Kalau Yasmin bercerai, dia akan sendirian.Meskipun dia memiliki perusahaan, dia tahu kalau kemampuannya terbatas.Selain itu, kekuasaan Daniel jauh lebih besar daripada seorang artis. Kalau Yasmin meninggalkannya, apa yang tersisa?Begitu dia berpikir dia harus meninggalkan anak-anak dan Daniel, hatinya terasa amat sakit.Jadi, apa dia hanya bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa, lalu hidup dengan harmonis bersama Daniel dan anak-anak?Yasmin kembali ke kantornya, kemudian dia menelepon Jasper. "Apa kamu bisa membantu mengecek semua hartaku?""Itu nggak perlu dicek karena saya tahu. Ketika Tuan Andy membuat surat wasiat, saya sudah memahaminya. Nanti saya akan memberinya kepada Anda."Beberapa menit kemudian, Jasper mengantarkan sebuah dokumen.Semua adalah aset atas nama Yasmin, termasuk real estat.Yasmin selalu memikirkan dirinya yang hilang ingatan dan terus mengandalkan Daniel, sementara dia tidak tahu apa-apa tentang yang dimilikinya.Apa ingatannya akan kembali kalau dia memaham
Sepertinya ... itu dia dan Daniel bersama anak-anak pernah bermain layang-layang di sini.Kenapa mereka bisa bermain layang-layang di sini?Apa mereka datang ke sini untuk bermain?Serpihan ingatan yang terkadang muncul ini adalah ingatan yang indah dan harmonis.Namun, entah kenapa Yasmin selalu merasa kalau itu tidak lengkap.Pada saat itu, apa Daniel masih tunangannya Irene?Yasmin tidak tahu sama sekali ....Yasmin tinggal sebentar di taman bunga. Setelah dia tidak bisa mengingat yang lainnya lagi, dia kembali ke atas.Dia membuka pintu dengan kunci, kemudian mengelilingi rumah sejenak. Kemarin dia sudah membersihkannya, jadi rumah ini tidak kotor.Dia berjalan ke balkon, lalu membuka jendela dan melihat ke bawah. Rumah ini berada di lantai lima dan dia harus menaiki tangga.Dapat dilihat kalau dulu hidupnya susah.Bagaimana dia bisa hidup nyaman dengan menjaga tiga anak kecil sendirian?Yasmin kembali ke ruang tamu, kemudian dia duduk di sofa.Dia memikirkan Daniel lagi.Apa dia s
"Kamu nggak mengingatku? Aku tahu kamu hilang ingatan, jadi aku akan memperkenalkan diriku. Aku ibunya Irene dan ibu mertua Daniel. Apa kamu sudah mengerti?"Yasmin berpikir ternyata orang ini benar-benar musuhnya ...."Karena kamu sudah hilang ingatan, berarti kamu pasti nggak ingat kalau ibumu pernah menjadi selingkuhan yang terkenal dulu, 'kan?" Dahlia sengaja memprovokasi Yasmin dengan kejadian masa lalu. "Kemudian, dia mengajarimu cara menjadi pelakor!""Ibuku bukan ....""Bukan?" Dahlia tertawa terbahak-bahak. "Apa sampai sekarang kamu belum tahu kalau ibumu yang sudah merusak pernikahan orang tua Daniel?"Yasmin pernah mendengarnya dari Kezia ...."Pada akhirnya, ibumu meninggal dengan mengenaskan karena dia menjadi selingkuhan orang," ujar Dahlia. "Sedangkan kamu juga akan ditinggal oleh Daniel dan mati!"Jantung Yasmin berdebar ketakutan.Apa dia seorang pelakor? Dia telah memisahkan Daniel dan Irene ...."Kalau bukan karena kamu diam-diam melahirkan anak Daniel, apa dia akan
Yasmin juga tidak peduli kalau ini rumahnya dan dialah tuan rumahnya.Dia hanya ingin menjauhi wanita gila ini!Kenapa wanita itu memegang pisau? Apa dia mau membunuh orang?Karena Yasmin menuruni tangga terlalu cepat, dia hampir jatuh.Dia memegang pembatas tangga erat-erat, baru dia tidak jatuh dengan mengenaskan.Saat dia mencapai lantai tiga, kakinya sudah tidak bisa bergerak.Melihat Dahlia tidak mengejarnya, Yasmin baru bersandar di dinding dan menenangkan napasnya yang cepat.Mengerikan sekali!Dia tidak menyangka ternyata ibunya Irene orang seperti itu.Namun, apa Yasmin benar-benar seperti orang yang dikatakannya?Yasmin tidak bisa membayangkannya ....Ketika dia sedang menuju ke bawah, tiba-tiba dia mendengar ada suara keras. Itu mengejutkan Yasmin yang sedang ketakutan sehingga dia terjatuh duduk di anak tangga.Dia mengira itu Dahlia mengejarnya, jadi dia berlari ke bawah sekuat tenaganya.Saat dia tiba di lantai dua, dia melihat penghuni-penghuni lantai dua keluar. Mereka
