Panggilan diakhiri oleh Erland. Dia menggerutu, “Lamban sekali. Seharusnya kalau William tidak mengangkat panggilan, temui saja William. Padahal aku sudah berusaha keras mengingatkan Cristy demi keselamatannya!”Hari ini William memang belum sempat memeriksa nomor pribadinya setelah mengakhiri panggilan dari Nitara karena dia disibukan dengan urusan bisnis di perusahaan, lalu setelah meninggalkan perusahaan pria ini menghabiskan waktunya bersama keluarga. Maka, panggilan dan chat diabaikan begitu saja.Saat ini William sedang berkumpul bersama istri, orangtua dan mertuanya di bawah atap yang sama. Miranda dan Bagaswara tidak akan menceritakan tentang keadaan bayi yang dikandung Nitara, jadi otomatis mereka juga menjaga rahasia bahwa William sempat ingin menukar bayinya dengan milik Erland dan Amelia. Situasi sangat hangat sesuai dengan harapan William.“Tidak lama lagi Tara akan melahirkan, persiapannya sudah lengkap, Sayang?” Tatapan sayang Miranda mengarah pada menantunya yang sedan
Saat ini Erland menerima panggilan dari Cristy, maka dia keluar dari ruangan William. “Ya?” sahut datar dan dinginnya supaya terkesan dirinya barusaja bertindak kejam pada sahabatnya.Cristy terisak. “Kenapa, kenapa membakar rumahku ... bukankah kemarin kamu bilang sudah memaafkanku. Tapi kenapa masih membalas dendam?” Isak tangis Cristy semakin menjadi setelah kalimatnya usai.“Itu ....” Erland dibuat kebingungan saat memberikan jawaban, maka dirinya memutar otak dengan keras, “karena kau kehabisa waktu, kau lamban, seharusnya jika William tidak meresponmu kau bisa berusaha sedikit lagi dengan menemuinya. Kenapa kau sangat malas padahal tidak ada malas dan keraguan saat kau membongkar rahasia kami di depan Tio!” Pria ini harus berakting maximal walaupun Cristy mengenalnya sebagai kriminal, tetapi baginya tidak apa asalkan William selamat.“Kemarin aku memang sedang tidak dapat kemanapun, kondisiku sedang tidak stabil. Bahkan aku berusaha keras hanya untuk menghubungi William di saat
Jesica menyaksikan adegan manis Tio dan Cristy, tetapi pemikirannya tetap menyuarakan opini negatif. Gadis ini bersandar gelisah pada dinding. “Kakak bagaimana sih, kenapa kakak bejad sekali. Kakak tidak mau bertanggung jawab pada kak Emily, sekarang apa kakak akan bertanggung jawab pada kak Cristy? Seharusnya kakak bisa menjaga kehormatan wanita karena kakak punya adik perempuan.” Gadis ini dibuat sangat kecewa oleh sikap kakaknya sendiri. Saat ini ibunya barusaja muncul. “Siapa yang datang? Tadi mama mendengar bel berbunyi.”“Kak Cristy. Tapi Mama tidak perlu kesana, sudah ada kak Tio,” desahnya. Jadi, Tio dan Cristy tetap menghabiskan waktu berdua.Kini, Cristy melepaskan tubuhnya dari perlukan Tio. “Kenapa kau peduli padaku? Padahal sebelumnya kamu terdengar sangat dingin ....” Wajah sendu tidak dapat hilang begitu saja.“Aku minta maaf atas sikapku tadi. Aku juga minta maaf karena ucapanku akhirnya kamu mendapatkan hukuman dari Erland dan William.” Tatapan tulus Tio senada denga
“Tenang ya Pak ... kami sedang berusaha semximal mungkin,” ucap dokter pria yang sedang menangani bayi merah ini. William sangat gelisah, sedangkan Nitara masih berada di ruang bersalin. Wanita itu tetap sadar, tetapi karena bayinya masih ditangani akhirnya ibu dan anak belum bisa dipertemukan.Beberapa menit kemudian akhirnya bayi yang dilahirkan Nitara mengeluarkan suaranaya hingga melengking ke dalam ruang dengar orangtuanya. “Syukurlah ....” Ini adalah ungkapan rasa syukur William yang kedua kalinya setelah sebelumnya rasa syukur dilontarkan saat kelahiran sang buah hati, saat telah melewati masa menegangkan, saat Nitara telah menyelesaikan proses persalinan dengan lancar.Jadi, akhirnya ibu dan bayi dapat bertemu di dalam suasana membahagiakan sekaligus haru ini. “Anak kita tampan,” ungkapan rasa penuh syukur Nitara.“Iya, Sayang.” Sama halnya dengan sang istri, pria ini juga sangat mensyukuri wajah putra pertamanya. Hanya saja sesuai presiksi dokter, putra pertama pasangan Will
Malam ini Cristy mengunjungi rumah sakit, tetapi tidak menjenguk siapapun. Wanita ini hanya melihat-lihat kumpulan bayi yang berada di dalam box masing-masing. Ruangan itu memang memiliki dinding kaca di satu sisi maka semua orang bisa menyaksikan bayi mereka.“Bagaimana cara menukar bayi Amelia dan punya Nitara? Aku tidak bisa masuk sembarangan.” Suster berada di dalam sana, memastikan semua bayi dalam lingkungan yang aman serta dalam keadaan sehat.Saat ini Cristy mematung memunggungi ruangan. “Alasan apa yang bisa aku katakan supaya aku bisa masuk ke dalam ruangan?” Dia memutar otak, tidak satu pun team medis yang dikenalnya, jadi dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri hingga akhirnya terbesit sebuah ide. “Siang sus, saya dari pihak keluarga Amelia yang barusaja melahirkan. Saya ingin menjenguk bayi Amei, apa bisa?”Suster segera menyahut ramah, “Maaf Nona, jika ingin menjenguk Nona bisa menunggu saat bayinya berada dengan ibunya.”“Itu dia masalahnya, saya tidak bisa lama di
“Tidak, bukan begitu.” Cristy tidak akan mengakuinya apalagi di hadapan Emily karena akan sangat membahayakan.“Lalu kenapa? Sepertinya kamu tidak suka!” curiga segera melambung.“Tentu saja, jangan berbuat seperti itu, kamu tidak boleh merusak kebahagiaan Erland dan Amei!” Saat ini Cristy berperan seolah mendukung hubungan Erland dan Amelia karena dia tidak dapat memerlihatkan perasaannya di hadapan Emily walaupun mungkin wanita itu bisa menjadi sekutu, tetapi untuk kali ini Cristy memilih berhati-hati karena dirinya harus mengenali Emily terlebih dahulu.“Ck!” Emily berdecak kasar, “jadi kamu akan menjadi benteng hubunganku dan Erland. Apa begitu, Cristy!”“Sudahlah. Mereka sedang berbahagia.” Cristy masih belum mendapatkan point-point yang memungkinkan menjadikan Emily sebagai sekutunya.“Naif sekali, apa karena kamu bersahabat dengan Amei akhirnya kamu mendukung Amei bukan mendukungku?” Emily kembali berdecak.‘Sebenarnya aku mendukungmu, hanya saja aku tidak bisa tergesa-gesa, ak
Amelia dibuat heran oleh larangan Erland jadi wanita ini meminta penjelasan, “Kenapa? Sepertinya kamu sangat tidak suka?”Erland duduk di sisi Amelia, menatap istrinya sangat lembut. “Tidak usah, Sayang. Kita masih bisa memberikan susu formula untuk Zeel supaya perutnya kenyang. Zeel tidak memerlukan asi dari Tara karena walaupun Zeel anak kita, tapi kalau Zeel mendapatkan asi dari Tara bukankah secara logika Zeel sudah seperti anak kandung Tara atau saudara kandung Galaxy.”“Iya ..., tapi itu tidak apa kan toh Zeel dan Galaxy bersaudara walaupun berbeda ibu dan ayah.” Amelia mengatakan pemikirannya tanpa ragu.“Ya, tapi tidak harus satu ibu susu.” Masih larangan Erland menggunakan penjelasan lembut, kemudian membelai sebelah pipi Amelia, “jangan ya, Sayang. Biarkan Zeel hanya mendapatkan asi dari kamu, kalau kurang berikan susu formula terbaik untuk anak kita.” Senyuman teduhnya menjadi penutup.Alasan Erland tidak memberikan izin putrinya mengkonsumsi asi dari Nitara baik secara lan
Saat ini Tio menarik senyuman teduh penuh kehangatan khusus untuk Amelia, sedangkan wanita itu tersenyum kecil padanya karena pria itu mantan kekasihnya yang tidak boleh diberikan harapan. Pun, jika dia tersenyum berlebihan mungkin Sopia juga akan salahpaham hingga memberikan kalimat omelan sepanjang yang ibunya bisa.“Selamat siang ... terimakasih sudah datang,” sambut hangat Sopia pada semua tamunya ditambah cipika-cipiki dengan istrinya Wijaya. Lalu, segera menyapa Jesica dan Tio. Sikapnya memang membaut, tetapi hatinya tidak menyukai kehadiran pria yang sedang dalam masa pemulihan itu. ‘Pasti pemuda itu sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk menemui Amei!’ Prasangka Sopia sangat tajam mengingat beberapa waktu lalu Tio masih memiliki cinta yang besar pada putrinya atau yang bisa disebut cinta mati.Bukan hanya Sopia saja yang tidak menyukai kehadiran Tio, tetapi Jesica tidak menyukai pertemuan kakaknya dengan Amelia. ‘Kenapa ya, aku selalu tidak suka pada Amei? Aku memang pernah