melahirkan di Jepang.Tepatnya pagi ini, Kumara mendapat panggilan dari Julie untuk rapat.Wanita itu menjelaskan mengapa rapat itu diadakan, Nina juga hadir secara online.“Semalam gue sudah ngobrol sama Julie dan gue rasa sekarang gue harus bilang juga ke lo.” Katanya pada Kumara yang membeku, dia menoleh pada Julie.“Jadi, apartemen itu sebagai hadiah pernikahan gue.” Nina me

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - JULIE [END]

    “Ma, boleh gak?” Ini sudah kesekian kalinya Kiran merengek pada Julie. Mata itu memancarkan belas kasihan yang ingin sekali Julie hindari.CHARAKA KIRAN YOGASWARA.Sudah delapan tahun berceraian itu berakhir, meninggalkan luka menganga yang begitu besar di dada Julie. Bahkan belum mengering meskipun orang bilang waktu akan menyembuhkan segalanya.Lukanya belum juga sembuh.Usia Kiran memasuki usia remaja sekarang, lima belas tahun. Dia tumbuh seperti ayahnya, bagaimana dia bersikap, menanggapi persoalan, namun tentu saja dia jauh lebih manis dari ayahnya.“Ya gak mungkin dong nak mama ngizinin kamu magang di butik EKAWIRA? Lagian kamu masih anak SMP ngapain nyoba kerja?”Kiran cemberut sekarang, mengaduk mie instan yang lagi-lagi hasil rengekannya karena sudah dua bulan tidak memakannya.“Kiran mau belajar kerja ma, nanti setelah lulus sekolah biar gak kaget!”Julie menggeleng, mengibas-ngibaskan tangannya tanda bahwa dia tidak menyutujui hal itu.“Pergi sekolah sejauh mungkin, nanti

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - JULIE

    Julie tidak pernah absen mendatangi Catur, dia tidak pernah sekalipun mengurangi jatah kesempatan untuk menjenguk pria itu. Semenjak pria itu menyerahkan diri hingga sampai akhirnya dia keluar penjara, Julie selalu ada untuknya.Tentu saja, sama dengan Nina kebenciannya pada Catur begitu besar. Kecewa dan benci jadi satu sehingga dia bahkan tidak tahu mengapa masih dengan sadar mengunjungi pria itu, menengok dan mengecek keadaannya.Julie sadar, mereka sudah terlalu lama bersama.Nina melakukannya juga, meskipun wanita itu membenci Catur namun perasaan peduli tidak bisa dihilangkan begitu saja.“Tidak ada sanak saudara sama sekali?” Tanya salah seorang polisi ketika pengadilan berakhir, penahanan Catur telah diputuskan. Dia akan dipenjara selama kurang lebih dua puluh tahun.Waktu yang cukup panjang untuk menebus semua kesalahannya.“Tidak ada pak, selama disini saya sebagai walinya.” Julie berhadapan dengan salah satu petugas yang membawa semua barang-barang pribadi Catur.Petugas it

DMCA.com Protection Status