Orang-orang di sana menghampiri Yasmin, lalu mengepungnya. Kebetulan ada celah dan Yasmin melihat Dahlia tergeletak di tanah dengan pisau tertancap di punggungnya. Wajah Dahlia menghadap ke sini dan matanya terbuka lebar. Kepalanya terbelah dua ...."Aaa!" Yasmin menjerit ketakutan, lalu dia menutup mulutnya. Dia tidak berani percaya apa yang sedang dilihatnya.Bagaimana bisa ...?"Ternyata wanita cantik sepertimu memiliki hati yang sangat kejam!""Isi hati manusia memang sulit ditebak!"Yasmin mendengar orang-orang itu mengatainya. Dia tahu kalau mereka sudah salah paham. Dia bergegas menjelaskan, "Bukan aku. Ini nggak ada hubungannya denganku. Aku nggak membunuh orang!""Apa kamu kira kami akan memercayaimu? Ada saksi melihat kalian bertengkar!""Nona, ketika polisi datang, lebih baik kamu jujur saja. Mungkin kamu bisa menghindari hukuman mati.""Sayang sekali. Dia cantik, tapi bisa-bisanya dia membunuh orang."...Yasmin mendengar mereka memfitnahnya dan sangat terkejut. Dia tidak b
"Nona Yasmin, kami mencurigai kamu ada hubungan dengan kasus pembunuhan ini. Kami berharap kamu bisa mengikuti kami kembali ke kantor polisi untuk membantu penyelidikan," ujar Winston.Yasmin merasa jantungnya nyaris berhenti berdetak. "A ... aku nggak membunuhnya. Aku nggak ....""Kalau bukan kamu pembunuhnya, kami tentu nggak akan menuduhmu. Bawa dia pergi." Kalimat terakhir dituju pada rekan kerjanya.Yasmin pun dibawa ke kantor polisi.Dia duduk di ruang interogasi dan berhadapan dengan polisi yang menginterogasinya. Ada seorang perekam duduk di sebelah menghadapi laptop.Yasmin menundukkan kepalanya dan melihat dirinya duduk di kursi. Semua orang melihatnya seakan-akan dia adalah tahanan sekarang."Namamu Yasmin Tanoto dan kamu penghuni lantai lima." Winston berkata, "Apa kamu bisa memberitahuku apa hubunganmu dengan almarhum?"Mata Yasmin berkaca-kaca dan dia terlihat gugup. Dia gelisah dan tidak berbicara.Dia sangat takut. Apa dia akan masuk penjara ...?"Nona Yasmin, aku berha
Atasan segera berjalan mendekat untuk menghentikan Winston. "Diam ...."Winston tidak peduli. "Maaf, aku adalah profesional. Aku nggak akan melepaskan atau menuduh siapa pun."Daniel tersenyum dengan kesal. "Winston, ya?"Aura kuat Daniel menyelimuti Winston, tapi Winston tidak tampak ketakutan. "Ya. Aku berharap Tuan Daniel nggak mempersulitku. Selain itu, almarhum bernama Dahlia Oktavia. Aku tahu kalau putrinya mengenal Tuan Daniel. Lebih baik aku menyelidiki ini dengan jelas, 'kan?""Mempersulitmu?" Daniel berjalan ke arah Yasmin, lalu dia duduk di kursi yang dipindahkan Rafael, yaitu di sebelah Yasmin. Daniel menyilang kedua kakinya. "Lanjutkan interogasimu. Aku juga ingin tahu sebenarnya siapa yang membunuh Dahlia."Yasmin melihat sisi wajah Daniel dan matanya menjadi redup.Saat Yasmin melihat Daniel tadi, dia sudah tidak merasa begitu takut.Namun, ketika dia mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Daniel, dia menjadi tidak yakin."Tuan Daniel, ini nggak sesuai hukum," ucap Wi
Saat Yasmin mendengar itu, dia menjadi gugup.Yang meninggal adalah ibunya Irene dan yang tersangka adalah Yasmin. Apa Irene akan melepaskannya?Yasmin memeluk lengan Daniel dengan gelisah. Dia berkata dengan mata berkaca-kaca, "Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku sendirian di sini. Aku takut ...."Daniel menggenggam tangannya. "Jangan takut. Aku berada di luar saja dan akan segera kembali.""Jangan pergi ...." Yasmin menggelengkan kepalanya."Aku nggak hanya nggak akan pergi, tapi aku juga harus membawamu keluar hari ini." Nada Daniel sangat tegas dan cukup besar untuk setiap orang di ruang interogasi mendengarnya. Dia membelai wajah pucat Yasmin dan berkata, "Dengarkan aku. Aku akan segera kembali."Kata "dengarkan aku" seperti sebuah kutukan. Itu langsung menanam ke hati Yasmin.Dia melepaskan tangannya yang memeluk Daniel. Dia ingin meraih lengan baju Daniel, tapi dia menyadari jari-jarinya sangat kaku.Yasmin melihat Daniel keluar dari ruang interogasi dan menutupi pintu bersama h
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan