Malam ini Cristy mengunjungi rumah sakit, tetapi tidak menjenguk siapapun. Wanita ini hanya melihat-lihat kumpulan bayi yang berada di dalam box masing-masing. Ruangan itu memang memiliki dinding kaca di satu sisi maka semua orang bisa menyaksikan bayi mereka.“Bagaimana cara menukar bayi Amelia dan punya Nitara? Aku tidak bisa masuk sembarangan.” Suster berada di dalam sana, memastikan semua bayi dalam lingkungan yang aman serta dalam keadaan sehat.Saat ini Cristy mematung memunggungi ruangan. “Alasan apa yang bisa aku katakan supaya aku bisa masuk ke dalam ruangan?” Dia memutar otak, tidak satu pun team medis yang dikenalnya, jadi dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri hingga akhirnya terbesit sebuah ide. “Siang sus, saya dari pihak keluarga Amelia yang barusaja melahirkan. Saya ingin menjenguk bayi Amei, apa bisa?”Suster segera menyahut ramah, “Maaf Nona, jika ingin menjenguk Nona bisa menunggu saat bayinya berada dengan ibunya.”“Itu dia masalahnya, saya tidak bisa lama di
“Tidak, bukan begitu.” Cristy tidak akan mengakuinya apalagi di hadapan Emily karena akan sangat membahayakan.“Lalu kenapa? Sepertinya kamu tidak suka!” curiga segera melambung.“Tentu saja, jangan berbuat seperti itu, kamu tidak boleh merusak kebahagiaan Erland dan Amei!” Saat ini Cristy berperan seolah mendukung hubungan Erland dan Amelia karena dia tidak dapat memerlihatkan perasaannya di hadapan Emily walaupun mungkin wanita itu bisa menjadi sekutu, tetapi untuk kali ini Cristy memilih berhati-hati karena dirinya harus mengenali Emily terlebih dahulu.“Ck!” Emily berdecak kasar, “jadi kamu akan menjadi benteng hubunganku dan Erland. Apa begitu, Cristy!”“Sudahlah. Mereka sedang berbahagia.” Cristy masih belum mendapatkan point-point yang memungkinkan menjadikan Emily sebagai sekutunya.“Naif sekali, apa karena kamu bersahabat dengan Amei akhirnya kamu mendukung Amei bukan mendukungku?” Emily kembali berdecak.‘Sebenarnya aku mendukungmu, hanya saja aku tidak bisa tergesa-gesa, ak
Amelia dibuat heran oleh larangan Erland jadi wanita ini meminta penjelasan, “Kenapa? Sepertinya kamu sangat tidak suka?”Erland duduk di sisi Amelia, menatap istrinya sangat lembut. “Tidak usah, Sayang. Kita masih bisa memberikan susu formula untuk Zeel supaya perutnya kenyang. Zeel tidak memerlukan asi dari Tara karena walaupun Zeel anak kita, tapi kalau Zeel mendapatkan asi dari Tara bukankah secara logika Zeel sudah seperti anak kandung Tara atau saudara kandung Galaxy.”“Iya ..., tapi itu tidak apa kan toh Zeel dan Galaxy bersaudara walaupun berbeda ibu dan ayah.” Amelia mengatakan pemikirannya tanpa ragu.“Ya, tapi tidak harus satu ibu susu.” Masih larangan Erland menggunakan penjelasan lembut, kemudian membelai sebelah pipi Amelia, “jangan ya, Sayang. Biarkan Zeel hanya mendapatkan asi dari kamu, kalau kurang berikan susu formula terbaik untuk anak kita.” Senyuman teduhnya menjadi penutup.Alasan Erland tidak memberikan izin putrinya mengkonsumsi asi dari Nitara baik secara lan
Saat ini Tio menarik senyuman teduh penuh kehangatan khusus untuk Amelia, sedangkan wanita itu tersenyum kecil padanya karena pria itu mantan kekasihnya yang tidak boleh diberikan harapan. Pun, jika dia tersenyum berlebihan mungkin Sopia juga akan salahpaham hingga memberikan kalimat omelan sepanjang yang ibunya bisa.“Selamat siang ... terimakasih sudah datang,” sambut hangat Sopia pada semua tamunya ditambah cipika-cipiki dengan istrinya Wijaya. Lalu, segera menyapa Jesica dan Tio. Sikapnya memang membaut, tetapi hatinya tidak menyukai kehadiran pria yang sedang dalam masa pemulihan itu. ‘Pasti pemuda itu sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk menemui Amei!’ Prasangka Sopia sangat tajam mengingat beberapa waktu lalu Tio masih memiliki cinta yang besar pada putrinya atau yang bisa disebut cinta mati.Bukan hanya Sopia saja yang tidak menyukai kehadiran Tio, tetapi Jesica tidak menyukai pertemuan kakaknya dengan Amelia. ‘Kenapa ya, aku selalu tidak suka pada Amei? Aku memang pernah
Beberapa menit kemudian satpam memanggil lewat sambungan di udara. “Tuan, kami menemukan hal tidak biasa, cepatlah datang ke halaman belakang!” Suaranya grasah-grusuh hingga Erland dapat menebak dengan pasti jika hal buruk sedang terjadi.Maka, Erland segera menuju halaman belakang yang dimaksud satpam, tepatnya di tempat pembuangan sampah. “Ada apa?” Tatapannya mengarah pada semua orang yang berkerumun di sana, semua orang berwajah pucat.Satpam segera memberikan penjelasan, “Cleaning service barusaja membuang sebuah kotak kado yang didapatnya dari tempat sampah milik Tuan, tetapi karena penasaran akhirnya kotak kado itu dibuka karena sekilas terdengar sebuah bunyi samar dari dalam. Tapi saat dibuka rupanya berisi hal ini.” Satpam segera menunjukan sebuah benda yang memiliki penghitung waktu mundur. Maka, sekilas saja Erland tahu jika ini adalah sebuah bom!Kini, warna segara di wajah Erland perlahan memucat seiring memandangi waktu yang tersisa. Memang cukup lama, sekitar dua jam la
“Tidak perlu. Aku akan menanganinya sendiri!” tolak tegas Erland walaupun belum tentu William mendengarkan, tetapi seharusnya saudaranya tidak melakukan apapun pada Emliy toh dia tidak terlibat dalam masalah ini. William bangkit dari duduknya. “Baiklah. Good job!” Senyumannya memang mengandung banyak sekali dukungan, hanya saja membuat Erland grogi.“Semoga saja William tidak melakukan apapun pada Emily,” ucap Erland saat saudara kembarnya telah berlalu.Di sisi lain, Emily menemui kediaman Cristy yang barusaja direnopasi. “Astaga ... untung keuangan kamu mendukung. Yang paling pasti sih untung mental kamu kuat,” kekeh wanita ini tidak dapat ditebak oleh Cristy apakah sedang memuji atau mengejek. “Ada apa?” Cristy segera meluncurkan pertanyaan saat Emily masih berada di ambang pintu.“Ah iya!” Emily segera bereaksi seolah mengingat sesuatu, tetapi sebelum menyampaikannya dia meminta masuk ke dalam rumah milik Cristy dengan manja. Maka, Cristy memersilakan wanita itu menginjakan kaki
Saat ini handphone milik Emily berdering, sebuah nomor asing masuk, tetapi dia tetap menyambungkan panggilan masih dengan nada mendayu. “Ya, siapa ya ....” “Aku!” Datar Erland. Suara yang diperdengarkannya hanya seperti ini, tetapi Emily langsung mengenali si peneleponnya. “Erland!” Antuasiasnya meletup-letup.“Aku ingin bicara!” Dingin dan datar Erland, tetapi suaranya selalu memberikan kebahagiaan untuk Emily apalagi raganya. “Ya, tentu!” jawab Emily masih dengan antuasias.“Temui aku di cafe.” “Aku akan segera tiba!” Emily segera meluncur ke cafe yang disebutkan oleh Erland hingga tidak berapa lama dirinya segera tiba. Erland sudah di sana, duduk menantinya. Maka, senyuman wanita ini mengembang. “Ada apa?” Tiba-tiba saja sikapnya berubah anggun dan malu-malu.Erland memandang datar dan dingin ke arah Emily yang duduk di hadapannya. “Polisi meminta izin padaku agar mengusut kasus bom palsu di perusahaan milikku. Aku bisa menyebutkan namamu kapanpun aku mau. Jadi jangan sesekali
Selesai makan malam, Erland menggendong Kenzo menuju ke kamarnya sekalian menggiring Amelia. Namun, sebelum beristirahat keluarga kecil ini menjemput bayi mereka terlebih dahulu. “Bi, apa Zeel menangis?” tanya Amelia saat melihat Grizelle yang masih terlelap.“Tidak, Non ...,” jawab bibi bersama senyuman, “Zeel sangat anteng. Tadi bibi juga sudah memeriksa popoknya, ternyata belum basah.”Namun, Amelia mengerutkan dahinya. “Tapi kain bedongnya seperti sudah diganti Bi. Tadi pakai warna hijau loh.”“Masa iya, Non?” Kini bibi yang mengerutkan dahinya, “sejak tadi bibi tidak meninggalkan Zeel. Eu ... apa mungkin non Tara sudah mengganti popoknya ya. Tadi sebelum non Tara menyusul ke ruang makan, non Tara lama di sini, sedangkan bibi mengasuh Kenzo.”“Sepertinya iya, Tara yang sudah mengganti popok Zeel.” Amelia menunjukan senyuman penuh syukur karena kasih sayang Nitara pada putrinya, kemudian berkata santun pada bibi yang selalu menemaninya sejak kelahiran Kenzo, “terimakasih ya Bi ...
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka