Share

105. Mengerjai Rania

"Tidak! Sanalah pulang sendiri! Sudah puas kan lihat aku yang berjalan sendiri? Itu mau dirimu, kan? Sana pulang!" desak Renan, mata tajam seperti elang itu hampir meruntuhkan pertahanan Rania. Tapi, syukurlah Rania masih mampu menahannya agar tidak menangis hebat di depan laki-laki itu.

Dengan berat hati Rania menundukkan kepalanya dan menggeser tubuhnya perlahan ke samping dan berbelok ke jalur kanan lorong rumah sakit. Tanpa pamit lagi, Rania langsung mengayunkan kakinya meninggalkan Renan dan Nana dengan tangisan pecah tanpa suara. Akhirnya, dia meluruhkannya sendiri tanpa dilihat oleh orang lain.

Renan memperhatikan punggung Rania yang semakin jauh pergi meninggalkannya. "Ini yang terakhir dan maaf …," gumam Renan. Setelah ini, dia akan benar-benar meminta maaf yang banyak pada wanitanya. Bukankah ini terlalu kejam, Ren?

***

Sudah hampir tiga jam lebih atau lebih tepatnya hampir pukul 23.00. Rania masih setia duduk di bawah bangku taman seorang diri. Dia tidak berniat pulang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status