Beranda / Pernikahan / Ayah Mana? / 19 Bunda dan Ayah tak akur

Share

19 Bunda dan Ayah tak akur

Penulis: Elara murako
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-02 08:54:43

“Silakan duduk. Tuan Lau akan turun sebentar lagi,” jelas pelayan itu lalu meninggalkan mereka.

“Ini rumah orang yang nemuin anak saya, Pak?” tanya Vinza.

Polisi yang mengantarnya mengangguk. “Menurut keterangan beliau, kalian saling mengenal,” ungkap polisi itu.

Vinza nyengir. Seingatnya, tak pernah mengenal orang yang bernama Lau. Dari nama saja sudah terdengar bukan orang Sunda. Vinza yang besar di kampung di daerah Jawa Barat, rata-rata mengenal orang dari sukunya. Di Taiwan pun ia masih anak rumah, paling ke toko makanan dan mengajak Nenek ke taman.

“Tuan Muda Lau sudah datang.”

Vinza dan polisi berdiri untuk menyambut pemilik rumah. Namun, wanita itu malah dikejutkan karena melihat sosok mantan kekasihnya di sana. “David!” tunjuk Vinza dengan suara keras. Matanya terbelalak.

David duduk santai menghadap mereka. “Saya ucapkan rasa terima kasih yang dalam sudah mempertemukan wanita ini dengan saya, Pak,” ucap David.

Tak lama terdengar suara Rufy memanggil. “Bunda!” teriak an
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ayah Mana?   20. Rumah tinggal kalian?

    “Tunggu!” David menahan pintu. Vinza berdiri sambil menggendong Rufy. Mereka saling berhadapan dalam jarak dua meter. Pria itu merapikan dasinya. “Kamu tinggal di mana? Pulang dari sini naik apa?”“Bukan urusan kamu!” timpal Vinza. “Tentu jadi urusanku. Kamu bawa anakku. Tempat tinggal, akomodasi dia tentu harus dijamin. Makanannya apalagi! Dia anakku. Aku enggak mau dia hidup kekurangan kayak aku dulu.”“Dengar! Aku kerja jauh-jauh ke luar negeri kamu pikir buat piknik? Di sana aku nyari uang banyak buat menuhin kebutuhan dia,” timpal Vinza. “Paling berapa, sih?” David balas menyindir. “Ouh, sombong banget kamu! Kamu pikir karena sudah jadi kaya, terus jadi oke?” Vinza memutar matanya. “Awas! Aku mau pulang!” “Mr. Hang!” panggil David. Tak lama sekretarisnya datang. “Saya menunggu perintah anda, Tuan Muda.”“Panggilkan sopir untuk mengantar wanita ini dan Tuan Muda. Pastikan rumah mereka layak huni. Jika tidak, hubungi aku!” tegas David. Pria itu langsung berjalan masuk sementa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   21. Anakku kembali

    Viane tersenyum. Ia berdiri dan menghampiri David. Hanya setiap Viane mendekat, David yang akan menjauh. “Kamu kenapa, sih? Kita akan menikah dan sebentar lagi aku akan jadi istri kamu.”“Bukannya aku bilang kalau aku ini punya istri?”“Aku enggak percaya Damier. Selama ini kamu menutup diri dari wanita.” Viane mendekat. Ia simpan kedua lengan di bahu David. Namun, David langsung mendorong wanita itu menjauh. “Kami sudah hidup bersama selama ini dan punya anak. Aku akan umumkan anak kami dalam waktu dekat.”Viane tersenyum licik. “Kamu pikir membatalkan pernikahan akan semudah itu? Kamu lupa bisnis apa yang akan jadi korban dengan batalnya ini? Papaku tidak akan diam saja.”David tersenyum sinis. “Bisnismu, bukan bisnisku. Aku memang anak kemarin sore. Hanya saja kamu tahu alasannya kenapa Papaku mempercayakan banyak hal padaku. Termasuk bisnis keluarga kamu dan aku. Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum aku mengusir kamu!” tegas David. Viane mengambil ponsel dari tasnya. Ia menel

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   22 Lelaki bernama Adam

    Rufy diajak masuk sementara Vinza melanjutkan beres-beres. Ia naik ke atas kursi untuk memasang pakaian ke gantungan yang ada di sisi paling atas. Tak lama Adam keluar. “Anak kamu gampang banget akrab sama orang lain, Vin. Dia mau main sama Galih di dalam.”“Alhamdulillah.” Vinza turun dari kursi. Ia simpan benda itu di sisi toko. “Kayaknya aku mau minta ibu cari orang baru, Pak. Aku mau pulang ke Cibeber.”“Kok? Memang di sini kenapa?” tanya Adam. Vinza menggaruk pergelangan tangan sekaligus menaikan kerah kaosnya. “Ada urusan keluarga. Uangku selama ini dilarikan sama pamanku. Jadi aku mau nuntut itu. Setidaknya balik sebagian,” jelas Vinza. “Banyak?” tanya Adam. Vinza mendengar dari Bu Hamid yang selama ini sering jadi teman bercerita Romlah. Pada Bu Hamid, Romlah mengaku hanya dapat dua juta setiap bulan. “Aku kerja di Taiwan selama dua tahun. Anggap uang bulan pertama untuk biaya berangkat dan bulan akhir untuk pulang. Sisa dua puluh dua bulan dikalikan sepuluh juta,” ungkap

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   23 Tak Sengaja Bertemu

    Biru kaget luar biasa. Saat ia bangun dan hendak sarapan, sudah bertambah satu anggota keluarga di sana. “Vid, ngapain kamu di sini?” tegur Biru. Pria yang ditegur diam saja, begitu tenang memakan sereal dengan susu cokelat. Biru rebut sendoknya. “Jawab!” paksa Biru.“Makan,” jawab David sekenanya. Langit yang mendengar itu terkekeh. “La, aku enggak suka, ya ... kamu senyum-senyum sama dia.” Tak lama tangan Biru mengetuk-ngetuk meja di depan David. “Jawab!”“Aku enggak mau di rumah, Pak. Terkontaminasi.”“Ada apa memang?”“Kutilanak,” timpal David. “Pria macam apa itu! Kata guru agamaku, kuntilanak itu enggak ada. Itu cuman jin yang nyamar kayak badut!” Minara ikut dalam obrolan. Mulutnya belepotan dengan selai cokelat. “Ara, kamu diam saja. Papa lagi ngobrol serius sama dia!” tegas Biru. “Orang dewasa egois dan rumit. Pikiran yang terbelakang!” Anak itu melipat tangan di dada sambil mendengkus. “Aku menginap di sini sementara waktu. Sampai aku temukan tempat sembunyi,” jelas Da

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   24. Perbincangan setelah lama

    “Mau, Bunda.” Rufy malah berusaha melepaskan diri. Vinza usap rambut putranya. “Bunda ....”“Kenapa? Kan sama saja?” tanya David bingung karena anak itu tak mau dia gendong. “Sama Ayah dulu, ya? Bunda sakit tangan. Dari tadi sudah Bunda gendong,” pinta Vinza. Rufy manyun dan terpaksa diam. “Ouh, sekarang aku sudah diakui jadi ayahnya?”“Kalau enggak mau, enggak usah,” balas Vinza. “Mau.” David terdiam beberapa saat. Dalam gendongan tubuh David yang tinggi, Rufy malah bisa melihat banyak hal lebih luas. Ia melihat ke arah belakang. Rambutnya tertiup angin sepoi-sepoi. “Bapak sama Ibu kamu apa kabar?” tanya David. “Bapak sudah meninggal setahun lalu. Ibu meninggal beberapa bulan lalu. Sama-sama sakit. Bapak kena Stroke. Dan ibu? Aku malah enggak tahu dia sakit. Dia enggak bilang sama aku. Soalnya waktu itu aku masih di Taiwan,” ungkap Vinza. “Taiwan? Ngapain?” tanya David kaget. “Kerja. Dari Rufy masih enam bulan, aku kerja di sana. Syukur dia mau dekat denganku. Aku pikir awalny

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   25. Gak mau Ayah!

    “Kenapa memang?”“Kamu pulang bawa Rufy. Aku akan cari dia,” tegas David. “Polisi sudah cari dia, kok. Enggak usah repot-repot.”“Sudah pulang sana. Ini urusan lelaki. Kalau sudah ketemu, aku bawa ke depan kamu.”Vinza pulang diantar sopir keluarga Bamantara. Sementara David pergi ke Silver tower, gedung milik perusahaan Bamantara. Di sana ia meminta sebuah ruangan untuk melancarkan aksinya. “Orang ini! Temukan dia!” tegas David pada staf yang sudah ia percayai untuk melakukan spionase. David duduk di depan laptop. Ia masih mencoba menemukan jejak digital Udin dan keluarganya. Beberapa perwira polisi kenalan Biru, ia hubungi juga.Sedang Vinza terus kepikiran. “Emang dia bisa nyari Mang Udin? Dia pikir dia itu polisi!” Dia sangat tidak percaya akan kemampuan pria itu. Baginya David hanya pria yang menghamili dan meninggalkannya begitu saja. Pria yang sering main game online sampai lupa belajar dan nilainya kecil. Tak lama ponselnya berdering. Vinza angkat telpon itu. “Mang Udin ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   26 Tak bisa lembut sedikit

    Mata Vinza melotot begitu bertemu dengan pamannya. Ia otomatis memberikan Rufy pada David. “Pegang. Bawa keluar, jangan sampai anak kita lihat kekerasan!” titah Vinza. Tak tahu kenapa David menurut saja membawa Rufy ke luar walau, Rufy menolak ikut. Ia terus memukul tubuh David minta dikembalikan pada Bundanya. Sementara Vinza menaikan lengan kemeja. Ia raih kerah baju Udin. “Kamu! Enggak tahu diri! Nipu aku bertahun-tahun! Buang anakku di jalanan!” omel Vinza. Polisi sampai mencoba meraih wanita itu. “Sabar, Bu,” nasihat polisi. “Mana bisa, Pak! Saya nyari anak saya enam bulan! Dia pasti trauma, ketakutan! Sampai enggak mau lepas dari saya. Dan dia! Dia bawa uangku ratusan juta! Emang dasar maling!” tangan Vinza terus memukuli Udin dengan kasarnya. Udin sampai berusaha lari. “Bu, kalau sampai pelaku kenapa-kenapa, Ibu bisa jadi pelaku juga.”“Aku emosi, Pak! Ibuku meninggal karena ditipu dia! Anakku hidup sengsara padahal ibunya gaji belasan juta! Semua karena dia! Ganti uangku!

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ayah Mana?   27. Kita pulang saja

    Rufy memeluk Vinza dengan erat. “Mr. Hang. Carikan mainan Ultraman. Aku mau yang besar. Carikan cepat!” titah David. Ia melipat tangan di dada. Kakinya berpangku di atas kaki yang lain. Vinza hanya bisa menggelengkan kepala. Pria itu sekarang berubah sangat angkuh. Padahal dulu, David orang yang rendah hati. Semua orang mengenalnya karena begitu ramah. Mereka tiba di kontrakan Vinza. Staf David sudah menunggu di sana. Mata Rufy membulat hingga mulutnya terbuka. Ada action figure Ultraman sebesar pintu berdiri di depan rumah itu. “Kami sudah temukan sesuai keinginan anda, Tuan.”“David! Apa-apaan ini?” tegur Vinza. David menundukan tubuh. “Ayah bisa beliin apa pun yang kamu mau. Masih mau Ayah yang lain?” tanya David. Rufy menggosok kedua matanya. “Heli! Upi mau heli!” seru Rufy. “Jangan belikan semua kemauannya. Cukup belikan kebutuhannya. Kalau gini, sama saja kamu didik dia dengan buruk! Belajar dulu jadi ayah, sebelum kamu mau besarin dia dengan baik!” Vinza menuntun Rufy masuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02

Bab terbaru

  • Ayah Mana?   116. Ingin nonton (tamat)

    “Begini Bu Guru. Hari Minggu ini Rufy punya acara nonton di rumah. Bunda bolehin Rufy untuk nonton hanya setengah jam. Masalahnya ada dua yang mau Rufy tonton. Rufy suka Tayo juga suka Pocoyo. Baiknya Rufy pilih mana?” Bu Guru berpikir. “Mungkin untuk ini, Rufy bisa melakukan undian,” saran guru. “Undian?” Rufy rasanya belum pernah mendengar kata itu.“Iya, begini.” Guru membuat dua sobekan kertas. Ia tulis kedua nama acara itu di kedua kertas yang berbeda. Guru lipat kedua kertas dan memasukan dalam saku lalu memutar tangannya dalam saku agar kedua kertas itu teracak. Setelah itu, dia kembalikan ke atas meja. “Pilih salah satu,” saran guru dengan begitu detailnya.Rufy pilih salah satu kertas dan membacanya. “Tayo! Jadi Rufy nonton Tayo minggu ini. Yeay! Makasih banyak Bu Guru,” ucap Rufy. Dia senang karena apa yang menjadi beban belakangan ini hilang.Hari Minggu pun tiba. Rufy bangun subuh untuk salat subuh. Dia kenakan pakaian koko dan berjamaah dengan kedua orang tuanya. Selesa

  • Ayah Mana?   115. Galau

    Mr. Hang menahan tawa. “Maaf, Pak. Yang keren itu kalau banyak follower, bukan following.”“Iya, kah? Kalau gitu aku berhenti follow saja,” keluh David. “Pasti banyak yang follow anda, Pak. Apalagi anda seorang Chairman perusahaan besar. Anda tinggal umumkan saja pada media,” jelas Mr. Hang. “Benarkah?”“Iya. Apalagi kalau nama akunnya sudah centang biru. Pasti semakin banyak yang follow.”David menganggukan kepala. Ia lekas kembali memeriksa ponselnya. Tak lama dia berpikir. Jadi nama yang centang biru itu populer. Ia intip profil milik Biru Bamantara yang bercentang Biru. Di sana timbul rasa iri di hati David. “Dia pikir aku enggak bisa kayak dia apa!” Sore itu David pulang ke rumah. Dia sudah disambut pelayan dan istrinya di depan pintu. “Gimana kerjaan hari ini? Kamu sibuk terus main Instragram,” omel Vinza. “Maklum, soalnya akun aku ‘kan centang biru,” jawab David. Vinza menaikan alis. “Follower kamu baru empat biji, gimana bisa centang biru?” tanya Vinza bingung. Saking pen

  • Ayah Mana?   114. postingan

    “Aplod ini, ah!” seru Rufy saat dirinya selesai membuat vlog pribadi saat sedang mengerjakan PR. Dia punya akun instagram sendiri yang terhubung dengan akun Vinza. Jadi, Vinza bisa mengawasi penggunaan media sosial putranya. Zaman semakin maju, bukan artinya anak tak boleh memakai gadget bukan juga boleh memakai gadget. Untuk anak seusia Rufy yang baru menginjak kelas TK, penggunaan gadget hanya boleh selama lima belas menit sehari. Namun perlu diingat, orang tua harus lebih pintar dalam menggunakan teknologi dari pada putranya. Jangan seperti Koko Dapit. “Upload apa?” David mengintip ke layar ponsel Rufy. “Tadi Upi bikin vlog buat PR sendiri. Followers Rufy sudah banyak, Yah,” jawab Rufy. “Ouh. Vlog itu apa?” tanya David. David bukannya gaptek. Dia bisa melakukan peretasan, menggunakan tagar sebagai media komunikasi, bahkan merancang aplikasi. Hanya saja dia tak tahu bahasa media sosial kekinian karena dia hanya punya twitter. Itu pun tidak pernah membuat cuitan. Apalagi instagr

  • Ayah Mana?   113. ageisme

    “Penting bagi kita menambah wawasan dalam berbagai bidang. Ini membantu mencari peluang bisnis baru apalabila bisnis lama terpuruk. Jangan sampai kita main dalam kubangan sampai kita tak sadar seluruh tubuh kita kotor dan kemungkinan badan kita sakit,” jelas David saat ditanya tentang sektor baru yang kini tengah ditekuni Heaven Grouph saat jam rehat seminar. Pengisi seminar itu adalah salah satu pengusaha sukses Indonesia yang perusahaannya sudah menjadi perusahaan kelas dunia di Amerika. Karena itu David sangat bersemangat untuk datang. “Pasti wawasanmu luas sekali ya dengan usia segitu? Sepertinya Papamu sering ajak kamu jalan-jalan ke luar negeri,” ucap salah satu tamu undangan yang juga pengusaha. David melirik sumber suara. “Maaf?” tanya David bingung. “Iya, kadang bicara perubahan memang mudah. Apalagi bagi anak muda yang jiwanya masih menggebu. Hanya saja strategi kalau sedang tak untung ya pasti rugi besar. Banyak yang ingin mencoba sektor baru, justru malah bangkrut. Leb

  • Ayah Mana?   112. Berkembang

    “Bu,” panggil Cyan. “Apa?” tanya Vinza. Cyan menunjuk ke pintu. David sudah berdiri di depan pintu cattery. Kandang kucing Vinza ada di rumah keluarga Lau dan memiliki arena main sendiri. Ruangannya full AC dan ada keeper yang merawat setiap hari. “Assalamu’alaikum,” salam David. “Wa’alaikusalam, Yah,” jawab Rufy dan Vinza. Cyan berdiri lalu berlari mengulurkan tangan minta Ayahnya gendong. David lekas menggendong Cyan dan menciumnya. Lalu menghampiri Rufy pun mencium kening putranya. “Kakak gimana kabarnya?” tanya David. “Baik, Yah. Tadi Upi di sekolah dapat piala. Semua dapat piala, sih. Yang mau bikin origami dikasih piala,” cerita Rufy. “Alhamdulillah. Kakak senang dong di sekolah? Hebat anak Ayah mau belajar bikin origami,” puji Ayahnya. Rufy berjalan ke belakang David dan memeluk Ayahnya dari belakang. “Ayah baru pulang kerja?” tanya Rufy. “Sudah dari tadi. Ke rumah dulu, mandi, ganti baju baru ke sini. Kalau habis dari luar kan kita harus mandi dulu dan ganti baju.”“Iy

  • Ayah Mana?   111. kucing

    “Kucing yang ini sudah dibawa untuk diperiksa belum?” tanya Vinza memastikan kucing peliharaannya. Dia punya rumah kucing sendiri, di mana dia bisa memelihara dan breeding aneka kucing ras. Kucing yang ia pelihara awalnya hanya lima ekor dengan usia satu tahun. Vinza punya dua pasang kucing persia dan tiga ekor Scottish fold berbulu pendek. Kucing-kucing mahal itu David belikan karena tahu istrinya suka memelihara hewan. Benar saja, saat kucing Vinza berusia lebih dari setahun, mereka langsung berkembang biak dan memiliki masing-masing dua anak. Hanya ada satu kucing masih jomlo hingga Vinza jodohkan dengan kucing milik kenalan David. “Cyan, liat Unyil guling-guling,” seru Rufy menunjuk kucing scottish warna abu-abu yang masih berusia tiga bulan. Cyan mencoba berdiri meraih kucing itu, tetapi kucing berlari. Dengan langkah yang masih belum tegar, Cyan masih berusaha menangkap kucing. Akhirnya dia dapat kucing persia jingga. Dipeluk kucing itu, sayang karena salah peluk, kucingnya me

  • Ayah Mana?   110. kursi rumah sakit

    David berdiri di luar ruang bersalin. Vinza masih berada di dalam menunggu waktu untuk melahirkan. Sudah berjam-jam David menunggu. Vinza belum juga melahirkan. Tak lama dokter keluar. David lekas menghampiri dokternya. “Pak, istri anda harus melalui operasi Caesar karena ukuran bayinya cukup besar. Jadi anda tak bisa melihat prosesnya,” ucap dokter. “Tak apa, Dok. Lakukan yang terbaik untuk istri saya,” jawab David. Tak lama tindakan operasi langsung dilakukan. David semakin merasa tak tenang. Dia menunggu dengan Rufy di ruang tunggu VIP. Dalam pangkuan David, Rufy sempat tertidur pulas. Tak lama bayi mereka dibawa keluar ruangan menuju ruang bayi. David sempat melihat putrinya dan meminta untuk mengazani. Suster sempat menanyakan tentang nama bayi David dan Vinza, tetapi pria itu malah bengong. Dia sudah siapkan masah persalinan sampai penyambutan istri dan bayinya. Namun, masalah nama dia lupa. David melihat ke sisi kanan dan kiri. Dia melihat sebuah merk Waruna dengan logo de

  • Ayah Mana?   109. Adik Rufy lahir

    “Hal yang harus dilakukan suami ketika menghadapi istri yang hendak melahirkan. Satu, tenangkan diri. Pastikan semua keperluan melahirkan sudah siap. Dua, telpon ambulan jika memang istri sudah terlihat banyak mengeluarkan keringat, atau lemas ....” David hampir setiap hari menonton video itu. Dia sudah sangat kecewa tak bisa menemani Vinza saat hamil Rufy pun tak melihat proses putranya lahir. Kali ini David ingin menjadi suami siaga yang akan menjaga istri dan bayinya dengan baik. “Ayah tonton pa, tuh?” tanya Rufy. Anak itu menyimpan tabletnya di atas nakas. Ia tengah belajar huruf mandari dengan aplikasi yang diberikan gurunya. Tablet itu akan membunyikan alarm jika waktu main tablet sudah habis. Karena itu Rufy menyimpan tabletnya. Ia selalu mematuhi peraturan yang dibuat dirumah karena aturan di rumah ini dibuat bersama-sama dengan Rufy. “Ini apa yang harus Ayah lakukan kalau dedek lahir,” jawab David. “Ouh, dedek mo ahin, ya?” tanya Rufy lagi. “Iya, kayaknya minggu depan. M

  • Ayah Mana?   108. Waktu ngidam dulu

    Sebelum Cyan lahir ....Vinza merenung di rooftop rumah. Hari ini dia tak punya semangat, hanya mengusap perut sambil manyun. Rufy sedang ada kelas. Karena masalah bahasa, anak itu harus homeschooling untuk belajar Bahasa Inggris dan mandarin sebelum memasuki taman kanak-kanak. Apalah daya ibunya. Bahasa Mandarin Vinza pun hanya sebatas bahasa untuk sehari-hari. Itu pun Vinza tak mampu membaca tulisan mereka. Cahaya matahari terasa hangat di awal musim gugur. Pepohonan mengalami kerontokan daun di bulan Oktober ini. “Aku mau jalan-jalan. Mau beli bala-bala,” batinnya. Di saat seperti ini, Vinza lekas mengambil ponselnya. Ia telpon David saat itu juga. “Kenapa?” tanya David. “Mau bala-bala,” pinta Vinza. “Bercanda kamu? Beli bala-bala di mana di Hongkong?” “Dulu di Taiwan ada,” keluh Vinza. “Terus aku harus ke Taiwan dulu gitu? Dateng ke rumah sudah basi itu bala-bala,” omel David. Vinza menunduk lesu. “Vid, ternyata cinta kita hanya sampai gorengan bala-bala,” keluh Vinza. “Tu

DMCA.com Protection Status